25 May, 2010

Selamat Jalan, Bunda Ainun.


Selamat Jalan, Bunda Ainun.

Bunda,

Nampaknya, Engkau terlahir dengan takdir yang (sungguh) sempurna.

Lahir, tumbuh dan besar dalam lingkungan yang mampu mengantarkan Bunda hingga bersuamikan laki-laki pintar yang sholeh, dikaruniakan anak – anak yang membanggakan karena mampu mencapai puncak puncak tertinggi dalam bidangnya masing-masing. Rasanya, (nyaris) tidak ada berita kurang elok tentang mahligai rumah tangga yang Bunda lewati. Begitu juga dengan kesempatan Bunda mendampingi Ayahanda dalam mengemban tugas -tugas maha penting dalam perjalanan sejarah bangsa ini.


Bunda,

Senyummu teduh, tutur katamu lembut, tatapan matamu sejuk . Namun, pikiran mu sungguh luar biasa: melampaui tugas – tugas kenegaraan yang melekat  menerobos benua dan matra waktu yang tidak berjarak.


Tidak hanya pintar Bunda, Ayahanda ternyata, sungguh setia menemani selama Bunda dalam perawatan medis, yang tidak sebentar. Memberikan perawatan terbaik yang mampu dijangkau Ilmu Pengetahuan pada saat ini.

Bunda, 

Semoga Ayahanda ikhlas dan terhindar dari ‘syak wasangka serta keraguan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi'  karena sejatinya,  ketetapan usia yang melekat pada diri kita merupakan domain tunggal dan mutlak atas sungguh KuasaNya Allah SWT atas diri - diri kita. Tidak akan pernah ada Dzat apapun yang mampu dan berhak menandingi kekuasaanNya.



Bunda, 

Beliau rela menemani Bunda dalam kereta kencana yang meraung-raung membelah keheningan pagi kota Jakarta, ketika Bunda terbaring dalam kedamaian di ruang sempit berselimutkan Merah Putih yang sedang berduka.


Bunda,

Saat ini, Ananda memang bukan siapa – siapa, hanya hamba Allah yang ingin  mengucapkan Terimakasih kepada Bunda.

Terimakasih atas kesempatan yang Bunda berikan, sehingga Ananda pernah menjadi salah satu mahasiswa yang diberi kesempatan untuk merasakan “Beasiswa ORBIT”, yang dikelola oleh sekelompok cendekiawan yang ada di tataran elit Ibu Pertiwi.

Tidak lama  memang, namun nilai beasiswa  yang Ananda terima pada saat itu, mampu memenuhi kebutuhan Ananda untuk melengkapi beberapa koleksi buku, dan sesekali membeli  “Tempo”, sebuah majalah berita mingguan favorit, dinegeri ini. Sebuah ‘kemewahan’ untuk Ananda kala itu.

Dalam kesedihan dan haru, Ananda ingin sekali Bunda tahu, banyak sekali doa- doa yang terpanjatkan ke semesta alam, oleh rekan – rekan penerima Beasiswa dan anak – anak bangsa lainnya yang menemani perjalanan Bunda hingga pada titik dimana kami tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Karena Ananda yakin, kesalehan dan banyaknya amal shaleh Bundalah yang lebih kekal dan setia menemani kesendirian Bunda, di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Innalillahi wainna ilaihi roojiuun, “Allahumaghfirlaha, war ham ha wa’afiha wa’fu anha…”

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...