Hari ini, saya makan siang bersama dengan salah seorang rekan, Pahrian G. Siregar namanya, di salah satu "warung tegal" yang ada di sekitar kantor. Biasanya, kami makan siang dalam jumlah banyak di kantin SCTV. Sekalian cuci mata karena banyak presenter dan sejumlah "esmud"yang bekerja sekitar kawasan Gatot Soebroto, yang menghabiskan saat istirahatnya dikantin yang dikelola oleh koperasi karyawan salah satu stasiun televisi dengan tagline -ngetop - nya itu.
Sebuah catatan menarik, untuk dapat izin naik dalam blog ini, adalah sejumlah saran dan pandangan yang bernas, tentang bagaimana agar bisa bertahan dan berkembang dalam meniti karir di sebuah entitas yang berjubah Non Goverment Organization (NGO). Mengapa menarik? karena makan siang kali ini, bisa jadi akan menjadi makan siang terakhir saya dengan dia dipenghujung tahun 2007. Alasan lain, karena yang bersangkutan akan undur diri dari tempat bekerja saat ini, dan mencari petualangan-petualangan baru ditempat yang berbeda mulai tahun depan.
Menurut dia, yang paling bernilai dari seseorang yang bekerja di NGO adalah penguasaan terhadap issue. Yang diteruskan dengan kata-kata spesifik, unik dan tidak dimiliki oleh orang lain. Penguasaan issue yang unik, ditambah dengan networking yang kuat dan luas di kalangan civil society merupakan esensi yang harus menjadi investasi bagi siapapun yang memilih untuk bekerja dan meniti karier di NGO. Human investment melalui capacity building dapat ditempuh dengan berbagai cara: mengerjakan sejumlah pekerjaan dan proyek - proyek baru dengan kemampuan individu dan organisasi sendiri, melakukan riset yang berbeda dengan yang pernah dilakukan oleh organisasi lain dan berani untuk mengemukakan gagasan orisinal, melalui tulisan dan ujaran kala menghadiri diskusi dan debat publik, adalah tahapan - tahapan selanjutnya yang perlu dilakukan agar seseorang menjadi somebody . Karena karir dan pekerjaan yang menjanjikan di komunitas NGO sangat ditentukan kepada kemampuan kita menjual kapasitas personal yang ditunjukkan dengan kerja - kerja dan rekam jejak yang excellent. Tantangannya kemudian, rekam jejak yang excellent tadi akan mumpuni jika diimbangi dengan kemampuan kita untuk mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan entah itu berupa jurnal ilmiah, opini publik di media massa atau seminar-seminar. Sehingga kemampuan menulis adalah kompetensi lain yang harus dimiliki. Jika ini semua sudah dimiliki, insyaallah pekerjaan yang akan menghampiri kita, bukan kita yang mencari - mencari pekerjaan. Saya kira, apa yang disampaikannya senafas dengan satu diantara puluhan catatan dalam kitab suci yang menyatakan keutamaan umat manusia yang berilmu yang dibarengi dengan kualitas dan keutamaan iman. Makin tinggi ilmu seseorang, seyogyanya akan diikuti dengan kemuliaan dan kemudahan dalam hidupnya.
Hidangan yang tinggal sedikit, makin sedikit, tatkala diam saya mencerna sejumlah saran dan ilmu yang baru saja saya terima bersama dengan bekerjanya pencernaan saya melahap santapan makan siang ala warung tegal. Ternyata, kualitas makan siang tidak bisa diukur dari dimana kita makan siang. Yang jauh lebih berharga adalah apa yang menjadi bahan obrolan dan dengan siapa makan siang itu sendiri dilakukan. Hal ini sekaligus menginspirasi saya untuk mempersiapkan sejumlah agenda dan target - target personal yang harus saya capai dalam meningkatkan kompetensi, agar lebih menjadi insan yang berilmu di tahun 2008.
2 comments:
working in NGO is not too "satisfactory" as long as you don't pay respect to human dignity, humanitarian issues. Some NGOs will never stop to criticize the government for any wrongdoings. Some NGOs will keep on focusing on HUMAN DEVELOPMENT, the latest mentioned is worth to pursue.
BRavo, bung DEDI
Dear Akhyari,
Humanitarian issues and respect to human dignity is a very clear crystal to stay and keep moving on NGO. I beleive with the same reason, you are joint to work with one of the very prominent NGO like now.
Keep Moving Brother :)
Post a Comment