28 June, 2006

Second Wave of Promoting Ethical Business in Indonesia

Since 1998, Indonesia Business Links focus on how to attract private sector to alert and eager to talking about how doing business ethically in Indonesia. This initiative was roll on very fast in line with the political will from Government of Indonesia (GoI) to combating corruption in this country. On this phase, involvement of private sector more tend to as partner of government official through socialization of Law No. 20/2001 amandement to Law no. 31/1999 on Corruption Eradication. Based on that law and the experiences, we learned that they have three type of relation between state apparatus or civil servant with private sector or public :

1. Extortion or Exploitation of Power, Article 12
2. Bribery controlled by Article 5,6 and Article 11
3. Gratification stated by Article 12b, 12c and Article 13

Until this stage, we succeed to invite more than 450 participant, came to big seventh cities in Indonesia and about 10 prominent resources from private sector share their experiences and enlighten to audience about how they implement doing business ethically. We learned about what is the Code of Conduct from BP, we know about what was Anti Corruption Unit in BRR did, how the General Manager of Plaza Surabaya hotel look that they have a “niche market” while they campaign that they do not accept the mark up invoice to their customer. Wide spectrum and point of view from various background when they talked the same thing is very clear messages that corruption is not good at all.
Next to 2007 year, the second wave will come to private sector itself, not as a partner of government official or state apparatus. Commision of Eradication Corruption (Komisi Pemberantasan Korupsi) will investigate directly to the corporation which have indication do the corruption practices. In many occasion KPK , stated that next year they will focus and move on to to private sector. Some preparation should do before go to this step, we need more comprehensive Law to accommodate this obsession, because recent Law only regulate to the civil servant or state apparatus. IBL, persistent and committed hand in hand with KPK to enter this wave. One of the point of view, how we, as private sector can do is implementing Code of Conduct (CoC) internally. Specific effort will invested by IBL to make a guideline how to make and implement CoC with making appropriate & culturally sensitive decision. We strongly believe that through this initiative, companies can collectively contribute to the creation of enabling environment for business as we are able to continue outreaching more audiences and geographical coverage in Indonesia.

Last but not least, we are pleased to learn private sector interest on our initiative in campaigning ways to conduct this mission through the second wave of Promoting Ethical Business in Indonesia.

20 June, 2006

Energi Masa Lalu, Penunjuk Arah Masa Depan

Pagi ini, gue kebetulan liat foto-foto yang berantakan di kamar rumah. Entah siapa yang membongkar kumpulan Album foto masa lalu yang pernah singgah dalam matra waktu kehidupan gue.

Satu : 1995, ada foto gue lagi menggunakan beskap Sunda, warna kuning gading dengan blangkon dan kain warna hijau dan hitam bermotif batik. Bersama rekan-rekan dari seluruh Indonesia dengan pakaian daerah masing-masing melakukan pentas seni mewakili Indonesia di Jepang, "The Friendship Programe for The 21st Century", JICA yang mensponsori.

Dua : 2003, dilatarbelakangi banner " Menuju Kebangkitan Serikat Yang Mengakar, Kuat dan Maju", gue gandengan tangan sama Virna Medina, Diri Buntara dan P.Purba, keatas setinggi kemampuan tangan gua menjangkau.. penuh peluh, sedikit airmata dan senyuman menawan. Dokumentasi ini, terjadi saat selesai melaporkan Laporan Pertanggungjawaban sebagai Ketua Umum Serikat Karyawan Bank Bali (SKBB) yang sekarang menjadi Serikat Pekerja Bank Permata (SPBP) dan diterimanya secara aklamasi namun harus melalui proses negosiasi dan lobby yang sangat fenomenal, Virna Medina, menjadi Ketua Umum SPBP. Peristiwa bersejarah ini terjadi di Asrama Atlit Ragunan, Jakarta.

Tiga : Tertawa lepas, bersama dengan sejumlah delegasi dari Asia Pasifik dengan pakaian adat, seadanya, masing-masing. Yang paling berkesan buat pribadi: punya pengalaman berdiskusi dan satu panggung dengan teman-teman dari Israel. Moment ini terjadi pada kegiatan Cultural Night di salah satu kawasan wisata milik SNTUC. Kegiatan yang berlangsung pada tahun 2004 ini bertajuk :"ICFTU-SNTUC :Youth Regional Conference", Singapura.

Tiga foto utama yang kembali gue rapikan dan simpan bersama dengan yang lain yang juga menarik. Entah mengapa, setelah itu ada energi yang luar biasa yang mengalir dalam darah dan otak, menjelma menjadi sebuah pertanyaan sekaligus tekad : "Sekarang, dan masa yang akan datang, mau jadi apa? Hendak kemana?" . Momen -momen tadi, buat gue adalah pencapaian atas sesuatu yang telah gue jalanin sebelumnya. Sehingga itu membanggakan, sekaligus menjadi stimulir yang sangat kuat untuk mengucapkan syukur kepada-Nya. Atas sejumlah kenikmatan dan kesempatan mengalaminya.

Sebentuk kontemplasi dan keharusan untuk mengevaluasi diri, harus ada pencapaian-pencapaian lain yang diraih! Setiap saat setiap waktu, sehingga hidup akan lebih memiliki makna. Sehingga akan mengalir lebih banyak lagi syukur dan istighfar, dalam untaian kata dan senandung malam. Terpercik lagi api semangat dan kegairahan melewati hari.."Rabbi mudahkan jalan hidup hamba agar senantiasa memberi manfaat bagi dunia dan berarti bagi akhirat". Amien


____________________
JICA = Japan International Cooperation Agency
SNTUC = Singapore National Trade Union Congress
ICFTU = International Congress Free Trade Union

09 June, 2006

Loyalty amongst criminals in a myth

Loyalty amongst criminals in a myth. During investigations,most accused people only have loyalty to one party -themselves. (Rodney Hay, Technical Advisor, PricewaterhouseCoopers). He said when speech as Keynote Speaker on Workshop on Business Ethics in Nikko Hotel Jakarta, May 31 2006.

Statement tersebut layak untuk dijadikan renungan kita bersama. Sejatinya, ketika seseorang telah berurusan dengan keselamatan dan kepentingan dirinya sendiri, dia akan melupakan apa yang dikenal atau disebut dengan solidaritas, persaudaraan atau kepentingan kelompok. Rodney, meyakini hal tersebut,karena pengalamannya yang cukup lama di bagian penyidikan ketika bekerja di kepolisian Australia, dimana dia berasal.

Meskipun penulis masih penasaran dengan fakta - fakta (atau bisa jadi mitos) mengenai gangster "Yakuza", di Jepang atau para mafioso di Italia, yang konon kabarnya sangat loyal sama perkumpulannya, statement tersebut semoga menjadi semacam "tausiah" bagi siapa saja yang masih 'cinta mati' untuk melakukan kejahatan berkelompok, yang meyakini dirinya dan kelompoknya untuk terus berlaku jahat didalam bayang-bayang kelompoknya.

Karena, bagi mereka yang percaya : sesungguhnya tiap-tiap kita adalah individu-individu merdeka, yang individualistic, tidak komunal yang akan dimintai pertanggungjawabannya sendiri-sendiri atas setiap tindakan, ucapan dan perbuatan yang kita lakukan, selama hidup didunia yang fana ini. Thanks Rodney, I think your statement already stated a long long time ago.

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...