08 May, 2009

Sensasi 14 Mei: Relasi Perjuangan Pemberantasan Korupsi


Bisa jadi akan menjadi tanggal yang tidak mudah dilupakan oleh para penegak hukum, penggiat pemberantasan korupsi, pebisnis bahkan para pemandu lapangan golf yang melek berita. Uniknya, tanggal ini pasti juga tidak akan dilupakan oleh para koruptor dan para kroninya pada sisi yang lain. Tentu hal yang sama untuk keluarga yang terlibat dalam Sensasi Empat Belas Mei ini.

Ditembaknya (alm) Nasrudin Zulkarnaen, Direktur Utama Putra Rajawali Banjaran (PRB) oleh eksekutor, telah menyedot perhatian publik dan menjadi bahan pembicaraan di thread Facebook, selingan meeting para direktur dan komisaris, menjadi inspirasi para gadis, hingga para tukang endog meri di Pasar Turi. Pokokna mah heboh ajah.

Sebagai negeri yang mayoritas penduduknya masih menjadikan “politik” sebagai bahan obrolan, tentu saja setiap fenomena yang terjadi selalu dikait-kaitkan dengan politik, dalam arti sempit sebagai perebutan kekuasaan. Bukan sebuah kebetulan memang, karena peristiwa naas ini – bagi ketiga istri korban - terjadi kala hangat-hangatnya proses pematangan koalisi untuk mencari pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Yang paling kuat adalah, peristiwa ini diangkat sebagai upaya pemerintah untuk mengalihkan perhatian publik atas buruknya kinerja KPU, dengan menghantam kinerja KPK. Kalkulasi ini tidak masuk akal saya, mengapa? Karena KPU dan KPK, seharusnya tetap akan dijaga sekuat tenaga agar kinerjanya secemerlang mungkin oleh incumbent, karena sangat sensitive dan krusial keberadaannya. Baik untuk memastikan proses pemilihan presiden berjalan baik sekaligus untuk kembali menjadikan upaya pemberantasan korupsi, sebagai prestasi pemerintahan SBY –JK, terutama SBY. Well, nggak apa – apa juga kita berbeda pendapat untuk urusan ini.

Yang lebih menarik perhatian saya kali ini adalah, terlepas dari akan seperti apa hasil penyidikan, penyelidikan dan ketetapan hukumnya nanti untuk para pelaku, sesungguhnya latar belakang dan motif dari intellectual dader, yang paling menarik perhatian publik. Kapasitas dan kapabilitas Antasari Azhar, dalam kasus ini dikategorikan sebagai otak pelaku merupakan Ketua dari kepemimpinan kolegial di KPK, tentu membuat kita terkejut. Setidaknya, begitulah akal sehat dan memori kita seharusnya akan “terganggu”. Mengapa? karena proses seleksi untuk menjadi pimpinan KPK, bisa jadi akan menjadi model dan proses rekruitmen paling panjang, rumit sekaligus mahal di republik ini. Tak kurang dari pakar dan ahli terbaik di bidangnya masing-masing terlibat langsung maupun tidak langsung menuju terpilihnya beliau. Mulai dari lembaga rekruitmen, tokoh Nasional dan pimpinan lembaga masyarakat, Presiden hingga para politisi kelas satu di senayan. Belum lagi jumlah uang yang dikeluarkan APBN untuk memuluskan proses dan model seleksi ini. Jadi, apa lagi yang kurang untuk mencari putra terbaik bangsa untuk menjadi masinis dari lokomotif gerakan pemberantasan korupsi?

Sungguh berat nian beban bangsa ini, ketika spirit untuk memperbaiki diri mulai dicanangkan, ternyata masih saja muncul kondisi-kondisi yang menguji kesungguhan kita bahwa apa yang telah dicapai dan dilakukan harus diteruskan dan tidak boleh permissive apalagi kembali lagi terhadap tata kelola kehidupan bernegara dimasa lalu.

Tak mudah mengembalikan kembali moral dan fighting spirit rekan-rekan di KPK, ketika kali ini, tokoh sentralnya terjerat kasus pembunuhan berencana. Karena kita juga ingat, salah seorang penyidiknya pernah melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik pegawai, dan KPK membuktikan dirinya dengan menghukum yang bersangkutan dengan beban hukuman tiga kali lebih berat dari ketetapan hukum untuk masyarakat biasa atas permasalahan yang sama. Perlu dicatat, oknum KPK tersebut berasal dari Kepolisian sementara yang saat ini berasal dari Kejaksaan. Gusti, drama dan rahasia apa lagi yang akan Engkau pertontonkan kepada Bangsa kami?

Semoga ujian kali ini, kembali dapat dilalui dengan baik oleh KPK untuk tetap berdiri paling tegak dan terdepan dalam upaya membawa perubahan besar bagi Ibu Pertiwi.


Foto Credit: http://adibsusilasiraj.blogspot.com/2009_03_01_archive.html

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...