06 July, 2009

Kenapa Saya memilih JK?


Saya awali dengan pernyataan jujur, bahwa kinerja dan prestasi yang telah dicapai pasangan SBY-JK selama rentang 2004 hingga akhir masa jabatan pada tahun 2009 cukup membuat saya berbangga hati, Indonesia kembali memiliki pasangan Presiden dan Wakil Presiden ideal, setelah era Proklamator Bangsa, Soekarno - Hatta. Indikator – indikator yang berlaku umum untuk menilai kinerja dan prestasi pembangunan melampaui ekspektasi saya. Meskipun demikian, saya pun bersepakat masih terdapat beberapa catatan yang tetap bisa dikritisi dan diperbaiki tentu saja. Sayangnya, pasangan ini tidak dapat diteruskan untuk periode 2009 – 2014.

Tulisan ini saya dedikasikan sebagai janji yang harus saya penuhi untuk sahabat dan teman diskusi di blog, Farina Jamal (http://www.farinajamal.co.nr), yang kebetulan berkebangsaan Malaysia. Dia bertanya, “Apa yang Mas Dedi telah lakukan untuk mendukung JK?”, saya bilang “Nggak ada, selain berkomunikasi dan berdiskusi melalui FB”. Sejurus kemudian dia menyarankan kenapa tidak menulis di blog saja.

Well, akhirnya janji yang seharusnya saya upload Jum’at malam, ternyata meleset. Saya mohon maaf. Sekaranglah saatnya saya harus penuhi agar, Sister Farina Jamal dapat memegang omongan saya, selaku bagian dari anak bangsa, anak kandung Ibu Pertiwi, yang bermartabat yang mampu menunaikan janji, semoga komitmen ini menjadi hal dan catatan yang positif dikemudian hari.

Setelah mengikuti, tiga kali Debat Capres, membaca buku – buku yang ditulis khusus tentang gaya kepemimpinan beliau maupun tulisan – tulisan yang terserak disejumlah media cetak dan elektronik, berikut beberapa alasan saya memilih JK:

1.Genuine, ke-asli-an, orisinalitas dari apa yang diucapkan, ada dalam pikiran dan tindakannya, membuat saya terpesona. Dalam bahasa yang lebih sederhana, beliau “sangat manusia”, bukan robot yang serba tertata. Jauh dari kekhawatiran yang berlebihan terhadap pencitraan diri yang cenderung semu. Pertimbangan – pertimbangan terhadap citra diri, kewibawaan, kadang membuat seseorang berfikir dua – tiga kali sebelum mengucapkan sesuatu atau menjawab pertanyaan yang tidak diharapkan. Rekam jejak dan pengalaman beliau menjadi bagian dari pemerintah cukup lama. Sejak menjadi Menteri, Menteri Koordinator hingga Wakil Presiden. Sehingga beliau tahu betul substansi masalah yang sedang dihadapi dan apa yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.

2.Spontanitas, reaksi dan jawaban-jawaban yang diberikan ketika menjawab pertanyaan, selama rentang kampanye, selalu spontan. Hal ini menjadi alasan lain yang membuat saya yakin, spontanitas yang dimiliki dirinya adalah ciri dari tingkat kecerdasan, kreativitas dan tentu saja sosok mereka memiliki rasa percaya diri tinggi. Saya masih ingat, ketika dalam kesempatan Dialog dengan pengusaha yang tergabung dalam KADIN, bagaimana beliau secara spontan melepas dan menunjukkan sepatunya yang bermerk “JK Collection” buatan pengrajin sepatu Cibaduyut, sebagai jawaban atas pertanyaan pengusaha Nasional yang bertanya, “Kebijakan apa yang akan Bapak lakukan untuk melindungi pengusaha dalam negeri terhadap persaingan global?”. Spontan dan tepat jawab. Tidak muluk – muluk dan memberi jawaban normative.

3.Komitmen kemandirian, teruji ketika kunjungan kerja ke Negara Paman Sam, dimana yang mulia Joe Biden, Wakil Presiden Barrack Obama, bahkan menyatakan keheranannya kepada beliau, yang datang, sebagai Wakil Presiden sebuah negara, tanpa meminta-minta. Ini adalah awal yang baik untuk kembali membangkitkan harga diri dan martabat sebagai bangsa yang Merdeka sekaligus Mandiri. Hal ini disempurnakan dengan tindakan nyata, yang menggalang partisipasi sejumlah engineer bangsa Indonesia sendiri dalam proyek pembangunan sejumlah Bandara. Saya percaya, jika beliau terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia, kemampuan bangsa kita dalam membuat pesawat terbang, akan kembali dapat terwujud. Termasuk sejumlah industri strategis lainnya, seperti PINDAD, INKA, TELKOM akan kembali bergerak, tumbuh dan berkembang dengan semangat Nasionalisme yang bertanggungjawab.

4.Berani, adalah kepribadian yang seharusnya perlu dan mutlak dimiliki oleh seorang pemimpin bangsa. Terutama, berani mengambil keputusan atas permasalahan yang dilematis dan tidak populer. Pemimpin yang berani: berani berbeda pendapat, berani salah, berani malu, berani gagal, jauh lebih dihormati dibandingkan pemimpin yang berusaha untuk senantiasa menyenangkan hati dan mengambil jalan aman. Martabat bangsa Indonesia, harus dimulai dari martabat yang diusung oleh para pemimpinnya. Pemimpin yang bermartabat, dimata saya, adalah pemimpin yang berani untuk mengedepankan kepentingan bangsanya sendiri dibandingkan dengan kepentingan bangsa lain.

Semoga, catatan saya kali ini, menjadi cara saya untuk menjadi pemilih cerdas. Pemilih yang mampu dan berani mengalahkan rasa untuk sekedar ikut-ikutan pada arus yang menghindari perubahan karena merasa nyaman dengan status quo. Dengan penuh rasa berserah diri kepada kehendak Allah SWT, semoga ikhtiar ini menjadi cara saya untuk meyakinkan diri tentang perlunya mendukung JK untuk memimpin bangsa ini. Wallahu’alam bishawab.

Foto Credit: http://eddymesakh.files.wordpress.com/2009/05/obama-jk.jpg

3 comments:

f a r i n a said...

Salam Mas Dedi,

Terima kasih kerna menepati janji. :-)

Nampaknya mas benar2 mengenal yang akan kamu pilih, bukan hanya memilih yang terkenal. :-)

Mudah2an dengan catatan mas ini, bisa mendidik orang Indonesia lainnya, untuk sama-sama menjadi pengundi yg cerdas, InsyaAllah.

Sukses yahhhh...

“Lain kali kita mesti cepat.” Ujarnya. “Bisa kalah terus kalau macam tadi.”

Temannya meragu, “Tapi tadi belum tentu juga bisa gol, Cu.”

“Bisa juga menang!” Jawab Jusuf Kalla yakin. “Aku sudah hapal kiper mereka itu, sering gugup kalau satu lawan satu. Intinya, kesempatan itu harus selalu diambil!” Tegasnya. Saat itu, usianya delapan tahun.


Bisa juga menang!

Akhyari said...

gak menang gak papa,yang penting memilih cerdas

virna medina said...

Saya juga kebetulan memilih duet JK-Wiranto. Lebih-kurang alasannya sama dengan apa yang dituliskan di sini.

Yang penting saya ngga ikutan arus, ngga asal pilih, bahasanya Akhyari..."memilih cerdas" (walaupun ngga merasa cerdas2 amat juga sih)

Anyway....kalaupun akhirnya JK ngga menang, saya lega karena saya sudah menjalankan hak dan kewajiban sbg WNI, teriring doa kepada Allah agar pak JK dimudahkan dalam menerima kemenangan SBY-Budiono dan dibukakan pintu-hatinya untuk membantu pemerintahan baru nantinya (di sistem atau tidak) dan tidak asal menghujat seperti yang "itu".

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...