16 November, 2006

Soelianti Saroso

Adalah nama rumah sakit milik pemerintah pusat yang mendapat tugas khusus, sebagai rumah sakit rujukan nasional untuk menangani kejadian luar biasa (KLB) Avian Influenza. Lengkapnya, Rumah Sakit Pernafasan dan Infeksi Prof. Dr. Soelianti Saroso, yang terletak di Jalan Sunter Baru, Tanjung Priok Jakarta Utara.

Senin, 6 November 2006 pukul 10.25 waktu setempat, merupakan kesempatan yang layak dicatat dalam blog ini, sebagai momentum untuk mengucapkan rasa syukur dan hormat ku kepada pemerintah republik ini, khsususnya kepada jajaran Departemen Kesehatan yang dipimpin oleh Ibu Menteri. Mengapa? karena pada akhirnya saya turut merasakan, manfaat dari pajak - pajak terutama Pajak Penghasilan, yang saya bayar setiap bulannya atau ketika melakukan transaksi.

Menjadi bagian dari keluarga pasien yang di indikasikan sebagai "suspect AI", sungguh merupakan kondisi yang tidak menggembirakan. Kegalauan, ketakuatan dan kekhawatiran akan hal - hal yang tidak diinginkan berkecamuk dalam hati dan pikiran. Sebagaimana kita ketahui melalui media massa, tingkat kegagalan pasien yang tertangani adalah 75%. Artinya, dari 100 orang pasien yang terkena virus AI, 75 orangnya meninggal. Sehingga wajar adanya ketika, salah seorang keluarga dinyatakan demikian. Setelah melakukan pendaftaran di loket dan ditangani oleh dokter spesialis anak RS tsb, dianjurkan oleh dr. Kiki MK. Syamsi melalui surat pengantarnya, kami dianjurkan untuk langsung ditangani di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Segera setelah ditangani oleh dokter jaga di IGD, pasien mendapat perlakuan standard sesuai dengan kebijakan penanganan KLB AI. Cukup baik dan cermat meskipun masih mungkin untuk ditingkatkan kecepatannya. Lalu, dilakukan pemeriksaan dan rontgen setelah dinyatakan selesai, kami diantar ke Ruang Cempaka lantai 2 dan menempati kamar no. 9. Sebuah ruangan khusus, dalam arti hanya diisi oleh satu orang pasien untuk satu ruangan dengan layout nyaman dan fasilitas yang memadai. Tersedia TV 14", tempat tidur elektronis dan kamar mandi yang bersih (ada shower dan toliet duduk). Menurut saya, kualitas ruangan seperti ini sangat jarang kita temui dikebanyakan RS milik pemerintah. Satu lagi, setiap ruangan dilengkapi dengan ruang khusus untuk perawat. Disitu tersedia, wastafel dengan kelengkapan sanitary, alat ukur tekanan darah dan jas khusus termasuk kacamata "google" and sepatu booth, yang harus dikenakan perawat ketika berinterkasi dengan pasien.

Senin, 13 November 2006 pukul 14.30. Telpon di ruang kerjaku berdering. Diujung telpon terdengar : "... Alhamdulillah, aku udah di rumah", teriak Tasya kegirangan. Selanjutnya, Lia meneruskan pembicaraan kami, setelah dinyatakan negatif dari serangan AI, karena seluruh pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh dokter RS dan di periksa oleh Balitbang Kesehatan Depkes RI dan lembaga NAMRU, tidak ditemukan penyakit yang disebabkan virus AI, Tasya dinyatakan boleh pulang. Alhamdulillah, batinku lega. Kelegaan ini ditambah dengan berita yang cukup mencengangkan bahwa semua fasilitas dan layanan yang telah diberikan selama di RS menjadi tanggung jawab negara alias gratis.

Sejatinya, bukan semata karena gratisnya. Tetapi layanan dan kesungguhan tim yang ada di RS tersebut menangani Tasya - semoga juga pasien - pasien yang lain - yang dinyatakan suspect AI , menjadi alasan kenapa saya harus mengungkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada pemerintah republik ini yang telah memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada keluarga saya. Harapan saya kemudian, pengalaman positif ini juga akan ditambah dengan pengalaman - pengalaman yang baik dari seluruh keluarga pasien lainnya, yang membutuhkan layanan kesehatan, baik untuk kasus yang dinyatakan kejadian luar biasa maupun terhadap layanan kesehatan mendasar lainnya.

09 November, 2006

Ungkapan Sederhana Untuk Istri Tercinta By M. Fauzil Adzim

Bila malam sudah beranjak mendapati Subuh, bangunlah sejenak. Lihatlah istri Anda yang sedang terbaring letih menemani bayi Anda. Tataplah wajahnya yang masih dipenuhi oleh gurat-gurat kepenatan karena seharian ini badannya tak menemukan kesempatan untuk istirahat barang sekejap, Kalau saja tak ada air wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari, barangkali sisa-sisa kecantikannya sudah tak ada lagi. Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Di saat Anda sudah bisa merasakan betapa segar udara pagi, tubuh letih istri Anda barangkali belum benar benar menemukan kesegarannya. Sementara anak-anak sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya, membisingkan telinganya dengan tangis serta membasahi pakaiannya dengan pipis tak habis-habis. Baru berganti pakaian, sudah dibasahi pipis lagi. Padahal tangan istri Anda pula yang harus mencucinya. Di saat seperti itu, apakah yang Anda pikirkan tentang dia? Masihkah Anda memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada anak-anaknya seperti kisah dari negeri dongeng sementara di saat yang sama Anda menuntut dia untuk menjadi istri yang penuh perhatian, santun dalam bicara, tulus dalam memilih kata serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri, termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi dianggap sebagai kewajibannya. Sekali lagi, masihkah Anda sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan yang sempurna, yang selalu berlaku halus dan lembut? Tentu saja saya tidak tengah mengajak Anda membiarkan istri kita membentak anak-anak dengan mata membelalak. Tidak. Saya hanya ingin mengajak Anda melihat bahwa tatkala tubuhnya amat letih, sementara kita tak pernah menyapa jiwanya, maka amat wajar kalau ia tidak sabar. Begitu pula manakala matanya yang mengantuk tak kunjung memperoleh kesempatan untuk tidur nyenyak sejenak, maka ketegangan emosinya akan menanjak. Disaat itulah jarinya yang lentik bisa tiba-tiba membuat anak kita menjerit karena cubitannva yanq bikin sakit.
Apa artinya? Benar, seorang istri shalihah memang tak boleh bermanja-manja secara kekanak-kanakan, apalagi sampai cengeng. Tetapi istri shalihah tetaplah manusia yang membutuhkan penerimaan. Ia juga butuh diakui, meski tak pernah meminta kepada Anda. Sementara gejolak-gejolak jiwa yang memenuhi dada, butuh telinga yang mau mendengar. Kalau kegelisahan jiwanya tak pernah menemukan muaranya berupa kesediaan untuk mendengar, atau ia tak pernah Anda akui keberadaannya, maka jangan pernah menyalahkan siapa-siapa kecuali dirimu sendiri jika ia tiba-tiba meledak. Jangankan istri kita yang suaminya tidak terlalu istimewa, istri Nabi pun pernah mengalami situasi-situasi yang penuh ledakan, meski yang membuatnya meledak-ledak bukan karena Nabi Saw. tak mau mendengar melainkan semata karena dibakar api kecemburuan. Ketika itu, Nabi Saw. hanya diam menghadapi 'Aisyah yang sedang cemburu seraya memintanya untuk mengganti mangkok yang dipecahkan. Alhasil, ada yang harus kita benahi dalam jiwa kita. Ketika kita menginginkan ibu anak-anak kita selalu lembut dalam mengasuh, maka bukan hanya nasehat yang perlu kita berikan. Ada yang lain. Ada kehangatan yang perlu kita berikan agar hatinya tidak dingin, apalagi beku, dalam menghadapi anak-anak setiap hari. Ada penerimaan yang perlu kita tunjukkan agar anak-anak itu tetap menemukan bundanya sebagai tempat untuk memperoleh kedamaian, cinta dan kasih-sayang. Ada ketulusan yang harus kita usapkan kepada perasaan dan pikirannya, agar ia masih tetap memiliki energi untuk tersenyum kepada anak-anak kita. Sepenat apa pun ia.
Ada lagi yang lain: pengakuan. Meski ia tidak pernah menuntut, tetapi mestikah kita menunggu sampai mukanya berkerut-kerut. Karenanya, marilah kita kembali ke bagian awal tulisan ini. Ketika perjalanan waktu telah melewati tengah malam, pandanglah istri Anda yang terbaring letih itu. lalu pikirkankah sejenak, tak adakah yang bisa kita lakukan sekedar Untuk menqucap terima kasih atau menyatakan sayang? Bisa dengan kata yang berbunga-bunga, bisa tanpa kata. Dan sungguh, lihatlah betapa banyak cara untuk menyatakannya. Tubuh yang letih itu, alangkah bersemangatnya jika di saat bangun nanti ada secangkir minuman hangat yang diseduh dengan dua sendok teh gula dan satu cangkir cinta. Sampaikan kepadanya ketika matanya telah terbuka, "Ada secangkir minuman hangat untuk istriku. Perlukah aku hantarkan untuk itu? "Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa Anda lakukan. Mungkin sekedar membantunya menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak, mungkin juga dengan tindakan-tindakan lain, asal tak salah niat kita. Kalau kita terlibat dengan pekerjaan di dapur, memandikan anak, atau menyuapi si mungil sebelum mengantarkannya ke TK, itu bukan karena gender-friendly; tetapi semata karena mencari ridha Allah. Sebab selain niat ikhlas karena Allah, tak ada artinya apa yang kila lakukan. Kita tidak akan mendapati amal-amal kita saat berjumpa dengan Allah di yaumil-kiyamah. Alaakullihal, apa yang ingin Anda lakukan, terserah Anda. Yang jelas, ada pengakuan untuknya, baik lewat ucapan terima kasih atau tindakan yang menunjukkan bahwa dialah yang terkasih. Semoga dengan kerelaan kita untuk menyatakan terima-kasih, tak ada airmata duka yang menetes dari kedua kelopaknya. Semoga dengan kesediaan kita untuk membuka telinga baginya, tak ada lagi istri yang berlari menelungkupkan wajah di atas bantal karena merasa tak didengar. Dan semoga pula dengan perhatian yang kita berikan kepadanya, kelak istri kita akan berkata tentang kita sebagaimana Bunda 'Aisyah radhiyallahu anha berucap tentang suaminya, Rasulullah Saw., "Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku. "Sesudah engkau puas memandangi istrimu yang terbaring letih, sesudah engkau perhatikan gurat-gurat penat di wajahnya, maka biarkanlah ia sejenak untuk meneruskan istirahatnya. Hembusan udara dingin yang mungkin bisa mengusik tidurnya, tahanlah dengan sehelai selimut untuknya. Hamparkanlah ke tubuh istrimu dengan kasih-sayang dan cinta yang tak lekang oleh perubahan, Semoga engkau termasuk laki-laki yang mulia, sebab tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia. Sesudahnya, kembalilah ke munajat dan tafakkurmu. Marilah kita ingat kembali ketika Rasulullah Saw. berpesan tentang istri kita. "Wahai Manusia, sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka. Ketahuilah, "kata Rasulullah Saw. melanjutkan, 'kalian mengambil wanita itu sebagai amanah dari Allah, dan kalian halalkan kehormatan mereka dengan kitab Allah. Takutlah kepada Allah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan atas kalian untuk selalu berbuat baik. "Kita telah mengambil istri kita sebagai amanah dari Allah. Kelak kita harus melaporkan kepada Allah Taala bagaimana kita menunaikan amanah dari-Nya, apakah kita mengabaikannya sehingga gurat-gurat an dengan cepat menggerogoti wajahnya, jauh lebih awal dari usia yang sebenarnya? Ataukah, kita sempat tercatat selalu berbuat baik untuk istri ? Saya tidak tahu.Sebagaimana saya juga tidak tahu apakah sebagai suami Saya sudah cukup baik. Jangan-jangan tidak ada sedikit pun kebaikan di mata istri. Saya hanya berharap istri saya benar-banar memaafkan kekurangan saya sebagai suami. Indahya, semoga ada kerelaan untuk menerima apa adanya. Hanya inilah ungkapan sederhana yang kutuliskan untuknya. Semoga Anda bisa menerima ungkapan yang lebih agung untuk istri Anda.

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...