07 December, 2004

Sebatang Rokok, SMS dan Masa Depan ASPEK Indonesia

Peristiwa ini terjadi di salah satu koridor terminal bus dimana terdapat salah satu peruguruan tinggi terkenal di Indonesia , setelah menyelesaikan urusan di Kantor Pelayanan Pajak Depok. Sambil menanti kedatangan bus Jurusan Depok – Senen, saya nongkrong mendekati kerumuan para sopir dan pelaku bisnis di industri transportasi ini. Banyak yang mereka bicarakan, mulai dari habisnya uang setoran, main biliar hingga issue dan rumor tentang kawin laginya salah seorang rekan mereka. Lalu lalang orang mulai menampakkan kesibukan, ada banyak pelajaran disana. Sementara kehidupan terus berjalan dan mereka semaikn hangat ngobrol, salah seorang diantara sopir itu, memanggil pedagang rokok dan meminta sebatang rokok kesukaannya dan membayar dengan sekeping uang receh Rp.500. Saya yakin sekali, pada waktu yang sama, terjadi transaksi sejenis dengan yang dilakukan sopir tadi, membeli eceran sebatang rokok dan akan habis kurang dari setengah jam saja. Kenapa begitu? karena bagi dia dan sejumlah perokok lain, itulah adalah bagian dari style of life, gaya hidup sekaligus kebutuhan.

Pada bagian lain dari kehidupan yang kita jalani, tak jarang kita keasyikan memainkan jempol kita diatas tuts HP kita masing – masing. Entah berapa sms yang telah kita kirim sejak pertama kali punya HP sampai Anda membaca tulisan ini. Saya yakin, kita semua tak sanggup mendapatkan angka pasti mengenai hal itu. Berapa sech uang yang telah kita keluarkan untuk SMS? Anda yang tahu, yang jelas, setidaknya kita harus mengeluarkan 350 – 500 rupiah untuk satu atau dua buah sms yang kita kirim kepada orang lain. Mulai dari yang urusan kerja, saya hello kepada keluarga atau teman sampai sms ga penting pun rela kita sisihkan dari voucher yang kita punya. Kenapa begitu? Karena sms dan HP mungkin sudah menjadi bagian dari gaya hidup, style of life.


Sekarang, mari kita bayangkan dan bandingkan, sebagai pekerja yang menjadi anggota ASPEK Indonesia. Konstitusi, telah mengatur kita untuk membayar iuran anggota. Mau tahu besarnya berapa? hanya Rp 250 tiap bulan, Kalo dibandingkan dengan cerita pertama, berarti hanya setengah batang rokok. Gimana "ngerekennya"? Organisasi yang menjadi payung bagi kepentingan dan kebutuhan kita untuk melindungi diri kita, selaku pekerja, hanya minta dijajani sebesar 250 perak saja. Jauh sekali dari kalkulasi management living cost yang sehat dan benar. Begini, kita merasa perlu untuk menginvestasikan uang kita untuk membeli kunci tambahan dan pagar tralis untuk melindungi rumah dan harta kita, memasang kunci tambahan dan alarm untuk melindungi mobil, saat diparkir atau bahkan membeli polis asuransi untuk hal-hal yang tidak kita harapkan. Tetapi terhadap organisasi yang dapat melindungi pekerjaan kita? Kita merasa cukup untuk menyisihkannya dengan harga tak sampai setengah batang rokok. Sementara itu, banyak sekali tuntutan yang diharapkan anggota serikat pekerja, khususnya ASPEK Indonesia, terhadap kinerja dan prestasi organisasi ini. Ironisnya, dengan besar iuran yang ecek ecek itupun, masih banyak afiliasi yang tidak memenuhi kewajibannya. Edan tenan!


*) Ditulis ulang oleh Dedi Nurfalaq mengikuti petunjuk Allah SWT.

No comments:

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...