19 December, 2008

Maaf, Kapitalisme belum akan hancur


Opening statement:
Fenomena, keruntuhan tatanan ekonomi 'kapitalisme'global saat ini, menjadi trigger bagi munculnya (kembali) rasa percaya diri sebagian orang (pengamat dan pelaku ekonomi syariah). Sehingga, indikator dan parameter yang berhasil ditunjukkan pelaku ekonomi syariah, meskipun secara nasional masih sangat kecil,porsinya kurang dari 10%, mendapatkan momentumnya untuk di show case kepada publik. Tentu saja, pelaku pasar rasional tidak mudah percaya begitu saja. Logika ekonomi yang pragmatis yang selama ini menjadi landasan berfikir dan membuat keputusan, tidak mungkin bisa dirayu dengan pendekatan emosional dan psikologis. Menjadi tugas berat bagi para syuhada dan mujtahid di bidang ekonomi Islam untuk terus membuktikan diri, akan madu yang memang ada dalam Sistem Ekonomi Islam (Nidzhom Iqtishody)

Postingan ini, saya ambil secara utuh dari milist ekonomi-syariah@yahoogroups.com. Pengirimnya adalah herisudarsono_master@yahoo.co.id. Saya menyetujui Dialog yang beliau susun. Jadi saya sependapat dengan tulisan beliau.
---------------------------------------


Kyai Fulan duduk di teras Pondok bersama 3 santrinya;

Santri 1:
“Mundurnya ekonomi kapitalis menjadi kesempatan bagi ekonomi Islam untuk maju, Kyai”

Kyai Fulan :
“Memang maju mundurnya ekonomi Islam tergantung ekonomi kapitalis...apa memang begitu....mundurnya ekonomi Islam karena majunya ekonomi kapitalis?”
Santri 2
“..... Loh, benar Kyai...tenggelamnya ekonomi Islam pada abad 15- 19 M dikarenakan kekuasaan kapitalis...... dan dulu pada abad 7 sampai 12 M, ekonomi Islam jaya.....!”
Kyai Fulan:
“Apa tidak salah kalau kamu bilang majunya ekonomi Islam karena mundurnya kapitalis pada waktu itu...... sedangkan kapitalisme seperti Amerika dan teman-temannya belum ada pada abad 7-12 M lalu....
Santri 3:
“Yang jelas kyai....runtuhnya kapitalisme membuktikan kemenangan ekonomi Islam” ......”
Kyai Fulan:
“....kapan ekonomi Islam dan kapitalisme perang.....memangnya masalah ekonomi di Amerika saat ini karena serangan ekonomi Islam.....kapan mereka berhadapan....dan kriteria kemenangan ekonomi Islam apa yang kamu maksudkan?”
Santri 2:
“...yang jelas....kapitalis jatuh dan ekonomi Islam tetap jaya....”
Kyai Fulan:
“....mengapa kalau kamu bicara tentang ekonomi Islam selalu kamu hadapkan dengan ekonomi kapitalis....sampai akhirnya tidak kamu sadari bahwa kapitalis menjadi tolak ukur bagaimana kamu membangun ekonomi Islam mu....kapitalis menjadi standar pedoman bagaimana membuat ekonomi Islam mu maju....karena segala sesuatu tentang ekonomi Islam selalu kamu banding-bandingkan dengan kemajuan ekonomi kapitalis yang selalu tidak lepas dari pemikiranmu....aku jadi kuatir lama-lama kapitalis menjadi poros dari segala perbandingan dalam menentukan arah hidupmu..........!”

Santri 1:
“Tidak mungkin.Kyai......kapitalisme akan hancur .........”
Kyai Fulan:
“.....Kapitalis menghadapi berbagai kritikan sejak lahirnya ........ Adam Smith (1723-1790) di kritik oleh Kark Mark (1818-1883). ...namun kemudian kapitalis berhasil beradaptasi dengan Kritik Mark melalui pemikiran Friedrich List (1789-1846). ....sampai akhirnya krisis ekonomi pada tahun 1929 melahirkan kritik atas kapitalis, oleh J.M Keynes (1883-1946) pada tahun 1936......dan lagi kapitalis mampu melakukan evolusi dalam pemodelannya. .....sampai akhirnya tumbuh ekonomi heterodok, seperti ekonomi Institusionalis, ekonomi Australian, ekonomi Feminis, ekonomi Geselian, ekonomi Post-Keynes, ekonomi Sraffia, ekonomi Complexity dan lain-lain yang mengkritik kapitalisme. .....
Santri 2:
“..........................................”

Kyai Fulan:
”...Kapitalisme yang kau kenal di negara-negara Barat telah beradaptasi dengan kondisi ekonomi di mana kapitalis itu hadir di negara penerimanya. ...maka kapitalis telah melakukan transformasi dalam berbagai bentuk...kapitalisme telah berkolaborasi dengan berbagai kenyataan di berbagai negara....seperti model F. List (1789-1846) yang mengkolaborasikan kapitalisme dengan negara (state capitalism) seperti negara-negara Asia Tenggara, dalam bahasa Yoshihara Kunio sebagian kapitalisme negara Asia Tenggara adalah kapitalisme semu (ersatz capitalism). ...muncul juga sistem kapitalisme model Adolf Wagner (1890-1944), kapitalisme dengan pengaturan alokasi dana-dana pemerintah atau welfare state....ada juga yang sistem ekonomi yang dikuasai negara tetapi memberi tempat bagi pasar untuk berkuasa (market socialism) seperti di Cina...Robert Ozaki (1991) juga meindentifikasi adanya ide-ide kemanusiaan di dalam kapitalisme (human capitalism) yang di praktekkan di Jepang....”
Santri 3:
“....Tapi itu semua adalah kapitalis, Kyai!!!”.

Kyai Fulan:

“....Rasulullah sendiri pernah mempercayakan pasar untuk menentukan harga ...itu salah satu ciri kapitaliskan?.......saat penduduk Madinah datang kepada Rasulullah SAW untuk menurunkan harga gandum, namun Rasululllah menolak (HR.Abu Daud)..... Menurut Ibnu Qudamah al-Maqdisi... tingginya harga gandum pada waktu itu disebabkan pedagang gandum tersebut di rampok ketika mendatang gandum dari luar Madinah sehingga mengalihkan nilai kerugian perampokan tersebut pada harga gandum yang di jual di pasar... Di lain waktu Rasulullah juga menentukan harga-harga. ...harga pohon yang dahannya sampai di rumah tetangga..harga budak juga di tentukan.... juga di masa khulafaurashidin..... Umar sampai merampas lahan milik Bilal untuk negara karena tidak ditanami selama 3 tahun walaupun Bilal mempertahankan tanah hadiah dari Rasulullah itu. ...harga di masa Rasulullah dan di masa Khulafaurahidin, seperti Umar bin Khattab bukan karena kapitalisme atau sosialisme.. ...tetapi, kebijakan ekonomi yang dikeluarkan adalah untuk kemaslahatan umat...!!!.”
Santri 2:
“..Amerika hancur...kapitalisme juga runtuh kyai......”

Kyai Fulan:
”Kamu selalu mengindentikkan Amerika itu dengan kapitalisme. ... kamu selalu berusaha mencari cara supaya Amerika itu hancur...karena kamu maknai hancurnya Amerika hancur juga kapitalisme. ..... kapitalisme sebagai musuh hidupmu dengan menyederhanakan kapitalis dalam sebuah lembaga/negara Amerika adalah kapitalisme itu....kamu mempersempit pandangan hidupmu dengan menilai hancurnya kapitalisme adalah hancurnya Amerika.... Amerika yang menjadi simbol kebencianmu.......tetapi kamu tidak sadar bahwa diam-diam kapitalisme telah menjadi pemahaman baru dalam sikap ekonomi di negaramu!!!.”

Santri 3:
“Tidak mungkin!!!”
Santri 1:
“Mustahil!!!”

Kyai Fulan:
”........kapitalisme telah menjadi nafas dalam tata pergaulan dengan sesamamu.... kapitalisme telah menjadi acuan dalam menentukan nilai-nilai dalam etikamu....kapitalisme telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai alasanmu untuk melakukan sesuatu.... lihat di negaramu.... sistem pendidikan didasarkan sistem kapitalis... ..kau bisa masuk sekolah yang bermutu bukan didasarkan atas otakmu tetapi didasakan atas berapa besar nilai uang yang kau berikan... .lihatlah sistem kesehatan di negerimu bercumbu mesra dengan sistem kapitalis... ...kau bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik bukan berdasarkan atas kualitas sakitmu tetapi berapa berat isi kantongmu... . lihat lembaga negara yang bersetubuh dengan sistem kapitalis... .kau menjadi pegawai bukan karena kemampuanmu tetapi berdasarkan besarnya sogoan kepada aparat yang menjadikan pegawai di negaramu.... semua di dasarkan proses keseimbangan antara fungsi permintaan dan penawaran... ...apapun yang kamu bisa dijualbelikan di jualbelikan. ..apapun yang ada pembeli kau jual.........tidak hanya makanan, pakaian, sepeda motor, mobil atau rumah.... kalau harga diri ini bisa dijual, kamu jual juga!!!....
Santri 2:
“.....ehmmm mmm”

Kyai Fulan:
“....Dalam memperjuangkan ekonomi Islam, kamu juga tidak lepas dengan keseimbangan permintaan dan penawaran itu........bank syariah selalu kamu kritisi dengan membandingkan bank konvensional karena alasan keuntungan yang akan mengisi kantongmu...tinggin margin pembiayaan bank syariah dari pada tingkat bunga selalu menjadi dalih penghindarmu....keuntungan besar menjadi orientasimu....laba tinggi telah menjadi motivasimu..pragmatis menjadi sikapmu...opportunis menjadi haluanmu....!!!”
Santri 3:
“......Kyai....”.

Kyai Fulan:
“...Lihat, kapitalis menjadi komponen penting penentu kebijakan pemerintahmu....kapitalisme menjadi variabel yang tidak terpisahkan dari segala unsur dalam kampanye tentang kesejahteraan di negaramu.....kapitalisme menjadi ikon penting untuk menarik investasi besar di negara mu.....dan bisa kamu lihat .peran negara atas kesejahteraan dilumpuhkan. ..kekuasan pemerintah atas pelayanan masyarakat dikerdilkan. ....kemaslahatan dipeti-eskan. ...peran pasar telah dikuasakan..... dan dengan terang-terangan uang telah di tuhankan.... !!!”
Santri 1:
“...K... Ki....Kyai.................................................................”

Kyai Fulan:
”....Berapa besar kemaslahatan yang diterima masyarakat karena tumbuhnya ekonomi Islam yang kau sebutkan tadi........ berapa besar peran ekonomi Islam tersebut mengeser kekuasaan laten kapitalis dalam kehidupanmu. ......... sampai kamu tidak sadar bahwa kapitalis telah menjadi batal, guling dan selimut di kamar kehidupanmu...... sehingga kamu tidak sadar bahwa sistem ekonomi Islam yang kau maksudkan itu tidak bersentuhan dengan usaha untuk mengeser kapitalisme. ... tetapi semakin memberikan tempat bagi tumbuhnya kapitalisme di negaramu untuk mengunakan wajah baru...!!!”
Santri 1, 2, dan 3:
“...Ti....ti....tidak mungkin !!!!!”

Closing statement:

Sehingga, jika ingin menjadikan Islam sebagai alternative dalam matra dan bidang apapun, seharusnya, memang tidak perlu pembanding dan tidak bisa diperbandingkan. Sehingga, tatanan yang ditawarkan menjadi "dirinya sendiri" yang menurut bahasa Kyai adalah "ya'lu wala yu'la 'alaihi..".

24 November, 2008

PKS (Partai Kehausan Suara)!


Manuver politik paling akhir yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, membuat saya geram. Target pencapaian suara diatas 20 %, membuat sejumlah petinggi partai, terjebak kedalam strategi penggalangan dukungan yang “biasa-biasa saja”. Godaan untuk memperbanyak jumlah pemilih menjadikan partai ini tidak lagi istimewa dalam memilih dan menerapkan strategi. Strategi yang biasa-biasa saja yang saya maksud adalah, penjajagan untuk bekerjasama dengan PDI P untuk menggalang koalisi permanent dan memunculkan icon Pak Harto dalam barisan pahlawan Nasional.

Sebagai partai kader, menurut pemahaman saya, penerapan strategi pertama, yang mulai genit untuk memungkinkan berkoalisi dengan PDI P, sama sekali tidak boleh dipilih. Biarlah PDI-P besar dan memiliki basis pemilih potensial, jangan pernah sekalipun tergoda untuk membuat jalan pintas untuk mencapai target pencapaian jumlah kursi di DPR. Kaderisasi, hanya bisa terjadi jika sejak awal hingga akhir, sebuah perjuangan individu yang dikerjakan secara berjamaah melalui partai politik tetap memiliki dan ada ideologi yang diperjuangkan dan tentu saja ideologi tersebut harus berbeda dengan yang lain. Pakem dan analisis hostoris, nasionalisme adalah nasionalisme dan Islam adalah Islam. Polarisasi ideologi inilah yang justru menyebabkan aktivis kampus bergairah. Mentor –mentor politisi rela untuk menguras tenaga dan pikirannya untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu untuk bangsa. Termasuk masih adanya dukungan dari kaum aghniya untuk berbagi zakatnya untuk hal – hal yang sifatnya perjuangan yang dilakukan melalui sistem kenegaraan. Mengapa? karena kaderisasi harus terus berjalan dan ada dengan suatu keyakinan masih pekerjaan besar yan senantiasa dibawa tidur untuk keesokan harinya diperjuangkan lagi.

Hal yang sama, nampaknya juga menjadi alasan untuk strategi yang kedua. Fakta, mendiang Seharto masih memiliki sejumlah idola. Namun ada fakta lain yang juga masih sumir, status hukum Pak Harto terkait dengan sejumlah kebijakan dan tindakan yang sarat KKN, belum terang benderang. Sebagai partai yang berani menyatakan Bersih, Peduli dan Profesional, tentu saja pilihan strategi ini tidak produktif dan menyesatkan. Apakah semata karena masih ada ceruk pendukung Soeharto menjadikan pertimbangan yang “gelap mata”, sehingga aspek bersih dan professional dikorbankan? Tidakkah melukai sejumlah professional potensial yang telah susah payah membuktikan bagaimana korupnya regim “Bapak Pembangunan” ini? Dimana bersihnya beliau ketika fakta audit menyatakan jumlah kekayaannya dan seluruh keluarga ini melimpah ruah di sejumlah account di luar negeri? Belum lagi sejumlah asset yang menjadi tidak produktif dan masih berdiri tegak disejumlah jalan protokol ibu kota? Tidakkah para pengambil kebijakan strategis partai ini melihat demikianlah faktanya.

Semoga, tindakan yang dapat dikategorikan gharar (spekulasi) dalam kalkulasi politik ini, menjadi tindakan politik pertama dan terakhir. Tetaplah istiqomah, meniti jalan dengan cara yang memang susah. Pendidikan politik yang dilakukan selama ini, sejatinya adalah pilihan yang benar dan telah terbukti mendapat pujian sekaligus dukungan. Jangan sekali – kali tergoda untuk menempuh langkah instant. Karena akan merugikan diri sendiri.

Sepuluh tahun dan angka delapan untuk Pemilu 2009, mungkin angka dan usia yang masih terlalu muda dan sedikit jika dibandingkan dengan usia partai – partai three big five (PDI, PPP dan Golkar), bentukan Soeharto, yang mampu menjadi representasi ideologi. Sehingga, PKS memang harus menambah energi sabarnya, agar suatu saat kita mampu menjadikan partai laksana pilihan hidup yang memberi konsekuensi secara permanent, seperti saudara kita di Amerika atau Australia sana. Jika dia memang terlahir dari keluarga Demokrat, sepanjang itu pulalah pandangan dan orientasi hidupnya akan menjadi Demokrat, demikian sebaliknya. Fenomena emerging democracy yang dilakukan oleh para politisi Indonesia dan dialami sejumlah partai politik yang menjamur kemunculannya satu dekade ini, jangan sampai menodai partai yang memiliki warna identitas kuning dan hitam sebagai partai masa depan. Semoga.

17 November, 2008

Tim Catur Putri Indonesia Tekuk Tim Kuat Yunani di Dresden

Jakarta (ANTARA News) - Tim putri Indonesia masih bertahan tak terkalahkan hingga babak ketiga pada Olimpiade Catur ke-38 yang berlangsung di Dresden, Jerman, Minggu, setelah pada pertandingan babak ketiga itu menghentikan perlawanan tim tangguh unggulan ke-19 Yunani dengan skor 2,5 - 1,5.

Dengan kemenangan itu maka tim putri Indonesia kini berada di peringkat 12 dari 114 regu yang bertanding dari 112 negara, dan pada babak selanjutnya empat, Senin, akan menghadapi Rusia, demikian laporan Humas PB Percasi Kristianus Liem dari Dresden.

"Ini menjadi yang pertamakali tim putri Indonesia bertemu Rusia di Olimpiade Catur, Kalau bisa mengalahkan Rusia, saya akan berikan seribu dolar, dan jika seri lima ratus dolar," kata manajer tim Indonesia Riskie Dharma Putra di Dresden.

Menurut Riskie yang punya sekolah catur di Surabaya, ia baru saja menerima sms dari Wakil Ketua Umum PB Percasi GM Utut Adianto bahwa Menegpora menjanjikan hadiah satu milyar rupiah kalau tim putri Indonesia bisa mengalahkan tim putri Rusia.

Bintang Indonesia pada babak ketiga adalah Evi Lindiawati di papan dua dan pemain cadangan Kadek Iin Dwijayanti yang baru pertama kali diturunkan di papan empat menggantikan Desi Rachmawati yang diistirahatkan setelah mengalami kekalahan di babak kedua.

Evi (2121) yang main aman dan sederhana sejak awal pertahanan Sisilia variasi Kan, berhasil membuat kejutan dan mengalahkan GMW Anna Maria Botsari (2308) pada permainan akhir Gajah sewarna. Botsari yang merupakan pecatur berpengalaman melakukan kesalahan prinsipil pada langkah ke-43 ketika dalam posisi kalah satu bidak menolak pertukaran Gajah untuk masuk ke dalam permainan akhir Benteng yang peluang remisnya jauh lebih besar. Yang terjadi akhirnya permainan akhir Gajah sewarna dengan tiga bidak lawan empat bidak.

Disebut kesalahan prinsipil karena tiga dari empat bidak Botsari berada pada petak terang yang sewarna dengan Gajah Evi, dan sebaliknya lima bidak Evi justru berada di petak gelap atau tidak sewarna dengan Gajah Botsari sehingga tidak mungkin diambil. Akhirnya memang satu demi satu bidak Botsari "dipetik" Evi sehingga pecatur Yunani yang pernah ke Indonesia pada tahun 1993 itu menyerah pada langkah ke-56 setelah ketinggalan dua bidak.

Skor yang disumbangkan Evi langsung menyamakan kedudukan 1,5-1,5 setelah MIW Irene Kharisma Sukandar (2303) menahan remis papan satu Yunani yang sudah bergelar MI putra, GMW Yelena Dembo (2446) pada langkah ke-30, dan pahlawan hari sebelumnya Dewi Andhiani Anastasia Citra kalah dari GMW Marina Makropoulou (2265) pada langkah ke-43.

Kadek Iin (1859) yang paling akhir selesainya, membuat kubu Indoneisa tegang karena dalam krisis waktu yang parah, Kadek sempat tinggal satu detik baru melangkah, Kalau saja gerakan tangannya sedikit kurang cepat ia bisa kalah waktu. Gugupnya Kadek ternyata justru membuat lawannya, MIW Alexandra Stiri (2171) ikut nervous dan beberapa kali mengalami blankspot misalnya tidak melihat Gajahnya diancam. Stiri menyerah pada langkah ke-47 dan mendapat omelan rekan-rekannya karena main seperti orang bodoh akibat tak tahan didera krisis waktu sehingga Putri Indonesia menang 2,5-1,5.(*)

COPYRIGHT © 2008

05 November, 2008

Aulia Pohan, Sang Besan


Sebuah berita menggembirakan dan sangat dinantikan, terwujud sudah. Aulia Pohan, ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi aliran dana BLBI hari Rabu, tanggal 29 Oktober lalu oleh KPK. Praktis, hal ini menjadi headline disejumlah media massa cetak mapun elektronik dan bahan obrolan tak hanya di warung kopi pinggir jalan tetapi sampai juga ke café- café di gedung - gedung yang semakin menjulang tinggi di Jakarta.Penetapan status tersangka Aulia Pohan, sangat menarik dan memiliki kadar politis tinggi. Selain sebagai mantan Dewan Gubernur Bank Indonesia, beliau kebetulan adalah besannya SBY, seorang presiden aktif. Penetapan status tersangka kepada beliau, menunjukkan dua hal sekaligus. Pertama keberanian dan kesungguhan KPK dalam melakukan pemberantasan korupsi yang semakin teruji dan yang kedua komitmen politik SBY yang semakin jelas dan lugas untuk mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari praktek korupsi. Sebuah sinergi yang secara langsung (seharusnya) menjadi hadiah terbesar bagi momentum kebangkitan Indonesia melalui perayaan Sumpah Pemuda yang sedang dirayakan denga tema Reborn Pemuda Indonesia oleh Kantor Menpora.

Selama masa pemeriksaan, tak kurang hampir semua analis meyakini beliau akan “diselamatkan”, toh sudah banyak tersangka lain, baik dari kalangan BI maupun DPR yang telah ditetapkan dan dijebloskan kedalam penjara. Aspek memenuhi rasa penasaran publik, terpenuhi sudah. Disamping itu, realitas hubungan kekeluargaan sebagai besan, tentu dianggap menyulitkan posisi SBY untuk tidak tergoda sekedar mengingatkan rekan-rekan di KPK. Faktanya kemudian, kita disuguhkan political will yang sangat bagus dan positif oleh sang Presiden, ketika pada akhirnya, beliau membiarkan proses hukum berjalan sebagaimana mestinya tanpa melakukan intervensi sedikitpun. Buat saya, ini adalah bekal politik yang sangat bernilai untuk digunakan sebagai alat komunikasi kepada konstituen dan upaya meraih dukungan publik untuk tetap mengusungnya sebagai kandidat Presiden pada Pilpres 2009.

Setali tiga uang, ternyata KPK memang tidak bekerja untuk sekedar menyenangkan orang kebanyakan pun semata menjaga keseimbangan atau kepentingan politisi. Mereka tetap bekerja secara serius dan sungguh – sungguh untuk mengejar pelaku korupsi sampai keujungnya. Salute untuk KPK. Semoga momentum dan pencapaian yang selama ini telah dicapai, akan terus menjadi energi positif bagi KPK untuk melakukan lebih banyak hal terutama dalam domain pemberantasan korupsi.

Apatisme yang saya dengar dari para ABG tentang masa depan bangsa ini, dan harapan akan status quo dari mereka yang memang diuntungkan dengan kondisi yang masih terjadi, atas korupsi yang sudah akut dalam kehidupan bangsa kita, semoga terbantahkan dan membalikkan kondisi apatisme menjadi optimisme. Momentum ini, harus menjadi peluru bagi gerakan pemberantasan korupsi seiring dengan peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda. Tentu, tidak hanya upaya penyidikan dan penangkapan yang dilakukan KPK, kita pernah mendengar bahwa mereka juga melakukan langkah – langkah serta upaya pencegahan yang ditujukan untuk kalangan muda dan para pelajar serta mahasiswa. Kampanye atau inisiasi pendirian “warung kejujuran” di sejumlah sekolah, lomba pidato dan pembuatan poster serta lagu atau hyme pemberantasan Korupsi adalah sebagain kecil yang saya ketahui. Terakhir yang relative lebih strategis adalah upaya untuk membuat modul tentang nilai - nilai kepribadian yang positif, seperti kerja keras, jujur, disiplin yang akan dimasukkan dalam kurikulum sekolah sungguh upaya yang perlu mendapat sambutan dan dukungan dari kalangan pengajar maupun pengelola lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta yang ada di Indonesia.

Kembali kepada Aulia Pohan, semoga beliau dan sejumlah tersangka lainnya merelakan dirinya, menjadi bagian dari sejarah bangsa ini. Menjadi saksi hidup dan nyata bahwa ada masa dimana bangsa ini memang serius untuk maju, dengan cara memberi kesempatan untuk betobat dan memperbaiki sisa masa hidupnya kepada Bapak-Bapak/Ibu-Ibu yang sempat lupa akan tangungjawabnya sebagai pejabat pemerintah dengan melakukan tindakan-tindakan yang tidak sepatutnya dilakukan. Tak kurang kita punya sejumlah role model yang layak dicatat sejarah sebagai pelajaran bagi kita semua: ada Jaksa Urip Gunawan, ada Gubernur Abdullah Puteh, ada Bupati Syaukani H.R, ada Kepala Badan Urusan Logistik ada penyidik KPK sendiri. Semoga kehadiran mereka ini, menjadi awal baru untuk kembali menatap masa depan Indonesia yang lebih bersih dan mampu mensejahterakan lebih banyak rakyatnya. Bukan lagi Indonesia yang menyenangkan bagi segelintir kecil orang yang sejahtera sendirian karena korupsi.

Kembali ke Kampus UNPAD


Minggu, 26 Oktober 2008 di Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran di Jatinangor. Menjadi hari dimana suasana hati menjadi mellow karena kesempatan untuk bernostalgia atas sebuah perjalanan hidup, fragmen sebagai mahasiswa kembali hadir. Bersama dengan Achadiat Nurhikmat (Kang Imat), sahabat saya sejak tahun 1991, saya penuhi undangan dari rekan-rekan Angkatan 2006 yang menjadi Panitia Orientasi jurusan Kesejahteraan Sosial yang dibungkus dengan tittle: Social Welfare on Training (SWoT 2008).

FISIP Setelah 12 Tahun Kemudian


Kesempatan menjadi salah seorang pembicara dalam kegiatan Social Welfare on Training (SWOT 2009) sungguh membahagiakan dan menjadi anugerah buat saya. Ilmu yang selama ini didapat di Kampus, pengalaman kerja, pengetahuan dan jejaring yang selama ini dibuat selama perjalanan menggeluti dunia kerja, ternyata dibutuhkan oleh rekan -rekan mahasiswa baru angkatan 2008 untuk sekedar membangun road map akan perjalanan yang akan dihadapinya sebagai mahasiswa.

Kampus mengalami banyak perubahan. Lebih rindang, banyak bangunan baru dan sebuah Musholla yang ditata sebagai gazebo sehingga memungkinkan untuk dijadikan tempat nongkrong dan kongkow bagi siapa saja. Saat ini sudah tersedia, ruang seminar yang cukup representative yang dipadukan dengan ruang-ruang kecil bagi aktifitas mahasiswa yang memilih untuk menjadi penggiat di jurusan maupun di tingkat fakultas.

NGO Sebuah Alternative untuk Mahasiswa Kesejahteraan Sosial

Dalam kesempatan ini, saya diminta untuk bertutur tentang dinamika yang terjadi di dunia NGO (Non Government Organization), berbekal pengalaman pernah bekerja di ALNI (Asian Labour Network on International Financial Institutions) dan IBL (Indonesia Business Links), saya sampaikan sejumlah requirements and competencies yang harus dipersiapkan oleh mahasiswa yang ingin menggeluti profesi sebagai penggiat NGO. Mempertimbangkan waktu yang terbatas, dari sejumlah persyaratan dan kondisi tiga hal yang saya sampaikan adalah: pertama research analysis, kedua networking dan ketiga relationship. Research Analysis diperlukan untuk memastikan program kerja yang akan dilakukan sesuai dengan realitas dan kebutuhan masyarakat. Publikasi hasil riset, selain mampu menjadi credit point bagi eksistensi organisasi/lembaga juga diharapkan menjadi alat ukur atas kondisi yang sedang terjadi sekaligus potret dari kondisi dimasyarakat. Kompetensi riset, akan mereka dapatkan dari mata kuliah Pengantar Penelitian Sosial, Metode Penelitian dan Metode Penelitian Pekerja Sosial. Ilmu pendukung yang akan membekali mereka untuk memperkuat adalah Sosiologi, Antropologi.

Networking dan relationship, merupakan kompetensi dasar, dikenal juga dengan term soft skill yang diperlukan untuk menjalani kehidupan dengan kualitas yang baik. Tidak hanya untuk alumni Kesejahteraan Sosial (KS) tetapi untuk profesi dalam bidang apapun. Khusus untuk mereka alumni KS yang akan memilih NGO sebagai ladang pengabdian pasca kampus, kemampuan menjalin networking menjadi kompetensi dan keahlian dasar yang mutlak untuk mendukung terlaksananya sebuah program dan pengembangan organisasi. Keterbatasan resources, berbanding terbalik dengan problem masyarakat yang dihadapi. Sementara, ada banyak sumber yang juga terbatas namun memiliki ketertarikan yang sama untuk melakukan sesuatu untuk masyarakat yang mengalami masalah atau keterbatasan yang lain. Kemampun melihat dan menjembatani sejumlah resources inilah yang akan bermanfaat besar dalam kehidupan seorang penggiat NGO. Tidak hanya masalah dana atau funding tetapi juga hal-hal yang terkait dengan kompetensi keahlian, dan sinergi program. Laksana menyusun puzzle, kemampun networking, menjadikan noktah atau pecahan program yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga dapat tersusun menjadi gambar yang utuh dan jauh lebih Indah untuk membangun masyarakat Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Keahlian ini dapat terasah dengan baik, karena selama menjalani masa perkuliahan akan menerima mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, Pengantar Ilmu Politik dan Sistem Ekonomi Indonesia.

Relationship, dalam pemahaman saya, adalah sebuah kemampuan yang terbangun dari pengetahuan sekaligus teknik yang lebih mengarah kepada seni bagaimana menjalin hubungan personal dengan sebaik-baiknya. Pemahaman dan kemampuan khusus dalam menyelami kepribadian seseorang akan membantu kita dalam mengungkapkan kehendak kita. Manfaat lain, kemampuan mencermati kondisi psikologis orang lain, akan memudahkan kita mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengajukan sejumlah gagasan atau program kerja sesuai dengan mood yang sedang terjadi pada orang yang bersangkutan. Membangun, memelihara dan mengembangkan relationship tentu saja memerlukan investasi, terutama waktu, yang tidak sebentar. Sehingga selama rentang waktu tersebut, diperlukan konsistensi dalam membangun citra diri yang positif yang pada akhirnya akan menjelma menjadi integritas pribadi yang mumpuni. Menjadi orang yang dapat dipercaya, tidak pernah cedera janji dan mampu menunjukkan sebagai pribadi yang dapat diandalkan, memudahkan kita untuk melakukan sejumlah kerjasama bisnis sekaligus program pada masa yang akan datang.

Penutup

Kompetensi dasar, terutama yang saya sampaikan dalam penjelasan diatas, dua diantaranya, yaitu networking dan relationship akan terasah jika selama menjalani masa perkuliahan rekan-rekan mahasiswa baru turut aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, baik ditingkat jurusan, fakultas apalagi jika mampu di tingkat universitas. Dalam skala yang paling minim, setidaknya kembangkan kompetensi diri melalu aktivitas di tingkat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang sesuai dengan minat dan ketertarikan yang dimiliki.

Saya percaya, jika kehidupan selama menjadi mahasiswa diisi dengan hal-hal yang positif akan menjadi investasi sekaligus kenangan yang tidak akan terlupakan.

Selamat! Anda telah menjadi bagian dari sedikit masyarakat Indonesia yang beruntung mampu mengenyam pendidikan di tingkat tinggi.

20 October, 2008

Menelusuri Gusuran Bursa Buku Kwitang




Sebagai pecinta buku bekas (bermutu) saya merasa kehilangan dengan digusurnya pedagang buku Kwitang, Senen Jakarta Pusat. Di bekas lokasi terpampang spanduk yang menginformasikan pedagang buku kwitang pidah ke Bursa Buku Murah di lantai IV Proyek Senen tak jauh dari lokasi gusuran. Saya pun menjuju ke sana dan menjumpai para pedagang yang mulai menggelar buku-buku dan majalah. Masih banyak yang belum buka mungkin karena ragu karena pengunjung masih sepi. Harga buku nampaknya di banting karena selama masa transisi ini para pedagang perlu punya penghasilan untuk menghidupi asap dapur di rumah. Pengunjung kebanyakan pelajar dan mahasiswa yang mencari buku berharga miring dan buku-buku yang sukar di cari di toko buku.

Rupanya tidak semua pedagang buku Kwitang pindah ke Proyek senen. Sekitar 50 pedagang memilih pindah ke Mall Jakarta City Center (JaCC), Jl. Waduk Melati Raya, lantai 3 A belakang Hotel Indonesia. Di Mall JaCC ini, buku-buku dan majalah yang ditawarkan juga beraneka ragam dan cukup menarik, harganya juga murah. Lokasinya sudah tentu lebih nyaman ber AC pula. Mereka boleh berdagang dengan sewa kios yang terjangkau yaitu Rp 300.000 untuk dua tahun. Lumayan murah, namun mana pembelinya? Sama seperti di Proyek Senen lantai IV, pengunjung masih sepi! Tinggallah menginformasikan agar para pencinta buku mengetahui
lokasi ke dua tempat baru ini.

Di Mall memang telah terpampang spanduk besar Bursa Buku Murah tapi pengunjung mall juga tak seberapa, sehingga yang mampir ke lantai 3A dapat dihitung dengan jari. Padahal sekitar 50 pedagang menanti pembeli. Seperti biasa Pemda DKI rupanya sudah merasa puas jika para pedagang buku Kwitang sudah mendapatkan tempat penampungan, soal sosialisasi rupanya bukan merupakan kepedulian mereka.

Nah, apakah mereka bisa dapat bertahan dI lokasi baru jika masyarakat belum mengetahui keberadaan lokasi baru mereka. Saya khawatir dalam satu atau dua bulan lokasi ini akan bubar, bukan karena digusur tapi para pedagangnya tak punya daya tahan karena sepinya pengunjung. Mampukah mereka bertahan satu bulan tanpa penghasilan, sambil harus terus menunggu pembeli? Kita mungkin dapat membantu menginfomasikan keberadaan mereka dan para pencinta buku masih dapat memilih buku-buku kesukaan mereka dengan harga yang terjangkau.




Penulis: Samsuridjal Djauzi (Indonesian-FACT@yahoogroups.com)

29 September, 2008

Paradoks Lebaran




Ketika lebih banyak tulisan yang menganalisa fenomena lebaran dari sisi budaya, tentu saja “high cost economy” ala keluarga tidak akan pernah bertemu dengan logika rasional secara ekonomis. Begitu juga dengan komentar dari teman saya, realitas pemudik yang harus bertarung untuk mendapatkan moda transportasi yang sesuai dengan isi kantong, sungguh diluar kesanggupannya, untuk dapat memahami bahwa biaya tinggi dan susah payah yang harus dijalani pasti terbayar kala tangan dan pelukan anak besentuhan dengan tangan dan pelukan Ibu/Bapaknya. Rasa syukur, suka cita dan kegembiraan yang terjadi sesaat, menjadi tenaga yang sangat besar untuk setia kembali ke perantauan untuk menjalani hari – hari yang tidak bisa dibilang mudah pada ratusan hari lainnya ditahun depan.

Paradoks lain, Lebaran bukan tempat dan tidak dimaknai sebagai peristiwa untuk berboros-boros ria. Hal ini juga tidak bisa dipahami karena harga dari sebuah perjuangan dan penderitaan tanah rantau sepanjang tahun sebelumnya harus “dirayakan”, dengan menunjukkan sejumlah kemampuan untuk membeli ini dan itu. Simbolisasi dari sukses dan keberhasilan menapaki jalan hidup, dalam tataran tertentu dan dengan kadar yang cukup, adalah kebahagiaan dan bentuk syukur kepada pemberi rizqi. Sebagai bentuk syukur, tentu diizinkan untuk berbagi dengan membelikan ini dan itu kepada sanak saudara dan handai taulan. Tentu boleh juga sekedar menunjukkan bahwa saya saat ini sudah mampu membeli mobil atau motor seri terbaru. Harapan positifnya, mampu memotivasi saudaranya untuk berani meninggalkan kampong halaman untuk pergi ke perantauan, agar tahun depan mampu membeli ini dan itu.

Pagi ini, saya mendapat (balasan) sms dari Ananto teman saya, begini sms yang saya terima dalam tiga pesan yang terpisah, sms pertama: Takbir IDUL FITRI jadi tanda kemenangan? dari apa, hawa nafsu? Gimana tetangga rumah yg kurang makan, belum bayar kontrakan, ngutang di warung dan sekolah anaknya. Sms kedua: kemenangan, kemenangan macam apa yang kita rayakan. Sudahkan terlintas dana pulang kampung kita kasih aja ke yg belum bayar kontrakan, atau dana perayaan dialihkan untuk yang papa dan ini smsnya yang terakhir: akhirnya. Kullu man ’alaaiha fan. QS 55:26. Sebuah rangkaian balasan sms yang menarik perhatian saya, ketika saya mengirimkan ucapan selamat merayakan Hari Kemenangan Idul Fitri 1429H, lebih awal kepada beberapa teman, kolega dan sejumlah senior saya. Ananto termasuk diantara mereka yang berkesempatan menerima digelombang pertama. Mungkinkah pertanyaan retorik ini bisa diamini dan diikuti oleh mereka yang merasa perlu dihargai jerih payahnya dengan cara memenuhi hasrat-hasrat dirinya, yang bisa jadi selama ini terpaksa terkekang, karena keterbatasan yang melingkupi dirinya?

Lebaran, termasuk ritual ibadah lainnya seperti haji, terutama di Indonesia buat saya, memang masih sarat paradoks. Perpaduan antara perayaan atas keberhasilan menjalankan ibadah puasa selama Ramadhan nan agung (religiousitas) dengan prosesi 'unjuk gigi' atas perjalanan hidup manusia selama 11 bulan dalam mencari harta, kedudukan dan kekuasaan. Kesederhanaan ajaran dan pentingnya substansi dari esensi dari setiap ritual peribadatan seringkali diperumit dengan hal – hal yang artifisial dan kultural.

Rasanya, memang tidak pada tempatnya untuk memaksakan idealisasi sebuah peristiwa Lebaran dengan satu sudut pandang, karena setiap orang yang merayakan dan terlibat didalamnya memiliki kepentingan dan paham akan tafsirnya sendiri-sendiri. Saya pribadi, memilih jalan tengah saja diantara titik-titik ekstrem pendapat tersebut. Memahami kebutuhan aktualisasi para saudara kita yang mudik dengan susah payah dan telah bekerja keras “mengumpulkan barang bawaan” selama satu tahun, sepanjang tuntunan secara syariat terkait dengan terpenuhinya zakat dan uang yang digunakannya berasal dari sumber yang halal. Sehingga, sisi – sisi positif dari budaya mudik, dapat dibungkus secara benar dan halus dengan ketaatan kepada pedoman yang telah ditentukan oleh Dzat yang Maha Pemberi Kegembiraan dan Maha menguasai Kemenangan.

Selamat Idul Fitri 1429 Hijriyah.
Mohon Maaf Lahir dan Batin.

16 September, 2008

Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia

Disclaimer:
Tulisan ini berasal dari inbox email yang saya terima dari salah seorang rekan saya, Gunawan Imron (imron_gunawan@indocement.co.id) yang bekerja di salah satu industri semen di Jawa Barat. Semoga kiriman ini bermanfaat, seiring dengan suasana Ramadhan yang penuh barokah.
---------------------------------------------------------------

Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :
1. Qalbun Syakirun atau hati yang selalu bersyukur. Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu: "Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita". Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap "bandel" dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!
2. Al Azwaju Shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh. Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggung-jawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.
3. Al-Auladun Abrar, yaitu anak yang soleh. Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu: "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: "Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ? "Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.
4. Albiatu Sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita. Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.
5. Al Malul halal, atau harta yang halal. Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sodaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu berdoa sudah bagus", kata Nabi SAW, "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan". Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
6. Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama. Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng "hidup" kan hatinya, hati yang "hidup" adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.
7. Umur yang baroqah. Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat "hidup" orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah. Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas R.A. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia. Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu' mungkin membaca doa `sapu jagat', yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut "Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw" (yang artinya "Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia "), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang baroqah. Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri. Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu "wa fil aakhirati hasanaw" (yang artinya "dan juga kebahagiaan akhirat"), untuk memperolehnya hanya lah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah. Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah. Kata Nabi SAW, "Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga". Lalu para sahabat bertanya: "Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?". Jawab Rasulullah SAW : "Amal soleh saya pun juga tidak cukup". Lalu para sahabat kembali bertanya : "Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?". Nabi SAW kembali menjawab: "Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata". Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).

09 June, 2008

Ahmadiyah dan Kekerdilan Pemerintah Kita

Insiden 1 Juni 2008 di kawasan Monumen Nasional, dan rangkaian peristiwa ikutannya, menjadi bukti nyata dimana keberpihakan pemerintah regim ini. Tak puas dengan kebijakan menaikan harga BBM, pemerintahan yang dipimpin SBY-JK ini melengkapi kepatuhannya kepada kepentingan asing dengan membiarkan Ahmadiyah dalam posisi yang menggantung, tanpa keberanian untuk mengeluarkan keputusan berupa SKB yang menurut Jaksa Agung, sudah siap untuk dikeluarkan. Insiden (kekerasan dan penyerangan) di Monas, harus menjadi keprihatinan kita bersama, tetapi semoga kita tidak kehilangan pandangan akan akar masalahnya. Akar masalah yang sebenarnya adalah “kedunguan” pemerintah dalam menangkap aspirasi masyarakat yang dicampur dengan “ketololan” berlebihan dalam mengikuti kepentingan asing, terkait dengan ajaran sempalan yang bernama Ahmadiyah. Lambatnya pemerintah mengeluarkan larangan terhadap ajaran Ahmadiyah, menjadi “kata kunci” yang harus menjadi desakan kita bersama kepada pemerintah, agar permasalahan ini menjadi cepat selesai dan jernih solusi yang dipilihnya. Konflik horizontal yang terjadi di Jakarta, bukan tidak mungkin akan merembet ke tempat –tempat lain, solidaritas massa karena issue agama, dibelahan bumi manapun dan kapanpun menjadi bahan bakar paling efektif untuk menyulut kerusuhan massa. Tentu saja kita tidak rela hal ini akan terjadi lagi, saat ini, kala kelaparan dan beban hidup yang semakin berat karena kenaikan harga BBM, telah merenggut sejumlah nyawa saudara-saudara kita.



Orientasi kebijakan yang mengedepankan kepentingan asing, dalam konteks Ahmadiyah adalah kepentingan Inggris dan Amerika Serikat, menjadi bukti yang terang benderang bahwa patriotism dan semangat 100 Tahun Kebangkitan Nasional yang baru saja digelar, sama sekali tidak berbekas, alias kamuflase belaka. Bagaimana mungkin, sudut pandang, aspirasi dan kajian mendalam yang telah dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Umat Islam (FUI), yang telah bulat menyatakan Ahmadiyah telah melanggar kaidah pokok agama Islam, dibiarkan saja? Tidakkah SBY dan JK sadar, ada sebuah proses penelitian dan pengamatan panjang yang telah dilakukan, tak terbilang, buku – buku dan kitab referensi yang telah dikaji, hingga pada akhirnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta pemerintah untuk segera melarang ajaran Ahmadiyah. Jika bukan karena adanya kepentingan asing, alasan apalagi yang hendak diujarkan? Tidakkah sudah pada tempatnya, kalangan umaro mendengarkan pendapat ulama, untuk masalah – masalah yang terkait dengan urusan peribadatan dan keimanan? Jika umaro sudah tidak lagi mau mendengarkan pendapat ulama, sebagai bagian dari warga Negara, rasanya kita harus bersiap –siap untuk melantunkan istighfar bersama-sama, memohon perlindungan dari Allah, Azza wa Jalla, agar azab dari Allah SWT, tidak kembali menimpa bangsa ini. Apakah masih tidak cukup sejumlah bencana alam yang mendera bumi pertiwi sejak 2004 hingga tahun 2007 untuk memberikan peringatan kepada para pemimpin Negara ini untuk segera bertaubat dan kembali “amanah”, menjalankan tugas bekerja sekuat tenaga untuk kepentingan rakyat Indonesia? Dan bukan untuk kepentingan rakyat Negara lain?



Dalam konteks politik, jelas hal ini bukan kebijakan cerdas, bagaimana mungkin, aspirasi dari pemilih mayoritas, dibiarkan berlalu bagaikan lolongan anjing ditengah hutan? Semoga saja, para pemilih mayoritas di Republik ini, tidak mengidap penyakit mudah lupa. Sehingga, kebijakan –kebijakan yang diambil oleh pemerintah saat ini dan telah merugikan dirinya dan komunitasnya, akan terus diingat untuk menjadi pertimbangan dan referensi dalam memilih pada masa pemilihan anggota dewan dan presiden tahun 2009 nanti. Apakah sedemikian bodohnya, rakyat Indonesia mencerna kalkulasi politik ini? Saya berdoa, semoga tidak. Karena jika tidak mampu mengambil pelajaran penting dari dua kebijakan yang telah diputuskan pada saat yang nyaris bersamaan: menaikkan harga BBM dan membiarkan Ahmadiyah, untuk referensi memilih di tahun 2009, artinya bencana itu memang telah dipilih sendiri oleh masyarakat bangsa ini.

23 May, 2008

Indonesia, Bisa?

Zaim Uchrowi pernah menulis Resonansi di Republika dengan nada sinis tentang slogan atau deklarasi yang coba ditawarkan oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam perhelatan kolosal peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional yang digelar 20 Mei 2008 di Istora Bung Karno.

Sinisme yang beralasan, sehingga harus tetap dihargai sebagai upaya yang bersangkutan untuk konsisten mengkritisi hal - hal yang menurut pengetahuan dan logikanya: kebangkitan yang yang terjadi pada dekade ini, tidak cukup layak untuk dirayakan. Atau bahkan dapat dikatakan tidak ada kebangkitan apa-apa! Berbeda dengan parameter yang digunakan tentang sejumlah langkah dan tindakan besar yang berhasil diukir oleh pada pahlawan nasional bangsa ini pada zamannya. Adalah berdirinya Sarekat Dagang Islam, yang dijadikan pembanding. Apa yang "berhasil" diraih oleh kita pada abad ini, sama sekali tidak sebanding dengan apa yang ditorehkan oleh para pendiri Sarekat. Tidak ada ruh kebangkitan yang terasa, ketika semangat nasionalisme surut menuju titik nol. Dimana asset bangsa makin banyak jumlahnya yang di kuasai asing, langsung maupun tidak langsung. Tidak ada lagi kebanggaan sebagai bangsa yang besar, ketika tidak ada satupun cabang olahraga di tingkat Olympiade yang mengantarkan bendera Merah Putih diperdengarkan kepada penduduk dunia. Ketika Indonesia diidentikkan dengan TKI dan TKW sebagai anak-anak bangsa yang mengemis pekerjaan, karena Negaranya sendiri tidak mampu memberikannya. Dan, masih banyak hal-hal yang kurang sedap untuk diceritakan diisi untuk menunjukkan bahwa kita belum layak meryakan atau memperingati kebangkitan sebuah bangsa. Mungkin itu yang menjadi pemikiran Zaim dalam tulisan tersebut.
Saya, tidak menampik apa yang menjadi kegalauan hati Zaim, karena benar adanya. Namun izinkan saya, berbagi perasaan dan pengalaman, karena hadir mengikuti perayaan tersebut. Pergerakan manusia dalam jumlah besar dari berbagai profesi, usia dan kalangan, disertai dengan kerja keras panitia yang menghelat acara tersebut, tetap meninggalkan kesan dan rasa, bahwa ada yang masih bisa kita kerjakan dan banggakan sebagai bangsa. Setidaknya, rasa nasionalisme yang tertidur, coba dibangkitkan sesaat, dengan mengingatkan kembali sejumlah keunggulan dan keragaman budaya yang dimiliki. Dinamika gerak para penari cilik dari berbagai kota di Indonesia, kesigapan tentara dan polisi melakukan demonstrasi bela diri tanpa senjata, sedikit banyak menggugah saya bahwa kita masih memiliki sesuatu. Setidaknya, TNI kita masih solid, budayawan dan para seniman kita masih kreatif dan istiqomah menjalani profesinya sebagai penjaga budaya bangsa. Para penggagas acara ini, rekan -rekan Trans TV dan Pak CT masih mau dan rela bekerja keras untuk membuat sebuah karya. Sekali lagi, bisa jadi ini hanya bersifat sesaat dimana acara berlangsung. Ya.. bisa jadi.
Sehingga, ketika kembali kepada realitas yang dihadapi dan bukan pada "dunia pertunjukan" yang dihadirkan di Gelora Bung Karno serta menggunakan indikator-indikator ekonomi makro kemudian dibandingkan dengan kondisi yang telah dicapai negara-negara tetangga. Tentu saja, "kebanggaan sesaat" itu, akan lenyap seketika!. Tinggal bagaimana, orang-orang seperti saya yang menikmati kebangkitan sesaat dapat terus memelihara perasaan tersebut dalam menjalani kehidupan yang benar nyata. Bagaimana saya, sebagai pribadi secara konsisten mampu mensugesti diri untuk terus berkarya bagi kepentingan bangsa dan negara, konsistensi saya sebagai warga negara saya yakini akan lebih terpelihara dan mencapai hasil yang maksimal jika mendapat dukungan dan arahan yang lebih komprehensif dari para pemimpin dan pejabat negara. Untuk mendukung kebutuhan ini, saya jadi teringat ucapan, Mas Erie Sudewo "ngurus satu orang miskin cukup dengan zakat fitrah, ngurus seratus orang miskin perlu lembaga amil zakat, kalo ngurus sejuta orang miskin perlu politik!". Politik dalam konteks ini adalah kebijakan negara. Sehingga, kebangkitan yang mungkin yang timbul pada individu-individu yang hadir dalam pertunjukkan tersebut, harus difasilitasi oleh negara sehingga benar -benar menjadi national movement yang dahsyat.
Kita memiliki KPK sebagai institusi yang kredibilitasnya makin terpelihara dan diakui, anak-anak kita sudah menjuarai sejumlah olympiade sains, para pekerja seni kita sudah 'mengganggu' popularitas seniman negara tetangga, kita punya Garin Nugroho, terakhir kita memiliki Sri Mulyani Indrawati, yang mampu mengalahkan level pengaruh Hillary Clinton menurut Forbes di jagat ini. Tak ketinggalan, keluarga Panigoro menunjukkan kelasnya sebagai world wide company di industri minyak dan pertambangan dan saya percaya masih banyak lagi yang dapat ditulis dialinea ini untuk menunjukkan bahwa Indonesia Bisa!

23 April, 2008

Menjadi Gubernur Cara Gue

"...PERMIOS, SEUEUR WARTOS HAREWOS KA PRIBADOS, TI KAWIT ANAK KOS, TUKANG BANDROS, PADAMEL POS, DUGI KA TUKANG SAOS, NYARIOS PAMINGPIN NU ENTOS2 TE KAHARTOS, TEU KARAOS, TEU BUKTOS, UKUR DAGANG WAOS, HAWATOS! NALIKA NYALON DEUI NEMBE SEUEUR BAKSOS. API2 BAGEUR NGABAGI KAOS SARENG ARTOS.. TOS SEPUH MAH KEDAH EMOT KANA WAKTOS, KEDAH RUMAOS TOS KOROPOS, KA AKHERAT BUTUH ONGKOS. WIOS AYEUNA MAH NU NGORA SIAP NGAGENTOS. HADE NOMOR 3 NUKUDU DICOBLOS. OKE BOS...?"

Hari ini, KPUD Jawa Barat, secara resmi mengumumkan pasangan Hade sebagai pemenang Pilkada untuk Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2008 -2013. Selamat! Semoga kepercayaan yang telah diberikan pemilih dapat dijaga dengan sebaik-baiknya.
Menggunakan merek dan janji sebagai pemimpin muda kala kampanye, tentu harus diikuti dengan fakta. Kaum muda identik dengan keberanian untuk mengerjakan dan menggagas hal -hal baru, berfikir dan bertindak cepat dan tentu saja punya stok tenaga yang relative tidak ada habisnya. Dia akan terus bergerak dan menawarkan hal - hal aneh dan berbeda dari yang biasa kita lihat.
Disisi lain, birokrasi tetap birokrasi, ada tata aturan dan prosedur yang [kadang harus dihormati] karena ada pihak atau lembaga lain yang juga terlibat dalam aturan itu. Jadi, kita pun harus mengerti ini. Tantangannya kemudian, bagaimana birokrasi mampu mengakomodir cara dan kebutuhan pemimpin muda untuk merealisasikan model kepemimpinannya, memimpin cara gue! Cepat dan gak pake ribet. Realitas bahwa yang punya energi dan keinginan untuk menjadi muda hanya 2 (dua) orang dari ribuan aparatur Pemda Provinsi Jawa Barat, adalah agenda paling awal yang harus diselesaikan. Bagaimana menciptakan perubahan - perubahan kecil yang membuat aparatur "ngeh" dan melek, bahwa pemimpin baru memang sungguh - sungguh berbeda. Berani untuk menyederhanakan aturan protokole dapat dimulai dengan jangan terlalu sering pake baju safari yang ada "jengkol"nya. Persempit rentang atau rantai proses pembuatan keputusan yang mengerucut kepada Jawa Barat 1 dan 2 , dengan cara menyebarkan tanggungjawab kepada lebih banyak orang setingkat dibawahnya. Dan pastikan, tiap - tiap dinas yang ada dilingkungan kantor gubernur, setidaknya , membuat proses kerja yang lebih praktis dan cepat dari sebelumnya.
Kemudian, Jawa Barat tentu saja bukan hanya Bandung, Cirebon dan Purwakarta. Dia juga sampai ke Cinere dan Depok, rajin -rajinlah berkunjung kedaerah yang berbatasan dengan provinsi lain. Mengapa? acapkali, daerah - daerah perbatasan tidak terjamah karena masing-masing merasa ada yang mengurusnya. Jawa Barat menilai, bahwa Cinera pasti diurus oleh DKI, hal yang sama terjadi sebaliknya. Sehingga, pada galibnya tidak ada satupun yang serius mengurus infrastruktur di daerah perbatasan. Padahal kita tahu, untuk kondisi Cinere, banyak orang-orang yang bekerja di lingkungan pusat kekuasaan tetapi berdomisili di Jawa Barat. Sehingga, kinerja gubernur Jawa Barat akan segera menjadi obrolan orang-orang Jakarta, melalui kualitas infrastruktur yang ada.
Popularitas dan gen selebritis yang masih disandang Dede Yusuf, semoga menjadi katalisator untuk mampu mempercepat munculnya "keEdanan-keEdanan" ala bobotoh Persib, yang kreatif dan segar. Jadikan birokrasi sebagai ajang untuk berkreasi sehingga muncul terobosan -terobosan ala budak bandung. Melayani masyarakat dengan senyum, ramah dan penuh toleransi namun tetap disiplin ala tentara yang i kebetulan banyak terdapat di Cimahi. Selamat datang pemimpin muda, tunjukkan kalo cara elo beda!
"...Saur Dai di masigit oge, pilkada Jabar mah kudu Aman ameh hasilna Hade....."

01 April, 2008

Terimakasih Ma, I Love You


Minggu, 30 Maret 2008, adalah hari dimana Ibunda tersayang, Hj.Apong Paenusah, genap berusia enam puluh tahun. Bagi pengawai negeri sipil, enam puluh tahun adalah batas usia yang diberikan untuk mengakhiri pengabdiannya kepada negara. Jabatan terakhir yang berhasil diraihnya adalah Kepala Sekolah disalah satu Sekolah Dasar Negeri di Perumnas III Bekasi. Sebuah karir dan masa pengabdian panjang yang dimulai sebagai pengajar Taman Kanak- Kanak di Jatiluhur, kemudian Guru Taman Kanak - Kanak "Ketilang" di Bekasi, kemudian pindah menjadi Guru SD bersama dengan Bapak, sampai akhirnya menjadi Kepala Sekolah, Alhamdulillah.
Pengabdian sekaligus perjuangannya menjadi pegawai negeri, mengantarkan kami, lima orang anaknya dengan pencapaian sebagai berikut : saya, bekerja dan telah berkeluarga dengan tiga anak; Neni, adik saya sedang menempuh S2 Psikologi UNPAD , berkeluarga dengan dua anak; Ade, adik, selesai kuliah D3 dari Politeknik Negeri Bandung; Denny, adik saya [seharusnya] sedang menyelesaikan skripsi di FIKOM UNISBA, telah bekerja di salah satu harian Nasional, berkeluarga dan sedang menanti kelahiran jabang bayinya yang hari ini sekitar 19 minggu dan bungsu; Iif, adik bungsu saya, selesai kuliah dari FISIP UNPAD dan memulai karir kerjanya disalah satu penerbit kartu kredit kelompok finansial milik Amerika Serikat.
Yang istimewa dari kondisi diatas adalah, semua perjuangan untuk mengantarkan anak-anaknya berhasil sampai titik tersebut, dilakukannya seorang diri. Sejak Bapak meninggal tahun 1989,dimana saat itu saya lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 di Bekasi, praktis semua biaya dan permasalahan yang dihadapi anak-anaknya, menjadi tanggung jawab, beban dan dipecahkan olehnya seorang diri.
Semoga, apa yang telah diabdikannya kepada Negara sekaligus bagi keluarga, menjadi bukti amanahnya beliau terhadap Allah SWT. Yang jauh lebih penting adalah kami anak-anaknya dapat membahagiakan beliau dengan cara sederhana seperti yang disampaikannya saat memberikan nasehat dalam rangkaian syukuran tersebut:
""Mamah ingin, anak-anak tetap hidup sesuai dengan syariat Allah, jangan tinggalkan
sholat. Doakan juga Mamah agar tetap sehat, namun jika harus menghadap Allah SWT, jangan sampai harus sakit yang akan memberatkan anak-anak Mamah dan keluarga yang lain"

Tentu saja, mendengar pesan demikian, membuat kami anak, cucu , menatu dan adik -adiknya yang datang dari Bandung, tak kuasa menahan air mata, sungguh betapa mulia hati Ibunda. Pujian atas dedikasi yang telah ditunjukkan sebagai anak tertua dari 11 bersaudara, mengalir atas perhatian, tanggung jawab serta pilihan menjalani hidup yang apa adanya, tidak mengada-ada, serta sifat adil dan kebijaksanaanya dalam membimbing beberapa adiknya yang ikut bertarung hidup di Bekasi, hingga akhirnya mampu meneruskan sekolah, bekerja, berkeluarga hingga saat ini.
Mah, tetap bahagia ya..menikmati hari pensiun. Mamah boleh kehilangan anak buah dan murid-murid SD yang mungkin akan dirindukan teriakan dan lari -lari kecilnya, sebagai anak-anak bangsa yang sekolah di sekolah yang Mamah pimpin. Mamah mungkin akan kehilangan sebagian kecil dari penghasilan yang Mamah terima untuk diberikan kepada cucu-cucu Mamah. Namun Mamah punya catatan dan kesan indah yang telah Mamah dengarkan sendiri dari Anak, Cucu dan Adik-Adik Mamah. Saatnya kini, menikmati hari Mamah dengan cara berbeda.
Selamat Ulang Tahun Mah, Selamat Menikmati Usia Keemasan dengan lebih banyak kesempatan yang untuk mempersiapkan bekal untuk perjumpaan dengan Bapak di Surga. Insyaallah

13 March, 2008

Pujian untuk Indonesia

Sudah lama, bangsa ini tidak mendapat pujian! Terakhir kita dipuji sebagai "macan Asia", bersama dengan Thailand, Malaysia dan China. Yang menjadi "macan beneran" ternyata cuma China, karena secara mengejutkan unjuk kinerja dan mulai berani menantang Amerika Serikat di sektor ekonomi. Sementara kita, harus sabar dan kembali bekerja keras, sehingga pujian sebagai macan Asia menjadi realita.


Dalam kunjungan kenegaraan, Presiden SBY mendapat pujian dari Ahmadinejad, Presiden Iran. Beliau memuji pemerintah Indonesia atas pilihan sikapnya untuk abstain dalam sidang Dewan Keamanan PBB, terkait dengan voting terhadap hukuman tahap III PBB, khususnya Dewan Keamanan, karena Iran dinilai bandel tetap mengembangkan teknologi nuklir. Pujian ini, layak kita terima, karena komitmen untuk melaksanakan amanat UUD dalam melaksanakan hubungan luar negeri yang menyatakan, kita memiliki azas Bebas Aktif . Saya sangat menikmati foto bagaimana Marty Natalegawa mengacungkan tangannya sendirian ditengah anggota Dewan Keamanan yang lain.


Pujian yang lain, layak kita berikan kepada Ibu Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan, yang telah berani dan bersuara lantang menentang protokol / kebijakan World Health Organization (WHO). Mekanisme kerja Global Influenza Surveilance Network (GISN), masih menurut Ibu Menteri, sewenang-wenang memperlakukan negara berkembang. Keberanian beliau, menuntut perlakuan yang adil atas hak negara berkembang terhadap negara maju untuk mendapatkan vaksin dari sampel virus Avian Influenza, pada akhirnya harus diperjuangkan sendiri, sebagai bangsa di forum WHO. Ini langkah dan keberanian luar biasa yang ditunjukkan bangsa ini, sehingga protes beliau mendapat tanggapan yang serius dan akhirnya mampu mengubah mekanisme kerja GISN yang telah berjalan kurang lebih 40 tahun. Luar biasa.


Tentu, masih banyak prestasi bangsa ini yang akan menuai pujian. Kita tahu dan percaya, kita terlahir sebagai bangsa yang merdeka karena berjuang: berjuang merebut kemerdekaan dan sekaligus tetap berjuang mempertahankan kemerdekaannya. Catatan dan bukti sejarah yang demikian, sejatinya terus mengalir dalam darah dan jiwa kita semua. Untuk sebuah keyakinan dan kepercayaan, bahwa kita harus menjadi bangsa yang lebih baik, yang lebih mampu memberikan kesejahteraan, keamanan, kemakmuran dan harkat martabat sebagai bangsa yang besar dan Merdeka. []

10 March, 2008

The Essence of Silaturahmi

The essence of silaturahmi, [kembali membuktikan manfaatnya] dan ternyata memang sehat bagi jiwa. Jiwa yang dahaga akan motivasi dan dukungan, jiwa yang haus akan penerimaan dan apresiasi. Karena dalam proses silaturahmi yang baik, tentu akan ditemukan sekaligus terpenuhinya kebutuhan manusia yang saya sebutkan tadi: dukungan dan penerimaan. Mendukung asa dan harapan yang diinginkan untuk dicapai oleh orang lain disaat yang bersamaan juga mampu menerima apa adanya keberadaan dan eksistensi orang yang menjadi teman silaturahmi kita. Kebermaknaan hidup akan tumbuh ketika keberadaan kita, bermakna bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Sekecil apapun kontribusi dan manfaat yang dapat kita berikan bagi orang lain tersebut.
Sabtu dan Minggu, 8-9 Maret 2008, Alhamdulillah beberapa perjalanan silaturahmi dapat dilakukan, dan saya bersama keluarga bersyukur kepada Allah SWT, masih diberi kekuatan dan kemampuan untuk melakukannya.
Bulutangkis, ya olahraga bulutangkis di Sport Center kompleks dimana saya tinggal saat ini, bersama tetangga kompleks lainnya dan seorang sekuriti. Sebuah aktifitas dan ritual Sabtu pagi, yang sayang kalo ditinggalkan. Silaturahmi yang menyegarkan jiwa, disamping segar karena berolahraga, pertemuan dengan tetangga ini juga membawa manfaat karena kita bisa berbagi apa saja yang terkait dengan kondisi keluarga masing-masing dan situasi perumahan. Kadang sharing permasalahan di tempat kerja yang kebetulan tidak sama profesi dan indstrinya. Berbagi masalah dan berbagi informasi. Yang terjadi dihari sabtu lainnya adalah kesempatan untuk meluapkan kekesalan dengan berteriak keras, kala shuttlecock tak berhasil dikembalikan atau ketika lawan main, lebih cermat menempatkan bola, menjadi cara tersendiri membangun jiwa dan semangat sportivitas. Bentuk silaturahmi kontemporer, saya membahasakannya.
Sabtu malam, memenuhi undangan dari salah seorang guru di bangku Sekolah Dasar, Ibu Sumiyati namanya. Beliau menikahkan putri keduanya dan mendapatkan suami dari Tasikmalaya. Kebahagiaan yang nampak dari raut wajahnya atas kehadiran muridnya, menghilangkan rasa lelah saya menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh, dari Limo-Depok ke Pedurenan, Bekasi. Sebuah tempat dimana saya tumbuh dan berkembang, sebelum saya tinggalkan karena kebutuhan untuk meneruskan kuliah di Bandung.
Minggu pagi menjelang siang, bersama dengan Tasya, Bulan dan Bintang (ketiganya adalah para malaikat kecil yang menghiasi hari-hari saya saat ini) , kami naik Honda, motor adik saya dan keliling ke beberapa tempat dimana saya biasa menghabiskan waktu senja kala kecil ketika hari sabtu dan hari libur lainnya. Hari Senin - Jum'at, selepas sekolah di SD Pedurenan, saya meneruskan mengaji di Madrasah Ibtidaiyah, Nurul Hidayah, namanya. Masih di Pedurenan, perjalanan menyusuri lapangan bola dan pematang sawah yang sekarang sudah tidak lagi berfungsi sebagai sawah untuk menanam padi, diteruskan dengan rute untuk bersepeda di kompleks perumahan Duren Jaya namanya, saya lalui dengan kenangan indah yang tentu saja tidak perlu saya ceritakan untuk anak-anak saya saat ini.
Minggu siang, makan siang bersama keluarga besar Rike dan Denny, kurang lebih 35-40an orang bersama menikmati makan siang yang dimasak sendiri. Ada yang kebagian masak nasi, rendang, perkedel, lalapan, sambal dan dan sejumlah penganan pelengkap serta buah - buahan lainnya. Semuanya mendapat tugas dan dikumpulkan menjadi sebuah menu istimewa siang ini. Semuanya memiliki acara pada siang ini, karena semuanya memberi kontribusi dalam bentuk makanan yang dikumpulkan dan dinikmati sama-sama. Sungguh indah dan membahagiakan. Kebahagiaan yang lain, tentu saja menjadi miliki Denny Achmad Furqon dan Rike Ramadiyanti, yang telah memiliki calon baby, karena dokter menyebutkan bilangan 4 bulan kepada jabang bayi yang dikandung Rike.
Terakhir minggu malam, berjumpa dengan para "sesepuh kampung" dan tetangga yang dibungkus dalam acara pengajian untuk mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas telah berusia 4 bulannya janin yang dikandung, Rike istri Denny Achmad Furqon, adik saya. Beberapa sahabat dan teman main saya ketika kecil, nampak hadir. Supangkat, adik angkatan sekolah dan ngaji saya, telah tumbuh menjadi asisten Ustadz untuk memimpir dzikir, sementara H. Arin Suherman, yang kala itu bekerja sebagai Satpam di Bridgeston / Lion, menikmati hari pensiunnya dengan menjadi ustadz dilingkungan saya ketika kecil, semoga menjadi khusnul khotimah, seperti Gitto Rollies. Nampak ada Doddy, dialah yang mengajari sekaligus meminjamkan sepedanya kepada saya, sehingga saya bahagia sekali bisa naik sepeda roda dua, pertama kali waktu itu.
Perjalanan silaturhmi yang saya lakukan dua hari itu, sungguh bermakna dan saya bahagia karenanya. Saya telah merasakan manfaat dari esensi silaturahmi, sekarang giliran Anda.

25 January, 2008

Jodoh Anak Adam

Allah SWT melalui Alqur'an pernah bilang : "bahwa sesuangguhnya semua makhluk hidup diatas muka bumi, telah diciptakan berpasang-pasangan", begitu terjemahan bebasnya.

Faktanya kemudian, kenapa ada dua, tiga, empat atau mungkin lebih [orang] sahabat saya, hingga hari ini belum mendapatkan pasangannya? Padahal saya tahu betul, sahabat - sahabat saya ini adalah orang - orang yang secara kasat mata memiliki sejumlah kelebihan dan keunggulan yang berbeda dibandingkan dengan saya atau orang -orang yang sudah menemukan pasangannya. Terus terang, buat saya ini adalah misteri hidup yang tidak mampu saya temukan jawaban rasionalnya.

Malam lalu (23/01), salah seorang sahabat yang saya maksud diatas, berkesempatan membunuh senja bersama di salah satu tempat nongkrong di kawasan Menteng. Ah...makin cantik saja dia, kemapanan hidup, telah memungkinkan dirinya untuk memanjakan seluruh tubuhnya, luar dalam. Nampak makin cerdas dan bernas, karena pasti asupan buku-buku bermutu senantiasa dinikmati kala weekend. Rambut dan kulit yang terawat bersih, tentu terjaga dengan menjambangi salon -salon kecantikan di epicentrum life style kota ini. Dan..matanya, terbungkus rapi sebuah frame kacamata berkelas dunia. Apa yang tidak dimilikinya coba? Sejumlah persyaratan untuk dicintai dan mencintai telah ada dalam genggaman, upaya untuk memperkenalkan diri dan diperkenalkan telah dilaluinya berkali - kali. Entah ada misteri apa...

Dimana komitmen Sang Khalik terhadap kata-kata-Nya? Tidakkah kondisi ini akan mendatangkan prasangka? Bagaimana kita akan terus dan selalu yakin atas apa yang dikatakannya dalam kitab suci pasti terjadi dan berlaku bagi setiap hamba yang membacanya? Ah, cobalah kau beri tahu jawabannya... Agar sayapun mengetahui rahasia ini, jika itupun masih layak dianggap rahasia Sang Khalik. []

14 January, 2008

2008, Hari Ini

2008 M, memasuki hari ke empat belas dan 1429 H, berbilang hari kelima. Mengingat banyak resolusi sudah diucapkan dalam hati, kala menghadiri Dzikir Nasional di Masjid At-Tiin di TMII 30 Desember 2007, ternyata sejumlah fenomena semakin banyak terjadi melampaui kecepatan resolusi yang hendak dilakukan. Tentu saja hal ini membuat sejumlah resolusi memerlukan penguatan dan komitmen yang lebih keras untuk dapat dilaksanakan agar diakhir tahun 2008, menuai sukses dan perasaan yang jauh lebih syukur atas karunia yang telah diberikan Allah SWT.
Pertama,
Pak Harto, mengalami masa kritis terburuk menurut catatan kesehatan, yang dapat direkam oleh Tim Kesehatan Kepresidenan R.I. Ada beberapa catatan yang tersisa untuk hal ini, pertama, salut dan bangga, orang sehebat Pak Harto, istiqomah, mempercayakan kesehatannya kepada dokter-dokter dan rumah sakit Indonesia. Sebuah teladan yang baik, bahwa dokter dan rumah sakit Indonesia mampu memberikan pelayanan dan pengobatan prima terhadap kebutuhan kesehatan beliau. Catatan kedua, terlepas dari kondisi yang sedang dihadapi, rasanya kita harus balas teladan dari beliau, dengan segera menunjukkan bahwa Indonesia juga mampu, menyelesaikan permasalahan hukum yang masih menggantung terhadap diri beliau. Segera tentukan -lewat pengadilan tentu saja- kesalahan - kesalahan beliau dimasa lalu dengan jelas dan tegas, sebenderang keberanian kita untuk mengapresiasi prestasi beliau. Setelah jelas permasalahan yang menjadi tuntutan sebagian masyarakat, beberapa yang dapat disebutkan: Tragedi semanggi I dan II, Peristiwa Tanjungpriok, G-30 S/PKI, Tragedi Lampung dan Penculikan sejumlah aktivis mahasiswa, kenapa tidak atas nama keluarga, memenuhi tuntutan para korban tersebut dan melakukan sejumlah kompensasi-kompensasi yang wajar. Segera setelah itu dilakukan, insyaallah, sebagai manusia yang beriman dan berbudi luhur yang dimiliki bangsa ini, rasa maaf itu akan keluar dari para Ibu, suami, istri dan siapa saja yang dirugikan atas tindakan dan kebijakan yang bisa jadi, terpaksa dilakukan untuk sebuah alasan yang bernama stabilitas dan kelanggengan kekuasaan. Insyaallah, jika lebih banyak rakyat yang memaafkan dibandingkan dengan yang masih merasa dikorbankan selama kepemimpinan beliau, ending dari kondisi kesehatan yang menyedot perhatian publik inipun akan segera kita ketahui. Saya jadi ingat cerita dari Pak Ustadz, mengenai Alqomah, sahabat Nabi Muhammad yang mengalami sakaratul maut maha dahsyat, karena belum mendapat ridho dari Ibunya.
Kedua,
Saya harus kehilangan sahabat, Wachyuni Mustani, yang telah menemani saya bekerja di Indonesia Business Links. Karena keinginan untuk bekerja ditempat lain, apa yang sudah kami kerjakan bersama dan berjalan dengan baik, harus saya lakukan dengan cara mencari pengganti yang harus kembali dicari melalui sejumlah proses rekruitmen. Tidak mudah memang, membangun teamwork yang solid dan percaya kepada visi serta misi organisasi yang terinternalisasi kedalam keyakinan diri melalui keikhlasan untuk berinvesatasi waktu, menjalani hari yang penuh tantangan. Godaan akan kepastian pekerjaan, rasa aman terhadap masa depan , adalah harga yang harus dibayar untuk sebuah idealisme. Itu adalah pilihan. Semoga apa yang menjadi harapan Yuni ditempat yang baru, mendapatkan kesejatiannya dalam memaknai arti hidup dalam bentuk pengabdian yang disebut bekerja.
Saya, harus mencari sahabat dan rekan kerja baru. Saya percaya orang itu akan dikirimkam Tuhan untuk memenuhi keyakinan akan apa yang saya lakukan adalah benar dan akan memberi manfaat terbesar bagi negeri ini.
Ketiga,
Hudaya Aslam dan Reflizar, dua orang sahabat dan senior saya, mengalami kecelakan lalu lintas hebat di KM 44, tol Jagorawi. Sehari setelahnya, Jum'at tanggal 11 Januari 2008, saya berkesempatan untuk menjenguknya di RS MH. Thamrin, Ruang Krisan ruang 364. Sejumlah senior dari Universitas Padjadjaran pun, alhamdulillah berkesempatan datang untuk memberikan dukungan, agar keduanya beserta keluarga, mendapatkan kemudahan dan kesabaran dalam melampaui ujian ini. Pertemuan dengan sejumlah senior yang kebetulan sebagian besarnya adalah aktivis mahasiswa pada jamannya, mendatangkan romantisme dan kenangan atas sejumlah peristiwa yang sempat terjadi dan dilewati bersama. Pertemuan tersebut, tentu saja, menjadi cara Tuhan, untuk sekedar mengingatkan saya, atas sejumlah resolusi yang pernah saya ucapkan pada tahun - tahun lampau, ketika masih menempuh studi di Bandung.
Semoga, tiga kejadian yang diluar kemampuan saya untuk mengkalkulasinya, ketika resolusi personal saya ucapkan ditahun 2008 ini, menjadi bukti yang semakin nyata, bahwa tidak semua yang kita inginkan dapat terlaksana dan sebaliknya tidak bisa menolak hal - hal yang tidak kita inginkan.
"Keberanian untuk membuat cita-cita yang tinggi harus diiringi dengan sejumlah kompromi dan keikhlasan terhadap perubahan- perubahan yang terjadi dalam hidup"

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...