08 December, 2009

9 Desember 2009


Sesungguhnya, tanggal 9 Desember di negara-negara belahan dunia manapun, hanya sebuah tanggal yang dirayakan sebagai Hari Peringatan Anti Korupsi saja. Seperti hari - hari perayaan lainnya. Upaya untuk menegaskan atau mengingatkan kembali akan semangat yang terkandung dalam perayaan tersebut. Kita semua tahu, ada perayaan Hari Bumi, untuk mengingatkan kewajiban dan tugas untuk memelihara Bumi, tempat kita hidup. Hari Bahari, untuk memelihara semangat dan patriotisme kita sebagai bangsa yang memiliki kemampuan yang mumpuni sebagai bagsa pelaut sekaligus peringatan untuk memelihara keanekaragaman biota laut yang dikandungnya. Hari Pendidikan, Hari AIDS dan seribu satu yang lainnya didunia ini.

Spirit dan ruh peringatan Hari Anti Korupsi telah menjadi agenda dan perayaan global karena telah menjadi "kemafhuman" bersama, bahwa korupsi telah ditetapkan sebagai "extra ordinary crime", yang dinyatakan oleh badan khusus tingkat dunia yang disebut UNCAC (United Nations Against Corruption). Mengapa seserius itu? karena korupsi telah diyakini menjadi parasit bagi pembangunan kualitas sumber daya manusia, menjadi liabilities untuk dunia usaha dan beban financial bagi negara donor atas pinjaman atas proyek - proyek pembangunan yang sedang didanainya di negara lain. Semua pihak sepakat bahwa korupsi bukan hanya masalah di dunia berkembang, tetapi secara tidak langsung juga menjadi permasalahan di negara maju, permasalahan di pemerintahan termasuk juga di kalangan bisnis atau swasta. Artinya, seharusnya peringatan ini menjadi hari dan peringatan yang bagus, harus disambut gembira (kecuali oleh koruptor) dan sebuah tindakan positif bagi peradaban dan kemanusiaan sekaligus.

Kenapa Indonesia?

Tahun 2006, pemilik blog berkesempatan langsung merayakan Hari Peringatan Anti Korupsi ini. Sebuah acara digelar oleh rekan - rekan Tiga Pilar Kemitraan dan kalangan Swasta Nasional di Monumen Proklamasi yang dilanjutkan dengan karnaval menuju Bunderan Hotel Indonesia. Massa kemudian bertemu dengan kalangan dan komunitas lain yang melakukan peringatan yang sama, termasuk yang dikelola oleh rekan -rekan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tidak ada kekhawatiran berlebihan, tidak ada ketakutan dan tidak ada penjagaan yang berlebihan dari aparat kepolisian. Kehidupan Jakarta berjalan normal-normal saja.

Namun pada perayaan tahun 2009 kali ini, menjadi lain untuk konteks Indonesia. Derasnya pusaran tuntutan atas kejelasan aliran dana bail out "Century Gate", menjadi external treat yang diwaspadai berlebihan oleh pejabat pemerintah, dalam hal ini Presiden hingga ke aparat keamanan. Dampaknya, agenda bagi kemajuan peradaban kemanusiaan ini pun, telah menjadi objek politik bagi mereka yang membidik maupun yang berkepentingan dengan kekuasaan. Momentum yang mulia, menjadi fenomena yang tidak lagi mulia,karena pertimbangan dan kalkulasi politik. Satu pihak ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk dan menggoyang kekuasaan, disisi yang lain ingin melanggengkannya. Seharusnya, spirit peringatan Hari Anti Korupsi ini, menjadi spirit dan agenda bersama, mereka yang diluar kekuasaan maupun yang berada diluar kekuasaan. Yang lebih penting, bukankah partai yang berkuasa saat ini, menjadikan tema pemberantasan korupsi pada saat kampanye lalu? Kenapa harus ketakutan dan mencurigai upaya masyarakat yang mengingatkan sebuh komitmen? Karena kita sudah bersepakat bahwa korupsi adalah musuh bersama. Kalaupun ada hal - hal yang perlu diluruskan, luruskanlah pada momen yang lain. Biarkan mekanisme dan prosedur hukum serta politik yang telah dimiliki bangsa ini dilewati untuk menjawab tuntutan masyarakat terhadap transparansi dana bail out bank Century.

Pemegang kekuasaan tidaklah perlu untuk mengedepankan kecurigaan dan kekhawatiran yang berlebihan, hingga merasa perlu untuk berkeluh kesah bahkan 'mengancam' dihadapan pubik melalui media massa yang massif terhadap gegap gempitanya partisipasi masyarakat untuk merayakan sesuatu yang penting bagi pembangunan bangsanya. Keluh kesah yang tidak perlu dari seorang pemimipin Negara justru akan menimbulkan kekhawatiran akan kredibilitas, berpengaruh kepada respectness masyarakat kepada government.Biarkan dan marilah kita terus menerus mengedepankan cara berfikir positif, sehingga lebih banyak energi positif yang akan diberikan alam semesta kepada bangsa ini.

Masyarakat ingin menegaskan pada tanggal 9 Desember yang bertepatan dengan hari Rabu ini, bahwa mereka sudah sepakat dan bulat bahwa korupsi adalah musuh besar pembangunan dan mereka ingin menyatakannya secara terang benderang,langsung dan tanpa basa basi. Tinggal bagaimana pemerintah mendengar serta melakukan tindakan - tindakan serta response yang nyata, tepat dan sesuai dengan pesan yang lugas, tegas dan spontan yang dinyatakan oleh masyarakat. Sehingga, kita akan segera bangkit menjadi bangsa yang besar yang mampu - secara bersama-sama - melawan praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, yang kembali ditegaskan melalui peringatan Hari Anti Korupsi.

Wallahu'alam bishawab

24 November, 2009

Pidato Presiden SBY Tentang Kasus Bank Century dan Kasus Bibit & Chandra


Bismillahirrahmanir rahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Salam sejahtera bagi kita semua Saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air yang saya cintai dan saya banggakan.

Dengan terlebih dahulu memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, serta dengan memohon ridho-Nya, pada malam hari ini saya ingin menyampaikan penjelasan kepada seluruh rakyat Indonesia, menyangkut dua isu penting yang berkaitan dengan penegakan hukum dan keadilan di negeri kita.

Isu penting yang saya maksud adalah pertama, kasus Bank Century dan kedua, kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto, yang keduanya telah menjadi perhatian masyarakat yang amat mengemuka.

Kedua isu ini juga telah mendominasi pemberitaan di hampir semua media massa, disertai dengan percakapan publik yang menyertainya, bahkan disertai pula dengan berbagai desas-desus atau rumor yang tidak mengandungi kebenaran.

Oleh karena itu, selaku kepala negara dan kepala pemerintahan, malam ini, saya pandang perlu untuk menjelaskan duduk persoalan, serta sikap pandangan dan solusi yang perlu ditempuh terhadap kedua permasalahan tersebut.

Dalam waktu dua minggu terakhir ini, saya sengaja menahan diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan menyangkut Bank Century dan kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto dengan alasan:

Kesatu, menyangkut kasus Bank Century selama ini saya masih menunggu hasil Pemeriksaan Investigasi yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang dilakukan atas permintaan DPR RI.

Saya sungguh menghormati proses itu dan saya tidak ingin mengeluarkan pernyataan yang mendahului, apalagi ditafsirkan sebagai upaya mempengaruhi proses audit investigatif yang dilakukan BPK.

Tadi sore saya telah bertemu dengan Ketua dan Anggota BPK yang menyampaikan laporan hasil pemeriksaan investigasi atas Bank Century. Dengan demikian, malam ini tepat bagi saya untuk menyampaikan sikap dan pandangan saya berkaitan dengan kasus Bank Century tersebut.

Kedua, menyangkut kasus hukum Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto, malam ini saya pandang tepat pula untuk menyampaikan sikap pandangan dan solusi paling tepat terhadap permasalahan itu.

Mengapa? Saudara-saudara masih ingat, pada tanggal 2 November 2009 yang lalu, dengan mencermati dinamika di lingkungan masyarakat luas yang antara lain berupa silang pendapat kecurigaan dan ketidakpercayaan atas proses penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri dan Kejaksaan Agung, saya telah membentuk sebuah tim independen yaitu Tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto.

Tim Independen ini, yang sering disebut Tim-8, bekerja selama dua minggu, siang dan malam, dan akhirnya pada tanggal 17 November 2009 yang lalu secara resmi telah menyerahkan hasil kerja dan rekomendasinya kepada saya.

Setelah selama lima hari ini jajaran pemerintah, termasuk pihak Polri dan Kejaksaan Agung saya instruksikan untuk merespons hasil kerja dan rekomendasi Tim-8, maka malam hari ini secara resmi saya akan menyampaikan kepada rakyat Indonesia, apa yang sepatutnya kita laksanakan ke depan.

Saudara-saudara

Sebelum saya masuk ke dalam inti permasalahan tentang bagaimana sebaiknya kasus Bank Century dan kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto ini kita selesaikan dengan baik, saya ingin menyampaikan kepada segenap masyarakat luas, bahwa cara-cara penyelesaian terhadap kasus hukum yang memiliki perhatian publik luas seperti ini mestilah tetap berada dalam koridor konstitusi hukum dan perundang-undangan yang berlaku, seraya dengan sungguh-sungguh memperhatikan dan mendengarkan aspirasi dan pendapat umum.

Solusi dan opsi yang kita tempuh juga harus bebas dari kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan; tetap jernih dan rasional serta bebas dari tekanan pihak manapun yang tidak semestinya. Dan, di atas segalanya, kita harus tetap bertumpu kepada dan menegakkan kebenaran dan keadilan.

Rakyat Indonesia yang saya cintai,

Sekarang saya akan menjelaskan yang pertama dulu, yaitu sikap dan pandangan saya tentang kasus Bank Century.

Yang pertama-tama harus kita pahami adalah pada saat dilakukan tindakan terhadap Bank Century tersebut, situasi perekonomian global dan nasional berada dalam keadaan krisis. Hampir di seluruh dunia terjadi goncangan keuangan dan tidak sedikit pula krisis di dunia perbankan. Banyak negara melakukan tindakan untuk menyelamatkan perbankan dan perekonomian mereka.

Pada bulan November 2008 yang lalu apa yang dilakukan oleh pemerintah dan BI mestilah dikaitkan dengan situasi dan konteks demikian, sehingga tidak dianggap keadaannya normal-normal saja. Kita punya pengalaman sangat pahit dan buruk 10-11 tahun lalu ketika Indonesia mengalami rangkaian krisis yang menghancurkan perekonomian kita.

Dengan demikian kebijakan yang ditempuh untuk melakukan tindakan terhadap Bank Century yang di antaranya adalah tindakan hukum terhadap para pengelola Bank Century serta penyaluran dana penyertaan modal sementara, sesungguhnya bertujuan untuk mencegah terjadinya krisis perbankan bahkan perekonomian.

Meskipun ketika berlangsungnya proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kewenangan dan tugas untuk itu saya sedang mengemban tugas di luar negeri, tetapi saya memahami situasi yang ada di tanah air beserta rangkaian upaya untuk menyelamatkan perbankan dan perekonomian kita.

Tetapi, kini yang menjadi perhatian DPR RI dan berbagai kalangan masyarakat adalah:

Pertama, sejauh mana proses pengambilan keputusan dan tindakan penyaluran dana penyertaan modal sementara kepada Bank Century yang berjumlah Rp 6,7 triliun itu dinilai tepat atau proper?

Kedua, apakah ada pihak-pihak tertentu dengan kepentingannya sendiri dan bukan kepentingan negara meminta atau mengarahkan pihak pengambil keputusan dalam hal ini Menkeu dengan jajarannya dan BI, yang memang keduanya memiliki kewenangan untuk itu?

Ketiga, apakah penyertaan modal sementara yang berjumlah Rp 6,7 triliun itu ada yang bocor atau tidak sesuai dengan peruntukannya? Bahkan berkembang pula desas-desus, rumor, atau tegasnya fitnah, yang mengatakan bahwa sebagian dana itu dirancang untuk dialirkan ke dana kampanye Partai Demokrat dan Capres SBY; fitnah yang sungguh kejam dan sangat menyakitkan.

Keempat, sejauh mana para pengelola Bank Century yang melakukan tindakan pidana diproses secara hukum, termasuk bagaimana akhirnya dana penyertaan modal sementara itu dapat kembali ke negara?

Saudara-saudara,

Saya sungguh memahami munculnya sejumlah pertanyaan kritis itu yang tentunya memerlukan penjelasan dan klarifikasi dari pihak-pihak terkait. Saya pun memiliki kepedulian dan rasa ingin tahu sebagaimana yang dialami oleh masyarakat kita. Saya juga ingin, keempat pertanyaan kritis menyangkut kasus Bank Century yang saya sebutkan tadi juga mendapatkan jawaban yang tegas dan benar.

Dengan telah saya terimanya hasil pemeriksaan investigasi BPK atas kasus Bank Century sore tadi, pemerintah akan segera mempelajari dan pada saatnya nanti saya akan meminta Sdri. Menteri Keuangan dengan jajarannya, bersama-sama dengan pihak BI, untuk memberikan penjelasan dan klarifikasinya. Saya sungguh ingin keterbukaan dan akuntabilitas dapat kita tegakkan bersama. Saya juga ingin semua desas-desus kebohongan dan fitnah dapat disingkirkan dengan cara menghadirkan fakta dan kebenaran yang sesungguhnya.

Terhadap pemikiran dan usulan sejumlah anggota DPR RI untuk menggunakan Hak Angket terhadap Bank Century, saya menyambut dengan baik agar perkara ini mendapatkan kejelasan serta sekaligus untuk mengetahui apakah ada tindakan-tindakan yang keliru dan tidak tepat.

Bersamaan dengan penggunaan Hak Angket oleh DPR RI tersebut saya juga akan melakukan sejumlah langkah tindakan internal pemerintah berangkat dari hasil dan temuan Pemeriksaan Investigasi BPK tersebut.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah percepatan proses hukum bagi para pengelola Bank Century dan segera dapat dikembalikannya dana penyertaan modal yang berjumlah Rp 6,7 triliun itu kepada negara. Saya telah menginstruksikan Jaksa Agung dan Kapolri untuk melaksanakan tugas penting ini.

Saudara-saudara,

Pada bagian kedua ini saya akan menyampaikan sikap pendapat dan langkah tindakan apa yang perlu dilakukan menyangkut kasus hukum Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto.

Sejak awal proses hukum terhadap dua pimpinan KPK non-aktif ini telah menimbulkan kontroversi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Kecurigaan terhadap kemungkinan direkayasanya kasus ini oleh para penegak hukum juga tinggi. Dua hari yang lalu saya juga mempelajari hasil survey oleh lembaga survey yang kredibel, yang baru saja dilakukan, yang menunjukkan bahwa masyarakat kita memang benar-benar terbelah.

Di samping saya telah mengkaji laporan dan rekomendasi Tim-8, saya juga melakukan komunikasi dengan dua pimpinan Lembaga Tinggi Negara di wilayah justice system yaitu Sdr. Ketua Mahkamah Agung dan Sdr. Ketua Mahkamah Konstitusi.

Saya juga melakukan komunikasi dengan segenap pimpinan KPK dan tentu saja saya pun telah mengundang Kapolri dan Jaksa Agung untuk mencari solusi terbaik atas kasus ini. Di luar itu, saya juga patut berterima kasih kepada para pakar hukum yang lima hari terakhir ini sejak Tim-8 menyampaikan rekomendasinya juga memberikan sumbangan pemikiran kepada saya.

Dalam kaitan ini sesungguhnya jika kita ingin mengakhiri silang pendapat mengenai apakah Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto salah atau tidak salah, maka forum atau majelis yang tepat adalah pengadilan. Semula saya memiliki pendirian seperti ini.
Dengan catatan proses penyidikan dan penuntutan mendapatkan kepercayaan publik yang kuat. Dan tentu saja proses penyidikan dan penuntutan itu fair, objektif, dan disertai bukti-bukti yang kuat.

Dalam perkembangannya justru yang muncul adalah ketidakpercayaan yang besar kepada pihak Polri dan Kejaksaan Agung sehingga telah masuk ke ranah sosial dan bahkan ranah kehidupan masyarakat yang lebih besar. Oleh karena itu faktor yang saya pertimbangkan bukan hanya proses penegakan hukum itu sendiri, tapi juga faktor-faktor lain seperti pendapat umum, keutuhan masyarakat kita, azas manfaat, serta kemungkinan berbedanya secara hakiki antara hukum dengan keadilan.

Sebelum memilih opsi atau konstruksi penyelesaian kasus ini di luar pertimbangan faktor-faktor non-hukum tadi, saya juga menilai ada sejumlah permasalahan di ketiga lembaga penegak hukum itu, yaitu di Polri, Kejaksaan Agung, dan KPK. Permasalahan seperti ini tentu tidak boleh kita biarkan dan harus kita koreksi, kita tertibkan, dan kita perbaiki.

Oleh karena itu, solusi dan opsi lain yang lebih baik, yang dapat ditempuh adalah pihak kepolisian dan kejaksaan tidak membawa kasus ini ke pengadilan dengan tetap mempertimbangkan azas keadilan, namun perlu segera dilakukan tindakan-tindakan korektif dan perbaikan terhadap ketiga lembaga penting itu yaitu Polri, Kejaksaan Agung, dan KPK.

Solusi seperti ini, saya nilai, lebih banyak manfaatnya dibanding mudharatnya. Tentu saja, cara yang ditempuh tetaplah mengacu kepada ketentuan perundang-undangan dan tatanan hukum yang berlaku.

Saya tidak boleh, dan tidak akan memasuki wilayah ini, karena penghentian penyidikan berada di wilayah Lembaga Penyidik (Polri), penghentian tuntutan merupakan kewenangan Lembaga Penuntut (Kejaksaan), serta pengenyampingan perkara melalui pelaksanaan asas oportunitas merupakan kewenangan Jaksa Agung.

Tetapi sesuai dengan kewenangan saya, saya menginstruksikan kepada Kapolri dan Jaksa Agung untuk melakukan penertiban, pembenahan dan perbaikan di institusinya masing-masing berkaitan dengan kasus ini. Demikian pula, saya sungguh berharap KPK juga melakukan hal yang sama di institusinya.

Rakyat Indonesia yang saya cintai dan saya banggakan, jika pada akhirnya, insya Allah, kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto ini dapat kita selesaikan, tugas kita masih belum rampung. Justru kejadian ini membawa hikmah dan juga pelajaran sejarah, bahwa reformasi nasional kita memang belum selesai, utamanya reformasi di bidang hukum. Kita semua, para pencari keadilan, juga merasakannya.

Bahkan kalangan internasional, yang sering fair dan objektif dalam memberikan penilaian terhadap negeri kita, juga menilai bahwa sektor-sektor hukum kita masih memiliki banyak kekurangan dan permasalahan. Sementara itu, prestasi Indonesia di bidang demokrasi, penghormatan kepada HAM dan kebebasan pers mulai diakui oleh dunia. Demikian juga pembangunan kembali perekonomian pasca krisis 1998 juga dinilai cukup berhasil.

Sementara itu, dunia juga menyambut baik peran internasional Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini yang dinilai positif dan konstruktif. Oleh karena itu, sebagaimana yang telah saya sampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa lima tahun mendatang penegakan hukum dan pemberantasan korupsi tetap menjadi prioritas pemerintah.

Bahkan dalam program 100 hari, saya telah menetapkan gerakan Pemberantasan Mafia Hukum sebagai prioritas utama. Kita sungguh serius. Agar masyarakat bisa hidup lebih tentram, agar keadaan menjadi lebih aman dan tertib, agar perekonomian kita terus berkembang, dan agar citra Indonesia di mata dunia bertambah baik, maka reformasi di bidang hukum harus benar-benar sukses, dan korupsi harus berhasil kita berantas.

Khusus untuk menyukseskan gerakan Pemberantasan Mafia Hukum, saya sedang mempersiapkan untuk membentuk Satuan Tugas, di bawah Unit Kerja Presiden, yang selama dua tahun ke depan akan saya tugasi untuk melakukan upaya Pemberantasan Mafia Hukum.

Saya sungguh mengharapkan dukungan dan kerja sama dari semua Lembaga Penegak Hukum, dari LSM dan Media Massa, serta dari masyarakat luas. Laporkan kepada Satgas Pemberantasan Mafia Hukum jika ada yang menjadi korban dari praktik-praktik Mafia Hukum itu, seperti pemerasan, jual-beli kasus, intimidasi dan sejenisnya.

Dalam kaitan ini, saya menyambut baik rekomendasi Tim-8 dan juga suara-suara dari masyarakat luas agar tidak ada kasus-kasus hukum, utamanya pemberantasan korupsi, yang dipetieskan di KPK, atau juga di Polri, dan Kejaksaan Agung.

Kalau tidak cukup bukti hentikan, tetapi kalau cukup bukti mesti dilanjutkan. Hal ini untuk menghindari kesan adanya diskriminasi dan tebang pilih dalam pemberantasan korupsi. Apalagi kalau pemeti-esan ini berkaitan dengan praktik-praktik Mafia Hukum tadi.

Akhirnya, saudara-saudara, marilah kita terus melangkah ke depan, dan bekerja lebih gigih lagi untuk menyukseskan pembangunan bangsa.

Kepada jajaran Polri, Kejaksaan Agung, KPK, dan Lembaga-Lembaga penegak hukum dan pemberantas korupsi lainnya, teruslah berbenah diri untuk meningkatkan integritas dan kinerjanya. Bangun kerja sama dan sinergi yang lebih baik, dan hentikan disharmoni yang tidak semestinya terjadi.

Kepada masyarakat luas di seluruh tanah air marilah kita lebih bersatu lagi, dan cegah perpecahan di antara kita. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa membimbing perjalanan bangsa kita ke arah yang benar.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber: VivaNews.com

18 November, 2009

Keberpihakan (yang) Diperlukan dari Majikan Godzila dan Buaya


Minggu ini, adalah masa krusial bagi SBY. Hasil rekomendasi Tim 8, yang dipimpin Adnan Buyung Nasution, sudah diserahkan dan diterima langsung oleh Presiden. Bahasa lugas dari Tim 8 yang menyarankan Presiden agar pihak - pihak yang terlibat dalam rekaman "wawancara bersejarah", yang diputar dalam sidang di Mahkamah Konstitusi untuk lengser keprabon adalah harga mati yang dapat memenuhi rasa keadilan masyarakat. Namun demikian, pada saat yang hampir bersamaan, Kejaksaan menyatakan berkas Bibit S. Rianto - Chandra M. Hamzah justru sudah P21. Selanjutnya, setelah eskalasi dukungan dan opini yang memenuhi akal sehat semakin kuat dan mementahkan skenario - skenario baru yang dibangun Polri namun justru semakin menyudutkan Polri, Anggodo, aktor paling berpengaruh dalam salah satu fragmen dan modus operandi Mafia Peradilan, oleh Mabes Polri baru dinyatakan sebagai tersangka.

Demo tandingan (dan pasti pesanan) yang mendukung Kepolisian justru mulai bergeliat, ketika barisan pendukung KPK mulai turun gelanggang. Sebuah pertunjukan "sinetron tingkat tinggi" dan dinamika hukum yang hampir2 memasuki ranah politik beberapa pekan kebelakang memang menyedot energi anak bangsa. Komisi III, Komisi Hukum DPR RI, ah sudahlah, meskipun berdalih ingin menegakkan aturan main dan mengawal Undang - Undang, jelas sensitifitas dan keberpihakannya sebagai wakil rakyat, mendekati titik NOL. Bagaimana mungkin, wakil rakyat, berbeda pendapat dan hati nuraninya dengan rakyatnya sendiri? Hal yang menjawab realitas ini adalah pertimbangan kepentingan adalah nyata dan terang benderang, sehingga Komisi III lebih memilih berdiri di sepatu yang sama dengan Polri sementara KPK, Tim 8 dan rakyat kebanyakan berada di sepatu yang lainnya.

Dimana Majikan Godzila dan Buaya?

Substansinya, sederhana, dia harus berpihak kepada rakyat. Copot Jaksa Agung dan Kepala Polri, karena gagal menata birokrat di wilayah kekuasaannya.Keduanya, telah gagal melaksanakan tugas yang menjadi domain dan amanat undang - undang. Sebagai lembaga yang diharapkan dapat menjadi penjaga hukum dan menjunjung tinggi keadilan, justru mengambil peran sebaliknya. Buat SBY,ini adalah pilihan yang tidak mudah memang, namun akan menjadi langkah besar dan sangat strategis yang akan dicatat sejarah untuk menggenapi pencapaian SBY sebagai Presiden. Mari kita renungkan sejenak, bagaimana mungkin, sebuah rekayasa kasus penetapan Antasari Azhar, justru dikemukakan oleh Kombes Wiliardi Wizard sedemikian terang benderang?

Saya melihatnya ini sebagai "lampu petunjuk" atas dikabulkannya doa - doa para anak negeri pemilik nurani. Jika bukan karena kasih dan sayang Tuhan atas darah dan nyawa para pahlawan yang gugur dalam dekade perang kemerdekaan, tentu kejutan - kejutan sekaligus keajaiban - keajaiban selama proses persidangan kasus ini berlangsung tidak akan kita dengar dan ketahui. Ini adalah bentuk kasih sayang dan keberpihakan Tuhan YME kepada rakyat Indonesia. Tidak boleh dibiarkan dan tidak boleh kita ingkari. Sehingga, kita harus dorong dan yakinkan "Sang Majikan" untuk tidak lagi ragu mengambil tindakan untuk melaksanakan rekomendasi paling penting dari Tim 8. Beliau memiliki kewenangan untuk memenuhi harapan terbesar masyarakat. Kalau ingin aman terhindar dari frasa "melakukan intervensi", toh masih ada solusi alternative lain yang dibenarkan Undang- Undang. Bukankah tugas pemimpin memang bukan untuk memenuhi harapan dan keinginan diri sendiri?

Tindakan pencopotan Jaksa Agung dan Kepala Polri adalah paket solusi ideal untuk memulai langkah selanjutnya dalam reformasi di bidang hukum, pemberantasan korupsi termasuk upaya pembersihan mafia peradilan.

Wallahu'alam bisshawab.

20 October, 2009

Selamat Bertugas (kembali) Pak SBY

Selasa, 20 Oktober 2009. Indonesia kembali mendengarkan sekaligus menyaksikan, putra terbaiknya menyatakan Sumpah Jabatan selaku Presiden. Putra terbaik dari rahim bunda pertiwi tersebut bernama Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bagi luluan terbaik AMN pada angkatannya ini, merupakan masa jabatan lima tahun kedua. Sehingga prosesi pelantikan dan pengambilan sumpah yang dihadiri oleh setidaknya 5 (lima) Kepala Pemerintahan Negara terdekat dan sejumlah perwakilan khusus dari Negara besar seperti Jepang dan Amerika Serikat yang berlangsung pada hari ini, menjadi semacam penegasan kembali atas sumpah yang sama yang telah dilakukan lima tahun lalu.

Dinamika kehidupan bernegara yang telah dilampauinya lima tahun lalu serta kematangan bersiasat dan memenangkan kepentingan dalam bungkus politik dan mengelola negara, ditambah rasa percaya diri yang lebih tinggi karena dipilih oleh lebih dari 60% pemilih, seharusnya menjadi modal yang lebih dari cukup bagi SBY untuk mengabdi dan membuktikan diri, sebagai Presiden yang akan dicatat sejarah. Nama besar dan harum Soekarno, sudah pasti tidak akan tertandingi. Namun, kepemimpinan Soeharto, seharusnya dapat dijadikan pembanding, karena menjadi pemimpin dalam era atau masa yang relatively, kondisinya sama. Bukan era perjuangan tetapi era pembangunan. Banyak yang memuji namun tidak sedikit yang meragukan kepemimpinannya pada 2004 – 2009. Toh, hasil Pemilu 2009, memupus keraguan mereka yang tidak mempercayainya, termasuk penulis, dengan memilih kandidat lain. Semoga realitas tersebut menjadi jawaban bahwa lebih banyak rakyat Indonesia yang percaya dan merasa dipimpin oleh SBY, sehingga layak memenuhi kuota dan kesempatan konstitusi dalam lima tahun berikutnya.


Optimalisasi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan penciptaan sebanyak mungkin lapangan pekerjaan, adalah dua hal yang menjadi harapan penulis kepada beliau untuk dapat dicapai sampai dengan 2014. Kita semua tentu masih sadar dan tahu, bahwa negeri ini, diciptakan Tuhan dengan kekayaan Sumber Daya Alam yang melampaui negara – negara lain kebanyakan. Ironisnya, pada sebuah negara yang demikian (masih) kaya raya ini, jumlah pengangguran masih sangat tinggi. Sehingga dampak dari kekayaan alam yang melimpah tersebut belum dirasakan manfaatnya secara optimal oleh sebanyak mungkin warga negaranya.

Menurut saya, isu – isu seperti stabilitas keamanan, politik dan kebijakan luar negeri, pemberantasan korupsi dan penerapan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) serta dinamisasi kehidupan politik relative sudah tumbuh dengan baik dan telah berjalan pada relnya. Tinggal dikembangkan dan yang lebih sulit justru adalah menjaga dan mempertahankan konsistensinya. Mekanisme kontrol dari kalangan masyarakat madani, melalui LSM atau komunitas pemikir (think thank group) yang selama ini telah terbangun, dapat terpelihara dan tidak sampai kepada tingkat kekhawatiran yang berlebihan melalui pemberangusan.

Tentu banyak sekali harapan kita kepada beliau, sebagai bangsa yang belum dapat dikatakan makmur secara ekonomi, keinginan masyarakat kebanyakan sejatinya sederhana saja: memiliki kesempatan mendapatkan pekerjaan, mendapat gaji yang memadai dan terpenuhinya kebutuhan minimal dasar (primer). Sementara untuk sebagian kecil masyarakat yang sudah mapan, pemenuhan kebutuhan tertier dan aktualisasi diri yang kadang membuat ”riweuh”, tentu tidak perlu mengalihkan fokus perhatian SBY dan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II dalam memperjuangkan kehidupan masyarakat lainnya yang lebih besar.

Selamat Bertugas (kembali) Pak. Semoga apa – apa yang telah Bapak fikirkan dan janjikan – pada saat kampanye lalu akan mampu Bapak realisasikan. Kiranya Tuhan YME akan memberi kemudahan dan jalan tebaik kepada Bapak. Amin.

15 September, 2009

Kembali Fitri



Insyaallah, 20 September 2009, akan ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai 1 Syawal 1430 H. Hari yang selalu dianggap istimewa bagi jutaan muslim di dunia. Bagi saya, hari tersebut tetap merupakan misteri, bagaimana harus menyikapinya: disyukuri atau diratapi?

Kehadirannya menghentikan keistimewaan Ramadhan, sebuah bulan yang telah dipilih oleh Allah SWT sebagai bulan dengan tingkat kondusivitas tertinggi untuk beribadah. Bulan yang sangat nyaman untuk melakukan investasi yang menembus dimensi planet atas return yang diperolehnya. Pada saat yang sama, 1 Syawal kenapa harus disyukuri? Karena seiring dengan mentari senja menjelang berkumandang Adzan Maghrib pada hari itu, Muslim yang beriman dan mampu melewati bulan Ramadhan dengan baik, dinisbahkan sebagai manusia baru yang terbebas dari noda dan dosa, laksana bayi yang baru dilahirkan, putih bersih, sehingga layak dirayakan.

Saya pribadi, lebih merasakannya sebagai sebuah kesedihan ketika harus berpisah dan ditinggal Ramadhan. Menyadari tipisnya iman yang dimiliki dan pengalaman menjalani hari - hari diluar Ramadhan serta merasakan langsung bagaimana sangat rentannya diri terhadap cobaan dan godaan diluar bulan Ramadhan, sungguh memerlukan lebih banyak Ramadhan dalam diri saya. Seratus, seribu bahkan seratus ribu hari lain yang memiliki keistimewaan Ramadhan.


Terlepas dari itu semua, saya bersama keluarga, mengucapakan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H. "Taqobballawloohu Minna Waminkum", Mohon Maaf Lahir dan Batin.

03 September, 2009

Islam dan Kerja: Bentuk Ibadah Terindah dan Mulia



Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuhu,

Ta’awudz:

"Apabila telah ditunaikan shalat,Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung"(QS–Al Jum’ah, 62: 10)

5 Etos Kerja Profesional.
Jansen Sinamo, Sang Bapak Etos sekaligus Penulis "8 ETOS KERJA PROFESIONAL": navigator Anda menuju sukses, mengatakan dalam buku barunya tersebut bahwa manusia itu pada dasarnya adalah pencari kesuksesan. Arti sukses itu sendiri dipandang relatif oleh sebagian masyarakat dari segi pencapaiannya, namun ada satu hal yang tetap dilihat sama oleh masyarakat dari zaman apapun yakni cara untuk mencapai kesuksesan dengan 5 etos dari 8 etos kerja yang dikemukakan oleh Jansen , detailnya sebagai berikut :

1.Kerja adalah Rahmat: Bekerja Tulus Penuh Syukur.

Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang berterimakasih. ( Q.S – Shaba, 34:13)

Bekerja adalah rahmat yang turun dari Allah, oleh karena itu harus kita syukuri. Bekerja dengan tulus akan membuat kita merasakan rahmat lainnya sebagai berikut:

•Kita dapat menyediakan sandang-pangan untuk keluarga kita dengan gaji yang kita dapat.
•Kita diberi kesempatan untuk bisa bergaul lebih luas serta meningkatkan kualitas diri ke tingkat yang lebih tinggi hingga kita bisa tumbuh dan berkembang.
•Kita bisa memaksimalkan talenta kita saat bekerja.
•Kita bisa mendapatkan pengakuan dan identitas diri dari masyarakat dan komunitas.

2.Kerja adalah Amanah: Harus Bekerja dengan Benar dan Penuh Tanggung Jawab.

Amanah melahirkan sebuah sikap tanggung jawab, dengan demikian maka tanggung jawab harus ditunaikan dengan baik dan benar bukan hanya sekedar formalitas. Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang didelegasikan kepada kita akan menumbuhkan kehendak kuat untuk melakasanakan tugas dengan benar sesuai job description untuk mencapai target yang ditetapkan.

”Kullukum roo’in wakullukum mas ulun ’an roiyyatihi” setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT

3.Kerja adalah Seni: Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas.

Bekerja keras itu perlu, namun bekerja dengan cerdas sangat dibutuhkan. Kecerdasan disini maksudnya adalah menggunakan strategi dan taktik dengan pintar untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu bekerja agar tetap efektif dan efesien, melihat dan memanfaatkan peluang kerja yang ada, melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif dan kreatif. Hasilnya, tentu saja daya cipta kita bukan hanya disenangi oleh pemimpin perusahaan tetapi juga oleh orang lain karena semua yang kita hasilkan itu adalah karya seni.

4.Kerja adalah Pelayanan sekaligus Kehormatan: Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati.

Pelayanan:
Tahukah Anda kalau ternyata hasil yang kita lakukan dalam bekerja bisa menjadi masukan untuk orang lain dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dari proses tersebut kita telah memberikan kontribusi kepada orang lain agar mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan lebih mudah. Jadi, bekerja juga bisa kita golongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan kita terhadap orang lain. Kerja keras itu baik, menyehatkan dan menguatkan diri kita.
Rasulullah S.A.W. bersabda, "Seorang muslim yang menanam atau menabur benih, lalu ada sebahagian yang dimakan oleh burung atau manusia, atapun oleh binatang, niscaya semua itu akan menjadi sedekah baginya" (Riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Kehormatan:
Kehormatan diri bisa kita dapatkan dengan bekerja. Melalui pekerjaan, maka kita dihormati dan dipercaya untuk memangku suatu posisi tertentu dan mengerjakan tugas yang diberikan kepada kita termasuk segala kompetensi diri yang kita miliki, kemampuan dan kesempatan dalam hidup. Rasa hormat yang terbentuk dalam diri kita akan menumbuhkan rasa percaya diri yang akan meningkatkan keinginan kita untuk bekerja lebih tekun.

5.Kerja adalah Ibadah: Bekerja Serius Penuh Kecintaan.

Segala pekerjaan yang diberikan Allah kepada kita harus kita syukuri dan lakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada tipe atau jenis pekerjaan yang lebih baik dan lebih rendah dari yang lain karena semua pekerjaan adalah sama di mata Allah jika kita mengerjakannya dengan serius dan penuh kecintaan. Berbekal keseriusan itu maka hasil yang akan kita peroleh juga akan lebih dari yang kita bayangkan, begitu pula jika pekerjaan yang kita lakukan didasarkan oleh rasa cinta. Seberat apapun beban pekerjaan kita, berapapun gaji yang kita dapatkan dan apapun posisi yang kita pegang akan memberikan nilai moril dan spirituil yang berbeda jika semua didasari dengan rasa cinta. Jadi ingat, bekerja serius penuh kecintaan akan melahirkan pengabdian serta dedikasi terhadap pekerjaan.
....
Suatu ketika, Rasulullah mencium tangan kasar seseorang karena bekerja keras sebagai pemecah batu dan beliau memujinya bahwa tangan itu dicintai Allah. Subhanallah! …..

Penutup
Semoga, serangkaian pengingat yang baru saja kita dengarkan bersama, dapat menjadi energizer bagi jiwa – jiwa yang sedang mengalami kehilangan motivasi, kejenuhan dalam menjalani rutinitas dan akan menjadi hembusan angin sejuk pegunungan atas rasa penat terhadap sejumlah permasalahan yang dihadapi.

Menjelang saya akhiri, kembali sebuah untaian kalimat bijak layak untuk kita dengarkan kembali:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”

“Barangsiapa yang menjadi susah pada petang hari kerana kerjanya, maka
terampunlah dosanya.” (Hadis riwayat Tabrani)


Doa

Wassalamu’alaikum wR. wB.

Note: pointers diatas disampaikan untuk kegiatan buka puasa bersama karyawan PT ALTO Network, tanggal 4 September 2009, dimana pemilik blog didaulat menjadi penutur hikmah.

13 August, 2009

Kemerdekaan




Oleh: Azyumardi Azra
Sumber: Republika Online, Kamis 13 Agustus 2009

Hari kemerdekaan 17 Agustus kembali menjelang dan kali ini genap 64 tahun usia republik. Dirgahayu Indonesia. Tapi, lebih dari itu, makna apa yang bisa dipetik warga negara dari peringatan hari kemerdekaan ini. Jangan-jangan, peringatan itu telah benar-benar menjadi sebuah kerutinan belaka--yang karena itu kian kurang memiliki maknanya. Atau, sekadar waktu kembali mengadakan lomba panjat pinang dan lomba-lomba lain yang lebih merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk sebentar lepas dari impitan masalah dan kerutinan sehari-hari.

Kemerdekaan. Benarkah kita sudah merdeka? Secara politis, tentu saja tidak perlu dipersoalkan lagi karena jelas-jelas kemerdekaan ini telah diproklamasikan Soekarno dan Mohammad Hatta pada 17 Agustus 1945. Tapi, dalam masa pascakemerdekaan, berbagai bentuk penjajahan neokolonialisme dan neoimperialisme muncul sambung-menyambung sampai hari ini. Dengan meningkatnya globalisasi, kita bahkan dari hari ke hari semakin terkepung dalam berbagai bentuk neoimperialisme yang sering membuat kita nyaris tak berkutik.

Di tengah kepungan kekuatan-kekuatan global, dari hari ke hari kita merasa kian kehilangan independensi dan kemandirian serta kemerdekaan hakiki. Kita lebih suka menambah utang luar negeri daripada melakukan berbagai bentuk penghematan, pengencangan ikat pinggang, serta menggali kekuatan dan kemampuan bangsa sendiri. Mungkin, pada satu segi, adanya utang boleh jadi menunjukkan kita masih dipercaya dan kredibel untuk diutangi. Bahkan, konon dalam kerangka pikir ini, kita harus berutang agar kelihatan bonafide.

Bagaimanapun, agar dapat menerima utangan, siapa pun harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang kadang-kadang tersembunyi; sama dengan persyaratan kartu kredit atau asuransi dengan huruf sangat kecil, yang nyaris tidak bisa dibaca atau harus dibaca berulang kali karena mengandung banyak 'jebakan' dan gimmick. Hal-hal seperti ini sering tidak disadari, yang pada gilirannya membuat kita terjerumus, bahkan menggiring ke jalan yang tidak berujung.

Kemerdekaan. Ketika liberalisasi yang merupakan pangkal globalisasi semakin menyeruak berbagai aspek kehidupan kita, maka yang kita alami adalah meningkatnya disrupsi dan disorientasi dalam berbagai lini dan tingkatan personal-individual dan komunal-masyarakat. Disrupsi dan disorientasi itu menunjukkan berbagai gejala kontradiktif dan aneh dalam masyarakat. Misalnya, orang Indonesia yang konon mudah senyum, ramah, dan lebih menekankan keseimbangan dan harmoni dalam beberapa tahun belakangan menjadi pengebom bunuh diri.

Pengeboman bunuh diri agaknya menjadi konsekuensi yang tidak diharapkan ketika liberalisasi politik membuat adanya orang-orang di antara kita yang tidak lagi peduli pada hukum, bahkan kemanusiaan yang adil dan beradab. Di mana keadilan dan keadaban ketika kemarahan kepada kekuatan-kekuatan global yang dominatif dan hegemonif malah dilampiaskan kepada orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan kemarahan dan agenda para pengebom bunuh diri dan mastermind-nya.

Apakah makna kemerdekaan di tengah arus liberalisasi dan globalisasi? Kita agaknya luput membicarakannya karena kita lebih sibuk dengan pertarungan politik yang manipulatif, abusif, dan divisif. Kita lebih banyak berpikir dan bertindak demi kekuasaan daripada berpikir dan melangkah serius untuk mengatasi berbagai macam gejala disrupsi dan disorientasi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan bahkan agama.

Kemerdekaan secara restrospektif semestinya adalah saat yang tepat untuk mengukuhkan kembali kesadaran pada tujuan kemerdekaan: menghapuskan penjajahan di muka bumi dalam berbagai bentuknya yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan. Tetapi, tujuan mulia ini sulit dicapai tanpa Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Sekali lagi, kemerdekaan negara saja tidaklah cukup. Namun, itu memerlukan Pemerintah Indonesia yang mampu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia: dapat memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Inilah pesan Pembukaan UUD 1945.

Berdasarkan kerangka ini, bisa terlihat posisi dan pencapaian kita setelah 64 tahun merdeka. Jelas, terlihat banyak disparitas di antara tujuan-tujuan tersebut dengan realitas yang kita saksikan dan alami dalam kehidupan sehari-hari. Sepatutnya, usaha-usaha serius dan sungguh-sungguh mesti dilakukan. Mengeluh dari waktu ke waktu tidak pernah dapat menjawab tantangan. Bangsa ini memiliki potensi besar--kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan-tujuan seperti itu melalui akselerasi pembangunan bidang-bidang strategis.

Akhirnya, adalah tugas kita semua untuk selalu saling mengingatkan pentingnya kebulatan tekad bangsa agar senantiasa berusaha keras mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Siapa pun yang berada dalam posisi kepemimpinan apa pun memiliki kewajiban sesuai kemampuan masing-masing bekerja yang terbaik untuk bangsa dan negara ini.

13 July, 2009

Memancing Terus Terang


Penulis: Eileen Rachman & Sylvina Savitri (EXPERD).
Sumber: Kompas, Sabtu, 11 Juli 2009

Seorang teman kerja, saat mendapat kesempatan untuk berbicara rileks dengan saya, mengeluarkan berbagai komentar tak terduga – duga mengenai situasi lingkungan kerja di bagiannya. Saya sungguh terkejut, karena dari luar, tampak tidak ada masalah dengan divisi tersebut. Ternyata, ia dan teman kerja satu divisi punya berbagai keluhan tentang atasannya.

Si atasan tampaknya tidak menyadari bahwa teman –teman yang dipimpinnya mempunyai unek – unek dan berbagai masukan untuk pengembangan dirinya. Padahal, bila ditanya, semua orang berkata mereka lebih suka hubungan interpersonal yang diwarnai suasana terus terang. Ini berarti ada sesuatu yang mengganjal, membuat macetnya komunikasi, terutama bila komunikasi itu bersifat kritik pribadi, walaupun sebenarnya tidak diinginkan.

Gejala tidak berani usul, diam saja saat ketika mendapat perlakuan kurang fair atau melihat ketidakberesan, saya lihat terjadi juga pada beberapa bagian dan di banyak organisasi. Meskipun nyata-nyata tidak ideal dan tidak produktif bagi tim, organisasi bahkan bangsa, namun ketidakterusterangan seakan sudah membudaya. Kita tahu, tumbuh subur pendapat, “Sebaiknya ‘selamat’ di organisasi”. Bisa jadi, reaksi negative dari bapak dan ibu atasan saat dikritik juga membuat kita jadi tidak nyaman mengkritik. Individu yang berasal dari keluarga yang terlalu sopan, juga diajarkan sejak kecil untuk “tutup mulut” daripada dicap kurang ajar. Tak jarang, budaya ketimuran kita sebagai orang Indonesia, dijadikan kambing hitam atas sulitnya membangun budaya keterbukaan. Padahal, apakah karena kita orang Indonesia, kita tidak butuh menggarap organisasi, manajemen atau bahkan pemerintahan yang menanggapi informasi secara cermat, on time dan dalam? Pertanyaan kita semua, bagaimana kita membangun budaya dimana setiap orang berani berterus terang sehingga informasi bermanfat bisa beredar dengan leluasa dan dikembangkan?

Apakah kita akan terus Menghindar?

Secara naluriah, manusia memang inginnya menghindar dari konflik maupun kenyataan yang ‘pahit’. Kita semua tahu bagaimana sakit perutnya menghadapi keluhan pelanggan. Perasaan yang sama juga kita rasakan saat menghadapi realitas adanya hubungan interpersonal yang tidak harmonis. Melihat para politisi atau negarawan saling berseteru saja kita bisa merasa tidak nyaman. Bila ada dua rekan kerja terdekat berseteru atau saling mendiamkan, pastilah kita juga merasa terganggu. Ketidak cocokan antar divisi yang sudah menjadi masalah klasik, kalau mungkin dihindari, rasanya ingin kita hindari. Rasa tidak nyaman tentunya akan mengganggu, bila kita sendiri yang tengah mengalami tidak harmonisnya hubungan interpersonal dengan orang lain. Ini adalah mekanisme wajar.

Walaupun usaha dilakukan mati-matian pun, keterbukaan adalah juga pilihan yang sangat pribadi. Ada orang yang dari ‘sana’-nya memang sudah tidak mau terbuka. Menghadapi kenyataan ini sekalipun, lebih baik memulai membenahinya daripada diam saja.

Pentingnya “Campur Tangan” Manajemen

Kita bisa bertanya pada diri sendiri, apakah tempat kerja kita benar – benar telah menerapkan ‘open door policy’ yang sering didengung-dengunkan. Ini tentunya tidak berarti bahwa top manajemen ber’kuping tipis’ dan menyikapi langsung semua informasi mentah yang diterima. Kita perlu mempertanyakan apakah feedback dan masukan itu mengalir dengan lancar dan sejuk, tidak memanaskan suasana. Bila manajemen puncak tidak bersikukuh untuk mendorong terbukanya jalur komunikasi, tidak mungkin keterbukaan secara tiba-tiba turun dari langit.

Kita lihat bahwa organisasi yang secara sungguh – sungguh menggalakkan perbaikan komunikasi menyeluruh, menunjukkan persentase kesuksesan yang lebih besar, ketimbang bila individu yang mengupayakan keterbukaan ini sendiri – sendiri. Di sebuah organisasi, upaya ini diterjemahkan dalam “buddy program” yang cerdas. Individu, dipasangkan dengan buddy atau mentor dari divisi lain. Dengan demikian, karyawan yang berada di grassroot merada lebih bebas untuk bersuara, karena buddy-nya bukan penentu nasibnya secara langsung, bisa lebih dipercaya dan tidak terlalu bersiko. Ini hanya salah satu upaya untuk memperlebar telinga, sambil berbesar hati sekaligus berfikir kreatif mencari solusi.

Kembangkan Ritual Komunikasi

Memancing keterusterangan, tak pelak akan membuat berbagai masalah menjadi lebih kelihatan. Atasan yang terlihat sanggup menggerakan teman – temannya, ternyata tidak disukai anak buah. Tim yang saat bertemu tampak harmonis dan rukun – rukun saja, ternyata bersaing tidak sehat. Bila kita sudah komit untuk memancing keterusterangan, kita pun perlu sama-sama berniat mencari solusi yang bisa diterapkan, tepat saat berbagai masalah dan kenyataan terbuka. Solusi yang ditunda sama saja menguburkan masalah ke arena yang lebih sulit digali lagi.

Sebagai orang yang sadar bahwa ada masalah dan berniat untuk memperbaikinya, kita tidak bisa menciptakan system yang bisa mendorong pembenahan hubungan secara menyeluruh. Lingkungan kerja harus diciptakan sedemikian rupa sehingga orang – orang harus secara kontinyu merasa bebas bersuara. Kita tidak bisa secara kontinyu menjalankam program umpan balik 360 derajat, melakukan perbaikan program komunikasi internal, atau merubah lay out ruangan. Pembenahan juga tidak ada artinya kalau kita tidak betul betul berniat untuk menjaga suasana dimasa depan. Program sharing tentunya harus lebih sering dilakukan, perkembangan perusahaan perlu terus di up date dan berbagai ritual komunkikasi harus senantiasa disuburkan. Komunikasi terbuka ini harus diupayakan sepenuh energi.

09 July, 2009

Indonesia Baru dengan Pemimpin Lama


Hasil Quick Count, yang dirilis sejumlah lembaga survei,dan satu stasiun televisi swasta, terhadap hasil pemilihan Presiden 8 Juli lalu, menunjukkan hasil yang mencengangkan! Pasangan SBY-Boediono menang mutlak sekaligus memenuhi persyaratan 20 % suara di 50% jumlah provinsi. Sebuah hasil yang identik dengan menang KO ala Mike Tyson di ring tinju, cukup 2 ronde dari 15 ronde yang direncanakan, tidak memuaskan hati penonton memang. Tidak ada greget dan tidak ada sorak sorai karena ada drama adu susul dalam proses penghitungan suara di TPS dari saksi dan pendukung kontestan.

Buat saya, ini bentuk legitimasi yang luar biasa untuk beliau. Sebuah penyerahan mandat dan amanat yang luar biasa besar. Ada kepercayaan, harapan dan doa disana. Terutama sekali, dalam rentang waktu terdekat, selama 3 bulan kedepan, akan segera diselesaikannya Undang - Undang Pengadilan Tipikor, yang menjadi kebijakan dan undang - undang yang sangat strategis untuk meyakini bahwa pemerintahan SBY- Boediono, sungguh - sungguh akan menata bangsa baru yang menjunjung tinggi good governance dan tegas menyatakan tidak kepada praktek KKN. Selanjutnya, harapan untuk semakin baiknya kualitas kehidupan melalui kesempatan pendidikan yang sungguh - sungguh murah karena seharusnya menjadi tanggung jawab Negara; harapan untuk tetap aman dan damai,tanpa harus dibayangi oleh intimidasi dari ancaman kedaulatan Negara tetangga; harapan untuk menjadi bangsa yang lebih mandiri dan berdaulat, yang mampu melepaskan diri dari campur tangan berlebihan terhadap kebijakan makro ekonomi dari Negara Luar; ada kesempatan kerja yang lebih besar untuk menekan angka pengangguran; ada harapan dan doa dari para Ulama dan Agamawan, agar Ahmadiyah segera dinyatakan sebagai ajaran yang sesat (tanpa harus takut terhadap kepentingan Inggris); serta akan ada 101 harapan lainnya, sesuai dengan alasan pemilih mencontreng No. 2 di bilik suara.

Jumlah kursi yang juga dominan atas legislator yang berasal dari Partai Demokrat di Senayan, berdasarkan hasil Pemilihan Legislatif lalu, disatu sisi adalah keunggulan serta added value dari pasangan ini selama rentang waktu 2009 - 2014. Semoga, kebijakan - kebijakan dan arah pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Kabinet yang akan datang, dapat dilaksanakan lebih mulus. Meskipun, kondisi ini diiringi dengan sedikit kekhawatiran, tidak akan berfungsi maksimalnya konsep check dan balances antara eksekutif dengan legislatif.

Tentu saja, mengedepankan sikap berfikir positif dan memercayai fakta akan menangnya SBY-Boediono,versi quick count, akan lebih menyenyakkan tidur saya. Sambil...kembali menyelipkan doa: "Ya Allah, Engkau tidak kabulkan doa hamba untuk memenangkan JK, hamba meyakini, Engkau lebih tahu apa yang terbaik untuk bangsa kami. Perkenankan Engkau lapangkan hati Pak JK dan Pak Wiranto pada saat yang sama, lapangkan juga hati Pak Prabowo dan Ibu Mega, dengan menurunkan ruh kudus yang terbalut dalam kedamaian serta kejernihan hati, pikiran dan perasaannya, bahwa mengabdi kepada bangsa dan Negara, berbuat yang terbaik untuk buruh, petani dan nelayan tidak semata harus menjadi Presiden di bumi Pertiwi". Amin.

06 July, 2009

Kenapa Saya memilih JK?


Saya awali dengan pernyataan jujur, bahwa kinerja dan prestasi yang telah dicapai pasangan SBY-JK selama rentang 2004 hingga akhir masa jabatan pada tahun 2009 cukup membuat saya berbangga hati, Indonesia kembali memiliki pasangan Presiden dan Wakil Presiden ideal, setelah era Proklamator Bangsa, Soekarno - Hatta. Indikator – indikator yang berlaku umum untuk menilai kinerja dan prestasi pembangunan melampaui ekspektasi saya. Meskipun demikian, saya pun bersepakat masih terdapat beberapa catatan yang tetap bisa dikritisi dan diperbaiki tentu saja. Sayangnya, pasangan ini tidak dapat diteruskan untuk periode 2009 – 2014.

Tulisan ini saya dedikasikan sebagai janji yang harus saya penuhi untuk sahabat dan teman diskusi di blog, Farina Jamal (http://www.farinajamal.co.nr), yang kebetulan berkebangsaan Malaysia. Dia bertanya, “Apa yang Mas Dedi telah lakukan untuk mendukung JK?”, saya bilang “Nggak ada, selain berkomunikasi dan berdiskusi melalui FB”. Sejurus kemudian dia menyarankan kenapa tidak menulis di blog saja.

Well, akhirnya janji yang seharusnya saya upload Jum’at malam, ternyata meleset. Saya mohon maaf. Sekaranglah saatnya saya harus penuhi agar, Sister Farina Jamal dapat memegang omongan saya, selaku bagian dari anak bangsa, anak kandung Ibu Pertiwi, yang bermartabat yang mampu menunaikan janji, semoga komitmen ini menjadi hal dan catatan yang positif dikemudian hari.

Setelah mengikuti, tiga kali Debat Capres, membaca buku – buku yang ditulis khusus tentang gaya kepemimpinan beliau maupun tulisan – tulisan yang terserak disejumlah media cetak dan elektronik, berikut beberapa alasan saya memilih JK:

1.Genuine, ke-asli-an, orisinalitas dari apa yang diucapkan, ada dalam pikiran dan tindakannya, membuat saya terpesona. Dalam bahasa yang lebih sederhana, beliau “sangat manusia”, bukan robot yang serba tertata. Jauh dari kekhawatiran yang berlebihan terhadap pencitraan diri yang cenderung semu. Pertimbangan – pertimbangan terhadap citra diri, kewibawaan, kadang membuat seseorang berfikir dua – tiga kali sebelum mengucapkan sesuatu atau menjawab pertanyaan yang tidak diharapkan. Rekam jejak dan pengalaman beliau menjadi bagian dari pemerintah cukup lama. Sejak menjadi Menteri, Menteri Koordinator hingga Wakil Presiden. Sehingga beliau tahu betul substansi masalah yang sedang dihadapi dan apa yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.

2.Spontanitas, reaksi dan jawaban-jawaban yang diberikan ketika menjawab pertanyaan, selama rentang kampanye, selalu spontan. Hal ini menjadi alasan lain yang membuat saya yakin, spontanitas yang dimiliki dirinya adalah ciri dari tingkat kecerdasan, kreativitas dan tentu saja sosok mereka memiliki rasa percaya diri tinggi. Saya masih ingat, ketika dalam kesempatan Dialog dengan pengusaha yang tergabung dalam KADIN, bagaimana beliau secara spontan melepas dan menunjukkan sepatunya yang bermerk “JK Collection” buatan pengrajin sepatu Cibaduyut, sebagai jawaban atas pertanyaan pengusaha Nasional yang bertanya, “Kebijakan apa yang akan Bapak lakukan untuk melindungi pengusaha dalam negeri terhadap persaingan global?”. Spontan dan tepat jawab. Tidak muluk – muluk dan memberi jawaban normative.

3.Komitmen kemandirian, teruji ketika kunjungan kerja ke Negara Paman Sam, dimana yang mulia Joe Biden, Wakil Presiden Barrack Obama, bahkan menyatakan keheranannya kepada beliau, yang datang, sebagai Wakil Presiden sebuah negara, tanpa meminta-minta. Ini adalah awal yang baik untuk kembali membangkitkan harga diri dan martabat sebagai bangsa yang Merdeka sekaligus Mandiri. Hal ini disempurnakan dengan tindakan nyata, yang menggalang partisipasi sejumlah engineer bangsa Indonesia sendiri dalam proyek pembangunan sejumlah Bandara. Saya percaya, jika beliau terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia, kemampuan bangsa kita dalam membuat pesawat terbang, akan kembali dapat terwujud. Termasuk sejumlah industri strategis lainnya, seperti PINDAD, INKA, TELKOM akan kembali bergerak, tumbuh dan berkembang dengan semangat Nasionalisme yang bertanggungjawab.

4.Berani, adalah kepribadian yang seharusnya perlu dan mutlak dimiliki oleh seorang pemimpin bangsa. Terutama, berani mengambil keputusan atas permasalahan yang dilematis dan tidak populer. Pemimpin yang berani: berani berbeda pendapat, berani salah, berani malu, berani gagal, jauh lebih dihormati dibandingkan pemimpin yang berusaha untuk senantiasa menyenangkan hati dan mengambil jalan aman. Martabat bangsa Indonesia, harus dimulai dari martabat yang diusung oleh para pemimpinnya. Pemimpin yang bermartabat, dimata saya, adalah pemimpin yang berani untuk mengedepankan kepentingan bangsanya sendiri dibandingkan dengan kepentingan bangsa lain.

Semoga, catatan saya kali ini, menjadi cara saya untuk menjadi pemilih cerdas. Pemilih yang mampu dan berani mengalahkan rasa untuk sekedar ikut-ikutan pada arus yang menghindari perubahan karena merasa nyaman dengan status quo. Dengan penuh rasa berserah diri kepada kehendak Allah SWT, semoga ikhtiar ini menjadi cara saya untuk meyakinkan diri tentang perlunya mendukung JK untuk memimpin bangsa ini. Wallahu’alam bishawab.

Foto Credit: http://eddymesakh.files.wordpress.com/2009/05/obama-jk.jpg

12 June, 2009

Prestasi Dunia adalah Pekerjaan Anak Muda



Tadi malam, saya berkesempatan menyaksikan sesi akhir dari acara "Capres Bicara" di salah satu stasiun TV yang dipandu oleh Helmy Yahya. Pada episode tersebut, pasangan SBY - Boediono mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Yohannes Surya atas dedikasi, perjuangan dan kegigihannya menjadikan anak - anak muda Indonesia mampu menyabet sejumlah penghargaan bergengsi di kompetisi tingkat dunia untuk beberapa mata pelajaran berbasis science di Olympiade Fisika, Matematika dan Kimia. Kesempatan yang sama juga ditunjukkan, melalui penjelasan pembawa acara, beberapa anak balita dari tanah Papua yang mampu menunjukkan kecerdasan diatas rata-rata. Tentu, prestasi ini harus apresiasi. Disamping bagus untuk memberi keyakinan kepada kita, bahwa sebagai bangsa sejatinya memiliki modal otak anak - anak yang memadai, untuk maju dan berprestasi di tingkat dunia juga untuk menunjukkan, bahwa kita masih butuh

Dalam kontestasi Pilpres 2009 - 2014, tema yang memadai tentang arah pembangunan yang spesifik untuk anak muda, masih belum nampak, karena secara makro permasalahan bangsa kita masih berkutat seputar pengurangan jumlah penduduk miskin, membuka lapangan pekerjaan untuk menekan angka pengangguran dan masalah basic need lainnya. Inilah realitas yang kita hadapi bersama. Meskipun kondisinya demikian, tentu ada sekelompok anak muda Indonesia yang memiliki potensi untuk mengharumkan nama bangsa untuk bidang-bidang tertentu seperti pendidikan, olah raga, kesenian dan budaya yang tidak terlalu terikat dengan permasalahan bangsa karena memiliki orang tua yang mampu. Yang diperlukan oleh keluarga-keluarga seperti ini, selain apresiasi ketika sudah mencapai prestasi, adalah iklim yang kondusif agar mereka dapat memberikan kontribusinya bagi keharuman Indonesia dipentas dunia.

Pekerjaan rumahnya kemudian, kondisi ini masih belum mampu kita berikan secara maksimal, atas kenyataan terkait dengan kasus kematian David H. Wijaya,dan beberapa anak muda berprestasi lainnya sehingga mereka yang berhasil menyabet jawara tingkat dunia harus "dibeli" oleh negara atau perusahaan asing dengan cara diberikan beasiswa yang besar untuk meneruskan studi ke jenjang yang lebih tinggi dengan kewajiban untuk bekerja diperusahaan atau negara asing tersebut dalam rentang waktu tertentu. Termasuk, hengkangnya sejumlah atlet kelas dunia nasional lainnya yang lebih memilih untuk berkarier di negara lain.

Ini tugas kita bersama, sesuai dengan kemampuan kita masing - masing untuk memperbaikinya, bukan hanya tugas pemerintah, apalagi hanya janji dari calon presiden.

04 June, 2009

Manohara , David Widjaya dan Jati diri Bangsa di Ambalat


Harapan: Ada pernyataan dan sikap yang tegas dan jelas dari pemimpin bangsa, bahwa permasalahan ini adalah masalah yang serius untuk membangkitkan rasa Nasionalisme sebagai bagian dari proses national character building. Sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, seharusnya memiliki harga diri dan kemampuan untuk memberikan perlindungan kepada siapapun warga negara Indonesia dan anak bangsa yang tinggal di seluruh penjuru dunia, apatah lagi sebuah negara yang sangat dekat bernama Malaysia. Keberanian Manohara A. Pinot (gadis belasan tahun, model dan bisa jadi 'a politis') mengusulkan pergantian seorang Duta Besar, merupakan statement yang spontan dan sederhana, lugas dan benderang tentang bagaimana kecewanya dia kepada aparatur pejabat pemerintah yang seharusnya mampu memberikan perlindungan yang kongkrit, terasa dan langsung pada waktu yang diperlukan. Bukankah itu memang yang seharusnya dilakukan oleh rekan -rekan kita di KBRI di manapun diseluruh dunia, terutama pemimpinnya?. Ternyata ini tidak dirasakan oleh Manohara dan ibunya.

Hal yang sama, sayangnya ternyata juga berlaku terhadap kematian David Hartano Widjaya (anak cerdas, asset masa depan bangsa) yang sedang belajar di Nanyang Technology University (NTU) di Singapura. Bukankah, pemerintah kita bisa mengeluarkan statement dan tuntutan yang berani untuk mengungkap permasalahan ini kepada pemerintah Singapura? Pernyataan berani yang tegas, akan membangkitkan c'esprit de corps, semangat korsa kepada seluruh warga negara, bahwa kita punya pemimpin yang lantang dan gagah berani mewakili kita untuk menuntut keadilan dan tidak mentolerir kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh orang lain terhadap warga negaranya.

Ambalat, tentu saja perkara yang lebih rumit dan kompleks. Ilmu politik, menempatkan kawasan sebagai salah satu komponen sebuah negara. Dan sejarah bangsa - bangsa didunia, mulai dari era kehidupan manusia jaman batu yang sederhana, tumbuh dan berkembangya kebudayaan Romawi, kegemilangan Khalifah Islam, hingga masuk fase perang dunia pertama, perang dunia kedua, hingga saat ini, tak pernah lepas dari perdebatan dan perebutan kawasan. Tentu dengan berbagai alasan dan kepentingannya. Mulai dari issue sumber daya alam hingga strategi untuk menjadikannya sebagai daerah pengembangan ideologi, kepercayaan hingga untuk kepentingan pemasaran sebuah produk.

Sehingga, kawasan menjadi strategis,krusial dan sangat penting. Ketika kawasan kita mulai disambangi oleh kapal perang negara lain, dia harus secara tegas dilarang. Bukan seakan - akan dijaga atau seakan - akan dilindungi. Tidakkah kita belajar dari kegagalan mempertahankan Sipadan dan Ligitan? Dan sialnya, bukankah Ambalat juga pernah di sambangi beberapa waktu yang lalu, sempat senyap dan kini kembali di utak atik?.

Belajar dari sejarah, kita harus menghindari perang, memang. Tetapi kita seharusnya bisa untuk teriak selantang - lantangnya, "Jangan main - main dengan warga negara Indonesia, karena saya selaku Presiden Indonesia, menjadi pelindung pertama keselamatan seluruh warga negara dan orang yang pertama kali akan menyatakan perang terhadap pihak manapun yang akan menggangu kedaulatan bangsa dan Negara Indonesia". Pernyataan seperti ini yang menjadi harapan saya, Pak Presiden.

Realita: Hanya pernyataan datar, semata - mata menyampaikan proses dengan retorika yang sangat standar dan birokratis. Menyebalkan dan tidak punya greget sama sekali.

Photo Credit:
Manohara, http://i44.tinypic.com/2rr0xgy.jpg
David H. Widjaja, http://www.inilah.com/data/berita/foto/95580.jpg

08 May, 2009

Sensasi 14 Mei: Relasi Perjuangan Pemberantasan Korupsi


Bisa jadi akan menjadi tanggal yang tidak mudah dilupakan oleh para penegak hukum, penggiat pemberantasan korupsi, pebisnis bahkan para pemandu lapangan golf yang melek berita. Uniknya, tanggal ini pasti juga tidak akan dilupakan oleh para koruptor dan para kroninya pada sisi yang lain. Tentu hal yang sama untuk keluarga yang terlibat dalam Sensasi Empat Belas Mei ini.

Ditembaknya (alm) Nasrudin Zulkarnaen, Direktur Utama Putra Rajawali Banjaran (PRB) oleh eksekutor, telah menyedot perhatian publik dan menjadi bahan pembicaraan di thread Facebook, selingan meeting para direktur dan komisaris, menjadi inspirasi para gadis, hingga para tukang endog meri di Pasar Turi. Pokokna mah heboh ajah.

Sebagai negeri yang mayoritas penduduknya masih menjadikan “politik” sebagai bahan obrolan, tentu saja setiap fenomena yang terjadi selalu dikait-kaitkan dengan politik, dalam arti sempit sebagai perebutan kekuasaan. Bukan sebuah kebetulan memang, karena peristiwa naas ini – bagi ketiga istri korban - terjadi kala hangat-hangatnya proses pematangan koalisi untuk mencari pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Yang paling kuat adalah, peristiwa ini diangkat sebagai upaya pemerintah untuk mengalihkan perhatian publik atas buruknya kinerja KPU, dengan menghantam kinerja KPK. Kalkulasi ini tidak masuk akal saya, mengapa? Karena KPU dan KPK, seharusnya tetap akan dijaga sekuat tenaga agar kinerjanya secemerlang mungkin oleh incumbent, karena sangat sensitive dan krusial keberadaannya. Baik untuk memastikan proses pemilihan presiden berjalan baik sekaligus untuk kembali menjadikan upaya pemberantasan korupsi, sebagai prestasi pemerintahan SBY –JK, terutama SBY. Well, nggak apa – apa juga kita berbeda pendapat untuk urusan ini.

Yang lebih menarik perhatian saya kali ini adalah, terlepas dari akan seperti apa hasil penyidikan, penyelidikan dan ketetapan hukumnya nanti untuk para pelaku, sesungguhnya latar belakang dan motif dari intellectual dader, yang paling menarik perhatian publik. Kapasitas dan kapabilitas Antasari Azhar, dalam kasus ini dikategorikan sebagai otak pelaku merupakan Ketua dari kepemimpinan kolegial di KPK, tentu membuat kita terkejut. Setidaknya, begitulah akal sehat dan memori kita seharusnya akan “terganggu”. Mengapa? karena proses seleksi untuk menjadi pimpinan KPK, bisa jadi akan menjadi model dan proses rekruitmen paling panjang, rumit sekaligus mahal di republik ini. Tak kurang dari pakar dan ahli terbaik di bidangnya masing-masing terlibat langsung maupun tidak langsung menuju terpilihnya beliau. Mulai dari lembaga rekruitmen, tokoh Nasional dan pimpinan lembaga masyarakat, Presiden hingga para politisi kelas satu di senayan. Belum lagi jumlah uang yang dikeluarkan APBN untuk memuluskan proses dan model seleksi ini. Jadi, apa lagi yang kurang untuk mencari putra terbaik bangsa untuk menjadi masinis dari lokomotif gerakan pemberantasan korupsi?

Sungguh berat nian beban bangsa ini, ketika spirit untuk memperbaiki diri mulai dicanangkan, ternyata masih saja muncul kondisi-kondisi yang menguji kesungguhan kita bahwa apa yang telah dicapai dan dilakukan harus diteruskan dan tidak boleh permissive apalagi kembali lagi terhadap tata kelola kehidupan bernegara dimasa lalu.

Tak mudah mengembalikan kembali moral dan fighting spirit rekan-rekan di KPK, ketika kali ini, tokoh sentralnya terjerat kasus pembunuhan berencana. Karena kita juga ingat, salah seorang penyidiknya pernah melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik pegawai, dan KPK membuktikan dirinya dengan menghukum yang bersangkutan dengan beban hukuman tiga kali lebih berat dari ketetapan hukum untuk masyarakat biasa atas permasalahan yang sama. Perlu dicatat, oknum KPK tersebut berasal dari Kepolisian sementara yang saat ini berasal dari Kejaksaan. Gusti, drama dan rahasia apa lagi yang akan Engkau pertontonkan kepada Bangsa kami?

Semoga ujian kali ini, kembali dapat dilalui dengan baik oleh KPK untuk tetap berdiri paling tegak dan terdepan dalam upaya membawa perubahan besar bagi Ibu Pertiwi.


Foto Credit: http://adibsusilasiraj.blogspot.com/2009_03_01_archive.html

29 April, 2009

Swine Flu (Flu Babi): Yang Perlu Anda Ketahui

Sejak bulan lalu, virus flu babi dilaporkan telah menyebar di Mexico, Amerika Serikat, dan negara-negara lainnya. Sudah lebih dari 140 orang meninggal akibat infeksi virus flu babi di Mexico dan lebih dari 1.000 orang terinfeksi virus ini. Virus ini pun dikhawatirkan bisa menelan korban seperti pandemi flu tahun 1941 yang telah menewaskan jutaan orang di Eropa.

Haruskah Indonesia takut?

Apa itu flu babi?
Swine (babi) influenza atau flu babi merupakan penyakit pernafasan pada hewan babi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A Orthomyxoviruses yang menjadi endemi pada populasi babi.

Virus flu babi dapat menyebabkan keadaan sakit tingkat tinggi namun dengan angka kematian yang rendah pada babi. Virus ini dapat menular diantara babi sepanjang tahun, namun paling sering muncul pada akhir musim gugur dan musim dingin. Virus ini pertama kali diisolasi dari babi pada tahun 1930.

Dapatkah flu babi menular ke manusia?
Normalnya, virus flu babi tidak menginfeksi manusia. Walaupun begitu, infeksi pada manusia dapat dan telah terjadi. Virus flu babi dilaporkan telah menyebar antar manusia. Dulu penularan virus ini masih terbatas dan tidak diteruskan ke lebih dari 3 orang.

Orang yang terinfeksi virus flu dapat menularkannya ke orang lain 1 hari sebelum gejala flu itu muncul dan sampai 7 hari atau lebih setelah mengalami sakit. Anak-anak mungkin dapat berpotensi menularkan penyakitnya untuk periode yang lebih lama dari itu.

Bagaimana virus flu babi menyebar?
Penyebaran virus flu babi diperkirakan sama dengan penyebaran virus flu musiman. Virus flu paling sering menyebar antar manusia melalui batuk dan bersin. Terkadang orang juga dapat terinfeksi hanya dengan menyentuh sesuatu benda yang terkontaminasi virus flu lalu mereka menyentuh mata, mulut dan hidung mereka.

Apa tanda dan gejala flu babi pada manusia?
Gejala flu babi pada manusia sama dengan gejala flu biasa, meliputi:

* Demam
* Batuk
* Sakit pada badan, kepala, ataupun tenggorokan
* Kedinginan
* Badan terasa lemas


Selain itu, beberapa orang melaporkan bahwa mereka mengalami diare dan muntah-muntah akibat flu yang dideritanya. Dulu, sakit yang parah (penumonia dan gagal pernafasan) dan kematian telah dilaporkan akibat virus flu babi. Flu babi juga dapat memperparah kondisi penyakit kronis yang dialami penderitanya.

Tanda-tanda yang muncul pada anak dan membutuhkan perawatan darurat medis:

* Nafas yang cepat atau kesulitan bernafas
* Kulit berwarna kebiruan
* Tidak minum cukup cairan
* Tidak bangun atau tidak berinteraksi dengan orang lain
* Anak menjadi lekas marah atau ngambek dan tidak mau disentuh orang lain.
* Gejala seperti flu bertambah parah
* Demam disertai dengan ruam


Tanda-tanda yang muncul pada orang dewasa dan membutuhkan perhatian darurat medis:

* Sulit bernafas atau nafas pendek
* Sakit pada dada atau perut
* Pusing yang datang tiba-tiba
* Merasa kebingungan
* Muntah-muntah yang parah atau terus-menerus


Apa yang harus dilakukan agar tidak tertular?
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan flu seperti flu biasa, flu burung, atau flu babi ini. Pertama dan yang paling penting adalah mencuci tangan. Jaga kesehatan Anda secara keseluruhan. Istrirahat atau tidur yang cukup, tetap aktif secara fisik, kendalikan stress, minum cairan yang cukup, dan makan makanan yang bernutrisi.

Cobalah untuk tidak menyentuh permukaan atau benda yang mungkin terkontaminasi virus flu. Hindari juga kontak dekat dengan penderita.

Untuk mencegah penularan flu kepada orang lain, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:

* Tutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin dengan menggunakan tissue, lalu buanglah tissue tersebut ke tempat sampah.
* Cuci tangan dengan air dan sabun, terutama setiap habis batuk atau bersin. CDC merekomendasikan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air hangat selama 15 sampai 20 detik. Pembersih tangan instan berupa gel sanitizer juga cukup efektif.
* Apabila Anda menderita sakit influenza, CDC merekomendasikan Anda untuk tetap tinggal di rumah dan menghindari kontak dengan orang lain untuk mencegah penularan.


Apakah flu babi dapat menular dengan mengkonsumsi daging babi?
Tidak. Virus flu babi tidak menular melalui makanan. Aman untuk memakan daging babi yang sudah ditangani dan dimasak dengan baik. Memasak daging babi dengan suhu 160 derajat F dapat membunuh virus flu begitu juga dengan bakteri dan virus yang lain.


Adakah obat untuk merawat penderita flu babi?
Vaksin untuk mencegah penularan virus flu babi mungkin belum ditemukan, namun menurut badan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada obat yang digunakan untuk merawat penderita flu babi.

CDC merekomendasikan penggunaan antivirus oseltamivir atau zanamivir untuk perawatan dan pencegahan infeksi flu babi. Untuk perawatan, obat antivirus berkerja paling baik apabila dimulai sesegera mungkin setelah mengalami sakit (paling tidak dalam 2 hari setelah munculnya gejala)


Perlukah Indonesia takut?
Menkes Siti Fadilah Supari mengatakan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu takut tapi harus tetap waspada. Menko Kesra Aburizal Bakrie juga telah memberikan pernyataan bahwa sudah ada konfirmasi bahwa flu babi terjadi di negara yang beriklim subtropis dengan 4 musim, dan belum ditemukan flu babi di negara tropis.

Namun, kewaspadaan tetap diperlukan. Masyarakat perlu mengetahui tentang penyakit ini, gejalanya, dan cara pencegahannya. Karena organisasi kesehatan PBB World Health Organization (WHO) telah memberikan peringatan bahwa flu ini bisa menyebar ke seluruh dunia.

Dirjen WHO, Margaret Chan, juga mengingatkan agar semua otoritas kesehatan di seluruh dunia memiliki kewaspadaan tigkat tinggi terhadap munculnya gejala penyakit yang tidak biasa dan dan munculnya kasus penyakit yang menyerupai flu. Chan meminta agar mereka segera melaporkan ke WHO apabila hal ini terjadi.

Selama beberapa tahun ke belakang, WHO memang telah memperingatkan kemungkinan munculnya virus flu jenis baru yang berpotensi menjadi pandemi dan membunuh jutaan manusia.

Menko Kesra Aburizal Bakrie menambahkan "Untuk itu perlu dilakukan banyak pelatihan bagaimana bila terjadi pandemik. Rakyat bisa melakukan upaya evakuasi. Rakyat yang terkena disisihkan dan dilakukan pengobatan dan lain sebagainya."

Sebagai tambahan, baru-baru ini di Makassar telah dilakukan Simulasi Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza sebagai bentuk kewaspadaan terhadap mutasi flu burung setelah sebelumnya kegiatan ini dilakukan di Bali.

Dirangkum dari website Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, Departemen Kesehatan Indonesia, dan Detik.com


Sumber: http://gigisehatbad ansehat.blogspot .com/2009/ 04/swine- flu-flu-babi- yang-perlu- anda.html

28 April, 2009

Mengenal Lebih Dekat Tim Sukses SBY




Selasa, 28 April 2009 | 08:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com —
Sukses Partai Demokrat milik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Pemilu Legislatif 2009 tak lepas dari kerja keras sederet tim sukses.

Setidaknya ada sembilan tim sukses berdiri di belakang SBY. Tim ini pula yang akan berjuang agar SBY kembali memenangi pilpres tahun ini.

l. Tim Echo: Mengadopsi fungsi teritorial di militer untuk mendongkrak suara Partai Demokrat di daerah. Tim ini ramping, hanya satu pemimpin di kabupaten/kota. Mantan Panglima TNI Marsekal (Purn) Djoko Suyanto jadi punggawanya.

2. Gerakan Pro-SBY: Dideklarasikan Selasa pekan lalu. Ketua Umum GPS Suratto Siswodihardjo. Mantan Kapolri Sutanto, mantan KSAU Marsekal TNI (Purn) Herman Prayitno, Menkes Siti Fadilah Supari, Menhut MS Kaban, mantan Kasum TNI Letjen (Purn) Suyono, dan mantan Kaster TNI Letjen (Purn) Agus Wijoyo jadi penasihat.

3. Tim Sekoci: Penyokong Partai Demokrat menggapai perolehan suara mencapai 20 persen. Tim ini mendata tokoh masyarakat, pengusaha, tokoh agama, tokoh perempuan, petani, dan nelayan. Diketuai Komisaris Utama PT Indosat Soeprapto dan Irvan Edison.

4. Tim Delta: Mengurusi semua perlengkapan kampanye. Dikomandoi mantan Asisten Logistik Panglima TNI Mayjen (Purn) Abikusno.

5. Tim Romeo: Menjalin komunikasi dengan rakyat. Segala kebijakan SBY yang dianggap berhasil disosialisasikan kelompok yang dipimpin Mayjen (Purn) Sardan Marbun. Tim juga mengurus PO BOX 9949 dan SMS 9949.

6. Tim Foxtrot: Konsultan politik Partai Demokrat. Lebih dikenal dengan Bravo Media Center dengan pengasuh utama Choel Mallarangeng yang juga Direktur Utama Fox Indonesia.

7. Barisan Indonesia: Barindo adalah organisasi masyarakat diprakarsai Letjen TNI M Yasin. Akbar Tandjung ikut sebagai Ketua Dewan Pembina.

8. Jaringan Nusantara: Dikelola sejumlah aktivis mahasiswa dan mantan aktivis mahasiswa, seperti Andi Arief, Harry Sebayang, dan Aam Sapulete.

9. Yayasan Dzikir SBY Nurussalam: Dibina mantan Sekretaris Pribadi Presiden Kurdi Mustofa, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, juga Habib Abdul Rahman M al-Habsyi. (persda network/ade/dom)

Foto Credit: http://gasgus.files.wordpress.com/2009/02/pd1.jpg

24 April, 2009

Koalisi Tanpa Platform, Politik ala Republik Srimulat


Genap sudah, hasil pembangunan bidang politik yang dicapai partai politik bangsa pejuang dan pembelajaran yang dipertontonkan para politisi Indonesia kini. Setelah lebih memilih figur – figur artis untuk menjadi vote getter, dibandingkan dengan mengedepankan kader – kader partai [politik] yang memulai karir dari bawah untuk didorong menjadi anggota legislative. Hal yang lain adalah serampangannya proses pemilihan dan kaderisasi, sehingga banyak “kader partai” yang menunjukkan un predictable responses atas kegagalan mendapatkan kursi dalam pemilu legislative yang berlangsung tanggal 9 April lalu. Ini beberapa contoh: masuk rumah sakit jiwa, bunuh diri, menarik kembali sumbangan selama masa kampanye, bukankah merupakan contoh - contoh konyol kualitas calon politisi kita yang direkrut oleh partai politik disebuah Negara yang katanya Negara demokratis ketiga terbesar didunia? Pertanyaannya kemudian, akan menjadi seperti apa nasib dan kualitas bangsa kita kalo mereka jadi politisi beneran dan duduk menjadi legislator? Atau berkesempatan kemudian menjadi pemimpin di lembaga eskekutif.

Fenomena terakhir, yang cukup mengejutkan adalah, majunya Golkar untuk berkoalisi dengan PDI-P. Nampak, semangat berpolitik para politisi kita semata berkutat pada persoalan merebut kekuasaan an sich. Tidak ada pendidikan dan contoh yang menunjukan bahwa berpolitik adalah perkara perjuangan ideologi dan menularkan ruh – ruh perjuangan untuk mempertahankan arah pembangunan dan konsep dasar yang diyakini harus dilaksanakan. Memperjuangkan nilai – nilai luhur dan memperebutkannya untuk mengaplikasikannya dan pada akhirnya membawa manfaat untuk kepentingan masyarakat luas. Sejatinya sebuah perjuangan, kadang harus menunjukkan sikap rela untuk mengalah, sabar menjalani proses pahit dan harus rela memberi kesempatan orang lain untuk menunjukkan konsep yang ditawarkannya. Kalkulasi dan koalisi politik yang beredar belakangan, sangat jelas menunjukkan tidak adanya pertimbangan yang berhubungan dengan ideologi partai, model dan orientasi pembangunan yang dipilih, dan hubungan internasional yang akan dijalin. Semuanya semata dihitung berdasarkan matematika dagang. Karena syaratnya harus 20% untuk bisa mengajukan Calon Presiden, maka siapapun dan partai apapun boleh bergabung sepanjang bisa memenuhi persyaratan.

Dampaknya terhadap kualitas bangsa

Pragmatisme! Adalah mentalitas yang akhirnya tertanam dalam masyarakat, dalam bahasa dan pendekatan lain mungkin bisa disebut sebagai mental disorder. Pragmatisme adalah perilaku yang lekat dan dekat dengan budaya instant yang tidak menghargai proses, tidak mengapresiasi kristalisasi keringat (begitu Tukul Arwana, bilang) seseorang. Lalu lintas yang tidak teratur, acap kali semrawut adalah contoh paling gampang untuk disampaikan. Karena masyarakat dikasih pelajaran, selamatkan dirimu sendiri aja lah. Kita tidak pernah diberi tahu melalui contoh kongkrit, oleh kebanyakan para politisi kita ada mekanisme dan realitas dimana kita harus mengalah dan mengakui kekalahan dalam memperjuangkan sesuatu.

Turunnya gengsi politisi! Karena masyarakat menjadi paham dan mengerti, bahwa menjadi politisi ternyata lebih banyak untuk urusan – urusan yang berhubungan dengan mata pencaharian, merebut dan mempertahankan kenyamanan semata. Menjadi politisi, dalam hal ini menjadi anggota legislative, tak ubahnya antri untuk menjadi “Indonesia Idol” atau berebut dan bertarung pekerjaan di “Job Fair” di kampus-kampus. Tidak ada lagi contoh yang mengajarkan kepada kita, bahwa menjadi politisi adalah panggilan jiwa untuk meningkatkan harga diri dan martabat bangsa dan memperbaiki kualitas hidup rakyatnya. Kenapa begitu? Ya..liarnya poros-porosan , koalisi – koalisian, yang sama sekali nggak ada kesamaannya dengan platform pembangunan, visi dan ruh partai, apa itu bukan dagelan? Wallahu’alam bisshawab.


Foto credit: http://kopidangdut.files.wordpress.com/2007/08/tawa-merah-putih.jpg

01 April, 2009

Emang Gerindra Bisa PKS?


Ditengah dinamika massa kampanye putaran terakhir dan semakin liarnya publikasi hasil lembaga survey politik yang tumbuh bak jamur dimusim hujan, terhadap figur-figur calon presiden yang telah muncul, saya koq terpikir sebuah alternative yang bisa jadi tidak terdeteksi oleh lembaga survey, karena ini memang agak aneh. Meminjam tema kampanye yang diusung oleh PKS, dengan "Emang Merah,Kuning, Hijau, Biru Bisa PKS?", hal yang sama tentu bisa juga berarti "Emang Gerindra Bisa PKS?"

Jika, fenomena SBY dengan Partai Demokratnya pada tahun 2004, menjadi semacam sequencial proses demokrasi Indonesia terhadap Gerindra di tahun 2009, dan PKS mampu meraih 20% kursi legislator, akan menarik perhatian publik jika Prabowo Subiyanto (PS) maju bersama dengan Hidayat Nurwahid (HNW) dalam pencalonan Presiden dan Wakil Presiden mendatang. Ada beberapa kekuatan yang telah menjadi modal dasar dari kedua tokoh ini. Keduanya, masuk kategori tokoh muda untuk ukuran usia Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia. Visi Gerindra yang sangat kental dengan ke-Indonesiaannya, mampu mewakili kelompok "Nasionalis Baru" yang memang bukan rumpun ideolog. Sehingga, kemampuan dirinya dan Gerindra, meskipun baru lewat iklan televisi, membangkitkan semangat Nasionalisme untuk merebut kembali kejayaan Nusantara sebagai bangsa yang Mandiri, akan menarik jika didukung oleh kader dan massa Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Massa dan kader PKS yang relatif lebih dahulu teruji dari sisi soliditas dan pengalaman bernegara akan bersinergi dengan kader - kader Gerindra yang sedang mabuk kemenangan. Mereka yang sedang mabuk kemenangan, sedianya akan lebih kreatif, inovatif dan tidak punya beban moral untuk mencoba gagasan - gagasan dan terobosan baru dalam menata dan memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi warga negara. Soliditas dan jejaring kader yang relative lebih kuat, diharapkan dapat menjadi bumper sekaligus pendukung politik, jika pasangan ini mengalami guncangan-guncangan ketika memimpin. Biarlah PS yang tampil gagah dan berani untuk menghadapi intervensi para investor dan kepentingan asing, dan serahkan ke PKS untuk menatanya secara managerial di dalam negeri dengan kesantunan pribadi dan pengalaman politik yang dimiliki HNW.

Selanjutnya, sesumbar dan janji-janji PS selama kampanye untuk mengedepankan kepentingan petani, nelayan dan kaum marginal lainnya, relative lebih bisa dipercaya dari jualan yang sama yang dilakukan oleh MSP. Karena MSP pernah menjadi Presiden, sementara PS belum. Latar belakang sebagai tentara elit, seharusnya mampu menstimulir dirinya untuk berani bertempur terhadap realitas yang sejatinya memang sulit untuk dengan mudah melepaskan diri dari cengkraman investor asing. Doktrin NKRI selama di asrama dan tempaan selama menjadi prajurit karir, seharusnya masih dimiliki PS untuk menjaga arah dan spirit Nasionalisme Indonesia. Keberanian dan kenekatan sejumlah presiden di kawasan Amerika Latin, diharapkan dapat menjadi inspirasi buat para presiden Indonesia dimana yang akan datang, dan itu ada pada diri PS, secara potensi. Kekuatan yang menarik lainnya adalah, jejaring internasional yang dimiliki HNW, yang cenderung lebih dekat kepada negara-negara Timur Tengah, tentu akan menjadi exercise menarik untuk bangsa ini, untuk menata model hubungan kerja internasional lain yang selama ini sangat dekat dengan kelompok Barat, Amerika Serikat beserta sekutunya.

Kalkulasi ini, tentu saja harus melewati matahari yang terbenam di tanggal 9 April 2009, dimana kita harapkan hasil Quick Count dapat mendukung persyaratan untuk terwujudnya kalkulasi (atau harapan) yang saya sampaikan. Perolehan suara untuk Partai Gerindra dan Partai PKS, cukup untuk mengantarkan keduanya masuk kedalam bursa pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...