10 December, 2004

Belajar dari Bunda Marwah

Bunda Marwah yang saya maksud adalah Marwah Daud Ibrahim, pakar komunikasi lulusan The American University, yang saat ini sedang bertarung menuju kursi tertinggi di Partai Golkar. Sosok politisi perempuan yang memiliki pengaruh significant dalam percaturan politik di Indonesia karena sejumlah gebrakan dan keberaniannya mempertegas status Akbar Tanjung pada kasus dugaan korupsi dana Bulog beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan kali ini ingin sekali saya berbagi dengan Anda, tentang sejumlah “getaran-getaran rasa” yang saya alami ketika Kamis, 9 Desember 2004 berkesempatan menghadiri peluncuran buku “Bintang Dari Timur”, sebuah biografi politik yang ditulis oleh Mas Suradi, SS di salah satu hotel di Jakarta. Marwah, pertama kali saya kenal tahun 1990, ketika beliau baru saja kembali ke Indonesia, dalam FOSIPPA ( Forum Silaturahmi Pengasuh Pengajian Anak – Anak ) di Taman Mini Indonesia Indah. Saat dimana saya menjadi salah seorang pengasuh pengajian anak di Pelaksana Harian Keluarga Masjid (PHKM) UNISBA.

Suaranya yang baritone terasa merdu ketika menyampaikan optimisme barunya untuk membangun Indonesia kala itu. Yang menarik perhatian publik kemudian adalah keberaniannya menentukan arah hidup dengan rentang waktu yang jauh panjang kedepan. Ketua DPP Partai Golkar, Sekretaris Umum ICMI, calon Wakil Presiden RI , merupakan sebagian bukti pencapaian dirinya karena konsisten terhadap rencana hidup yang telah dibuatnya ketika masih kuliah di negeri Paman Sam sana.

Mengambil hikmah pada diri Marwah, rasanya, gerakan serikat pekerjapun harus mampu membuat road map hendak kemana perjuangan ini akan diarahkan? Harus ada yang berani memimpin untuk menentukan tujuan besar dari gerakan ini. Sehingga, semua pihak mensinergikan potensinya untuk mencapai cita – cita besar yang telah ditetapkan bersama. Fragementasi yang semakin mengecil, keikhlasan para pemimpinnya untuk melakukan penggabungan organisasi dan yang tak kalah penting visi organisasi lebih berorientasi kepada kepentingan buruh/pekerja yang sesungguhnya. Nampaknya dapat disebutkan sebagai target jangka pendek yang harus dicapai sebelum menjelma menjadi unifikasi serikat pekerja Indonesia yang solid, kuat dan mengakar. Sebuah serikat pekerja yang seratus persen mampu memberikan perlindungan maksimal kepada seluruh pekerja di Indonesia, disamping menjadi partner strategis pemerintah untuk membuat kebijakan – kebijakan ketenagakerjaan yang progressive bagi kepentingan investasi dengan tidak melupakan kepentingan pekerja/buruh disisi yang lainnya.

Intensitas komunikasi, membangun potensi organisasi dan menerima keunggulan organisasi lain, merupakan sikap mental yang perlu diasah terus menerus, sehingga terjadi transformasi visi dan rencana aksi yang semakin mengerucut. Pada gilirannya dapat mempercepat kesadaran kembali bahwa keunggulan dan kekuatan gerakan serikat pekerja merupakan perpaduan yang antara visi, orientasi dan aksi. Selanjutnya, keberanian untuk mengedepankan kepentingan bangsa secara bersama – sama, harus terus dibangun dengan pengusaha dan pemerintah. Sehingga akan terbangun sikap saling percaya secara proporsional bahwa masing – masing pihak memiliki tujuan yang sama untuk memajukan bangsa sementara peran yang dimainkan berbeda. Karena seperti Marwah bilang pada akhir pidato politiknya, bintang akan terasa keindahannya ketika dia bergerombol dengan gugusan bintang yang lain, bukan sendirian.

No comments:

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...