27 December, 2007

Personal Outlook di Warung Tegal

Hari ini, saya makan siang bersama dengan salah seorang rekan, Pahrian G. Siregar namanya, di salah satu "warung tegal" yang ada di sekitar kantor. Biasanya, kami makan siang dalam jumlah banyak di kantin SCTV. Sekalian cuci mata karena banyak presenter dan sejumlah "esmud"yang bekerja sekitar kawasan Gatot Soebroto, yang menghabiskan saat istirahatnya dikantin yang dikelola oleh koperasi karyawan salah satu stasiun televisi dengan tagline -ngetop - nya itu.
Sebuah catatan menarik, untuk dapat izin naik dalam blog ini, adalah sejumlah saran dan pandangan yang bernas, tentang bagaimana agar bisa bertahan dan berkembang dalam meniti karir di sebuah entitas yang berjubah Non Goverment Organization (NGO). Mengapa menarik? karena makan siang kali ini, bisa jadi akan menjadi makan siang terakhir saya dengan dia dipenghujung tahun 2007. Alasan lain, karena yang bersangkutan akan undur diri dari tempat bekerja saat ini, dan mencari petualangan-petualangan baru ditempat yang berbeda mulai tahun depan.
Menurut dia, yang paling bernilai dari seseorang yang bekerja di NGO adalah penguasaan terhadap issue. Yang diteruskan dengan kata-kata spesifik, unik dan tidak dimiliki oleh orang lain. Penguasaan issue yang unik, ditambah dengan networking yang kuat dan luas di kalangan civil society merupakan esensi yang harus menjadi investasi bagi siapapun yang memilih untuk bekerja dan meniti karier di NGO. Human investment melalui capacity building dapat ditempuh dengan berbagai cara: mengerjakan sejumlah pekerjaan dan proyek - proyek baru dengan kemampuan individu dan organisasi sendiri, melakukan riset yang berbeda dengan yang pernah dilakukan oleh organisasi lain dan berani untuk mengemukakan gagasan orisinal, melalui tulisan dan ujaran kala menghadiri diskusi dan debat publik, adalah tahapan - tahapan selanjutnya yang perlu dilakukan agar seseorang menjadi somebody . Karena karir dan pekerjaan yang menjanjikan di komunitas NGO sangat ditentukan kepada kemampuan kita menjual kapasitas personal yang ditunjukkan dengan kerja - kerja dan rekam jejak yang excellent. Tantangannya kemudian, rekam jejak yang excellent tadi akan mumpuni jika diimbangi dengan kemampuan kita untuk mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan entah itu berupa jurnal ilmiah, opini publik di media massa atau seminar-seminar. Sehingga kemampuan menulis adalah kompetensi lain yang harus dimiliki. Jika ini semua sudah dimiliki, insyaallah pekerjaan yang akan menghampiri kita, bukan kita yang mencari - mencari pekerjaan. Saya kira, apa yang disampaikannya senafas dengan satu diantara puluhan catatan dalam kitab suci yang menyatakan keutamaan umat manusia yang berilmu yang dibarengi dengan kualitas dan keutamaan iman. Makin tinggi ilmu seseorang, seyogyanya akan diikuti dengan kemuliaan dan kemudahan dalam hidupnya.
Hidangan yang tinggal sedikit, makin sedikit, tatkala diam saya mencerna sejumlah saran dan ilmu yang baru saja saya terima bersama dengan bekerjanya pencernaan saya melahap santapan makan siang ala warung tegal. Ternyata, kualitas makan siang tidak bisa diukur dari dimana kita makan siang. Yang jauh lebih berharga adalah apa yang menjadi bahan obrolan dan dengan siapa makan siang itu sendiri dilakukan. Hal ini sekaligus menginspirasi saya untuk mempersiapkan sejumlah agenda dan target - target personal yang harus saya capai dalam meningkatkan kompetensi, agar lebih menjadi insan yang berilmu di tahun 2008.

12 December, 2007

How to Deal with People in Manokwari

"How to deal with people", [mohon maaf saya lupa pengarangnya] adalah buku kecil dan tipis yang pernah saya baca dan masih ada beberapa tips and triks yang saya ingat dan senantiasa saya terapkan dalam kehidupan sehari - hari.
Perjalanan ke pulau Irian kali ini membawa tugas yang sangat mulia: mendapatkan komitmen dan dukungan dari Pemerintah Provinsi Papua Barat, yang beribukota di Manokwari, untuk menyelenggarakan "Seminar Bisnis Etik : Mengelola Etika Dilemma dalam Praktek Suap". Sebuah seminar yang agak menyeramkan memang, kalo dilihat dari topiknya. Target utama saya adalah berjumpa dengan Wakil Gubernur dan Sekretaris Daerah, karena beliaulah orang yang paling pas untuk menggerakkan mesin birokrasi di Pemerintah Provinsi Papua Barat.
Sebagai aparatur pemerintah tingkat provinsi, penerimaan mereka, sungguh luar biasa. Ramah dan jauh dari basa basi. Sehingga, saya percaya hal yang baik ini akan mengawali kebaikan - kebaikan yang lain dan menjadi contoh yang baik pula bagi aparatur pemerintah di provinsi dan level yang lain. Bagaimana menerima siapa saja untuk melakukan apa saja di wilayah pemerintahannya: tidak membuat sulit dan berempati kepada kebutuhan masyarakat maupun tamu-tamunya. Termasuk saya tentu saja.
Pembicaraan diantara kami mengalir lancar dan menghargai kepentingan serta keberatan masing-masing, komitmen untuk menyelenggarakan kegiatan seminar tersebut mengerucut kepada sebuah tanggal dan tempat, 8 Februari 2008 di Swiss Bell Hotel, Manokwari. Selanjutnya, secara teknis saya dianjurkan untuk menghubungi Inspektorat Pemerintah Provinsi dan berjumpa dengan sekretarisnya. Hal ihwal yang terkait dengan detail penyelenggaraan kegiatan, penyusunan budget, kami bicarakan dengan santai, terbuka dan mendengarkan harapan - harapan dari para pihak. Sehingga pembicaraan tersebut menjelma menjadi Nota Kesepahaman (MoU) antara IBL dengan Pemerintah Provinsi Papua Barat.
Alhamdulillah, ternyata, membaca memang tetap menjadi sebentuk investasi dan aktivitas yang senantiasa memberi manfaat, entah kapan dia akan menjelma dan kita rasakan manfaat darinya. Menurut saya, karena menerapkan sejumlah tip and triks yang saya baca pada buku itulah, pembicaraan dan misi saya ke Manokwari, akhirnya menuai sukses. Saat ini, sebagaimana Krisdayanti, bertutur, tinggal "menghitung hari", agar pelaksanaan kegiatan seminar yang dikerjakan bersama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Indonesia Business Links (IBL) ini akan berjalan sesuai dengan tujuan awalnya. Memberi pengetahuan yang benar akan TUPOKSI (tugas pokok dan fungsi) KPK terutama dalam aspek pencegahan dan menularkan sejumlah jurus dan serta pengetahuan, bagaimana menjalankan bisnis dengan memperhatikan dan mengedepankan etika.

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...