17 December, 2004

Iuran Ideologi bagi Serikat Pekerja

Istilah ini, pertama kali saya dengar ketika mengikuti Acara Bedah UUK 13/2003 dan UU PPHI yang akhirnya dikenal sebagai UU No.2/2004. Kegiatan yang diselenggarakan ASPEK Indonesia bersama dengan Serikat Pekerja Mandiri (SPM) di Bandung. Pencetus istilah ini, Sis Hemasari, yang menjadi komandan SPM ini, tentu saja memiliki alasan tersendiri mengapa sedalam itu dia melihatnya.

Dalam benak saya, pendekatan ideologis, bagi organisasi atau apapun, biasanya diikuti oleh sejumlah effort yang relatif militan, disiplin dan konsisten. Artinya, jika kita memaknai iuran sebagai ideologi bagi serikat pekerja, tentu akan kita lakukan dengan sepenuh hati, menjadi prioritas dan konsisten melakukannya. Ideologi bagi dunia gerakan apapun, selayaknya seperti darah bagi manusia.

Kenapa demikian? kekuatan serikat pekerja selain pada tataran rasa senasib sepenanggungan (solidaritas) ketika menghadapi masalah, juga pada kemandirian dari aspek financial. Bisa kita bayangkan jika SP tidak punya kemandirian dari masalah keuangan. Bagaimana SP dapat membiayai kegiatan – kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan? Darimana aktivitas kantor dalam mengorganisir dapat dilakukan. Yang lebih penting bagaimana menjaga eksistensi dan kemandirian serikat jika lemah dari segi financial ini ?

Disiplin Sebagai Solusi
Sebagai organisasi non profit, tentu saja kita harus arif dan bijaksana untuk mengukur. Arif dalam arti tidak pada tempatnya jika organisasi serikat pekerja dibandingkan dengan organisasi yang profit taking . Persoalannya kemudian, jika kondisi ini dibiarkan, akan mengantarkan kita semua kepada keterpurukan. Karena tidak mungkin organisasi ini akan terus bertahan dan berkembang jika tidak didukung dengan kekuatan dan kemandirian financial.

Berikut sejumlah tawaran solusi yang dapat disampaikan sebagai gagasan awal. Pertama perlu dilakukan cut of time terhadap piutang ASPEK di Afiliasi. Meminjam istilah perbankan dan keuangan, lakukan write off atas tunggakan yang masih terjadi sampai dengan waktu tertentu yang disepakati oleh Komite Eksekutif Nasional. Hal ini diharapkan memberi nafas kepada afiliasi yang telah menunggak hutang demikian besar. Kedua tegakkan aturan organisasi , mengenai hak dan kewajiban afiliasi untuk membayar iuran. Secara teknis, jadikan disiplin membayar iuran afiliasi sebagai indikator dalam memberikan layanan, kepesertaan anggota afiliasi dalam mengikuti sejumlah kegiatan training baik didalam maupun diluar negeri, serta aktifitas lain yang berhubungan dengan kegiatan serikat. Barangkali, perlu ditiru bagaimana Citibank N.V, memaintain dan berkomunikasi dengan nasabahnya, Citibank, tidak akan pernah bosan untuk mengirimkan surat kepada nasabahnya yang terlambat melakukan pembayaran dan atau terindikasi melebihi limit kredit, untuk segera membayar kelebihan pagu tersebut agar tetap dapat dilayani sebagai nasabah Citibank. Sehingga terhadap anggota afiliasi yang tidak memenuhi kewajibannya sebagai anggota, kenapa tidak untuk dilakukan evaluasi status keanggotaannya di ASPEK Indonesia. Ketiga, mulai serius menjajagi sumber –sumebr keuangan secara internal. Sehingga, seandainya ada dana yang relative besar dari iuran anggota bukan hal haram jika serikat memiliki “kerajaan bisnis” yang dapat dijadikan sumber pendapatan bagi organisasi. Tak perlu jauh kebenua lain, NTUC National Trade Union Congres Singapura, memiliki ratusan supermarket yang sangat kompetitif dengan nama NTUC, sebuah resor yang bagus di kawasan Pasir Ris dan armada Taxi yang baik. Kapan kita?

PenutupKembali kepada ideologi, kesadaran dan komitmen untuk berserikat, seharusnya dimulai dengan keseriusan untuk mendisiplinkan diri membayar iuran. Karena dari sinilah proses elect and control akan berkembang kepada proses demokratisasi serikat. Dimana anggota akan memiliki vote yang kuat untuk mengontrol kinerja para pengurusnya karena telah “membayar” kewajibannya, disisi yang lain ketersediaan dana yang memadai untuk menggerakkan roda organisasi, termasuk membayar gaji para full timer dan terpenuhinya hak –hak mereka, akan mampu menstimulir produk – produk layanan yang inovatif bagi anggota. Pada akhirnya, akan berkembang tidak hanya semata pada bentuk – bentuk pelatihan seperti yang selama ini kita rasakan dan alami bersama. Bukan hal yang tidak mungkin, serikat mampu menyediakan sarana counseling dan career development counsultancy bagi para anggotanya. Sehingga, berserikat menjadi gaya hidup. Berserikat dan menjadi pengurus serikat tidak lagi menjadi beban, itu semua sangat mungkin terwujud dengan satu langkah ringan, disiplin membayar iuran.

No comments:

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...