13 April, 2007

Kerja : Pilihan dan Perjalanan Rasa


Kamis, 12 April 2007,
Senja di Lantai 7 Menara Kartika Chandra.
Kala mentari mulai memudar menjelang,
Ketika pekerjaan nyaris dituntaskan,
dan jalan Gatot Soebroto sedang berada dalam puncak kemacetan.


Kebutuhan akan data untuk menuntaskan pekerjaan tanpa disadari mengantarkan saya kepada sebuah kumpulan file yang berisi puluhan gambar yang terjadi di kantor saya saat ini, Indonesia Business Links [www.ibl.or.id]. Folder yang ada dalam komputer itu, milik Mas Ishandawi, teman saya. Aktivitas tanpa sengaja ini saya lakukan bersama dengannya. Apa yang kami lihat, mengantarkan kepada terpanggilnya memori dan ingatan sebuah perjalanan dan pertarungan dengan Sang Waktu. Ternyata, tanpa disadari, telah banyak hal yang kita lalui. Suka duka, ceria dan nestapa, gagal dan berhasil dalam bekerja adalah hal biasa. Indah jika kita mampu menikmati dan menyelaminya. Tentu saja, yang dulu dianggap dan dirasa pahit, baru terasa manis dikemudian hari, begitu sebaliknya. Deadline dan ketatnya sebuah rencana, kadang menggerus esensi dan rasa kemanusiaan kita dalam bekerja.


oh ya, Indonesia Business Links, menjadi tempat keempat saya bekerja sejak tahun akhir tahun 1997 atau awal 1998. Sebelumnya, secara berturut - turut adalah PT Asuransi Takaful Indonesia, Bank Bali, sekarang dikenal sebagai PermataBank dan ALNI (Asian Labour Network on IFI's) Indonesia. Perjalanan tersebut mengingatkan saya kepada rubrik Pernik yang di asuh oleh HB Supiyo di majalah SWA. Dia pernah menulis tentang ketertarikannya mencermati karir seseorang dari perubahan kartu nama yang dikoleksinya. Sebagai seorang kolumnis gaya hidup yang sangat senior, tentu saja dia memiliki catatan khusus atas bagaimana para CEO yang berjaya saat ini, kala memulai karirnya. Perubahan perilaku, sikap dan gaya berfikir seseorang menyertai karir yang berhasil dicapainya. Dan itu, oleh HB Supiyo, diikuti melalui perubahan kartu nama yang dia terima.

Bagi saya, sebelum bekerja memerlukan pertimbangan yang khusus untuk bisa mendapatkan "greget" dari tempat dimana kita akan bekerja. Apa yang menjadi daya tarik yang membuat saya terpesona untuk mau serta rela menghabiskan delapan jam, setidaknya, waktu yang telah diberikan Sang Waktu kepada saya untuk menggeluti pilihan akan sebuah pekerjaan. Konsekuensi friksi dan kelelahan yang pasti terjadi harus seimbang dengan kenyamanan untuk terkejarnya esensi dari kenapa kita bekerja?. Kemanfaatan diri, optimalisasi akan eksistensi diri bagi orang lain, adalah hal yang mendasari pilihan saya dalam bekerja atau menginvestasikan waktu. Semakin banyak memberi manfaat atas apa yang dikerjakan, terhadap komunitas dan masyarakat, semakin menarik hati saya untuk memilih tempat bekerja atau memutuskan sebuah aktivitas. Semoga pertimbangan ini akan terus dan senantiasa seperti ini. Jika ditanya lebih jauh, mengapa begitu? Jawabannya karena hingga saat ini, cuma waktu yang saya punya. Sehingga, asset waktu menjadi satu - satunya investasi yang dapat saya lakukan untuk memberi manfaat bagi orang lain. Tidak ada harta yang melimpah dan bukan berasal dari keluarga yang memiliki kuasa. Sehingga, dengan harta dan kuasa, bisa melakukan sesuatu yang memberi manfaat bagi masyarakat disekitar kita. Karena saya percaya : Selagi Hidup Jadilah Berguna. [*]

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...