Catatan dan pendapat tentang kepemimpinan,politik dan issue - issue populis serta aktual lainnya yang sedang terjadi di sekitar kita. Tulisan dalam blog ini merupakan pemikiran sendiri, namun tidak tertutup kemungkinan karena terdapat kesesuaian dengan pemikiran orang lain untuk topik dan interest yang sama. Blog ini terbuka terhadap perbedaan pendapat, kritik dan saran dari Anda.
19 December, 2008
Maaf, Kapitalisme belum akan hancur
Opening statement:
Fenomena, keruntuhan tatanan ekonomi 'kapitalisme'global saat ini, menjadi trigger bagi munculnya (kembali) rasa percaya diri sebagian orang (pengamat dan pelaku ekonomi syariah). Sehingga, indikator dan parameter yang berhasil ditunjukkan pelaku ekonomi syariah, meskipun secara nasional masih sangat kecil,porsinya kurang dari 10%, mendapatkan momentumnya untuk di show case kepada publik. Tentu saja, pelaku pasar rasional tidak mudah percaya begitu saja. Logika ekonomi yang pragmatis yang selama ini menjadi landasan berfikir dan membuat keputusan, tidak mungkin bisa dirayu dengan pendekatan emosional dan psikologis. Menjadi tugas berat bagi para syuhada dan mujtahid di bidang ekonomi Islam untuk terus membuktikan diri, akan madu yang memang ada dalam Sistem Ekonomi Islam (Nidzhom Iqtishody)
Postingan ini, saya ambil secara utuh dari milist ekonomi-syariah@yahoogroups.com. Pengirimnya adalah herisudarsono_master@yahoo.co.id. Saya menyetujui Dialog yang beliau susun. Jadi saya sependapat dengan tulisan beliau.
---------------------------------------
Kyai Fulan duduk di teras Pondok bersama 3 santrinya;
Santri 1:
“Mundurnya ekonomi kapitalis menjadi kesempatan bagi ekonomi Islam untuk maju, Kyai”
Kyai Fulan :
“Memang maju mundurnya ekonomi Islam tergantung ekonomi kapitalis...apa memang begitu....mundurnya ekonomi Islam karena majunya ekonomi kapitalis?”
Santri 2
“..... Loh, benar Kyai...tenggelamnya ekonomi Islam pada abad 15- 19 M dikarenakan kekuasaan kapitalis...... dan dulu pada abad 7 sampai 12 M, ekonomi Islam jaya.....!”
Kyai Fulan:
“Apa tidak salah kalau kamu bilang majunya ekonomi Islam karena mundurnya kapitalis pada waktu itu...... sedangkan kapitalisme seperti Amerika dan teman-temannya belum ada pada abad 7-12 M lalu....
Santri 3:
“Yang jelas kyai....runtuhnya kapitalisme membuktikan kemenangan ekonomi Islam” ......”
Kyai Fulan:
“....kapan ekonomi Islam dan kapitalisme perang.....memangnya masalah ekonomi di Amerika saat ini karena serangan ekonomi Islam.....kapan mereka berhadapan....dan kriteria kemenangan ekonomi Islam apa yang kamu maksudkan?”
Santri 2:
“...yang jelas....kapitalis jatuh dan ekonomi Islam tetap jaya....”
Kyai Fulan:
“....mengapa kalau kamu bicara tentang ekonomi Islam selalu kamu hadapkan dengan ekonomi kapitalis....sampai akhirnya tidak kamu sadari bahwa kapitalis menjadi tolak ukur bagaimana kamu membangun ekonomi Islam mu....kapitalis menjadi standar pedoman bagaimana membuat ekonomi Islam mu maju....karena segala sesuatu tentang ekonomi Islam selalu kamu banding-bandingkan dengan kemajuan ekonomi kapitalis yang selalu tidak lepas dari pemikiranmu....aku jadi kuatir lama-lama kapitalis menjadi poros dari segala perbandingan dalam menentukan arah hidupmu..........!”
Santri 1:
“Tidak mungkin.Kyai......kapitalisme akan hancur .........”
Kyai Fulan:
“.....Kapitalis menghadapi berbagai kritikan sejak lahirnya ........ Adam Smith (1723-1790) di kritik oleh Kark Mark (1818-1883). ...namun kemudian kapitalis berhasil beradaptasi dengan Kritik Mark melalui pemikiran Friedrich List (1789-1846). ....sampai akhirnya krisis ekonomi pada tahun 1929 melahirkan kritik atas kapitalis, oleh J.M Keynes (1883-1946) pada tahun 1936......dan lagi kapitalis mampu melakukan evolusi dalam pemodelannya. .....sampai akhirnya tumbuh ekonomi heterodok, seperti ekonomi Institusionalis, ekonomi Australian, ekonomi Feminis, ekonomi Geselian, ekonomi Post-Keynes, ekonomi Sraffia, ekonomi Complexity dan lain-lain yang mengkritik kapitalisme. .....
Santri 2:
“..........................................”
Kyai Fulan:
”...Kapitalisme yang kau kenal di negara-negara Barat telah beradaptasi dengan kondisi ekonomi di mana kapitalis itu hadir di negara penerimanya. ...maka kapitalis telah melakukan transformasi dalam berbagai bentuk...kapitalisme telah berkolaborasi dengan berbagai kenyataan di berbagai negara....seperti model F. List (1789-1846) yang mengkolaborasikan kapitalisme dengan negara (state capitalism) seperti negara-negara Asia Tenggara, dalam bahasa Yoshihara Kunio sebagian kapitalisme negara Asia Tenggara adalah kapitalisme semu (ersatz capitalism). ...muncul juga sistem kapitalisme model Adolf Wagner (1890-1944), kapitalisme dengan pengaturan alokasi dana-dana pemerintah atau welfare state....ada juga yang sistem ekonomi yang dikuasai negara tetapi memberi tempat bagi pasar untuk berkuasa (market socialism) seperti di Cina...Robert Ozaki (1991) juga meindentifikasi adanya ide-ide kemanusiaan di dalam kapitalisme (human capitalism) yang di praktekkan di Jepang....”
Santri 3:
“....Tapi itu semua adalah kapitalis, Kyai!!!”.
Kyai Fulan:
“....Rasulullah sendiri pernah mempercayakan pasar untuk menentukan harga ...itu salah satu ciri kapitaliskan?.......saat penduduk Madinah datang kepada Rasulullah SAW untuk menurunkan harga gandum, namun Rasululllah menolak (HR.Abu Daud)..... Menurut Ibnu Qudamah al-Maqdisi... tingginya harga gandum pada waktu itu disebabkan pedagang gandum tersebut di rampok ketika mendatang gandum dari luar Madinah sehingga mengalihkan nilai kerugian perampokan tersebut pada harga gandum yang di jual di pasar... Di lain waktu Rasulullah juga menentukan harga-harga. ...harga pohon yang dahannya sampai di rumah tetangga..harga budak juga di tentukan.... juga di masa khulafaurashidin..... Umar sampai merampas lahan milik Bilal untuk negara karena tidak ditanami selama 3 tahun walaupun Bilal mempertahankan tanah hadiah dari Rasulullah itu. ...harga di masa Rasulullah dan di masa Khulafaurahidin, seperti Umar bin Khattab bukan karena kapitalisme atau sosialisme.. ...tetapi, kebijakan ekonomi yang dikeluarkan adalah untuk kemaslahatan umat...!!!.”
Santri 2:
“..Amerika hancur...kapitalisme juga runtuh kyai......”
Kyai Fulan:
”Kamu selalu mengindentikkan Amerika itu dengan kapitalisme. ... kamu selalu berusaha mencari cara supaya Amerika itu hancur...karena kamu maknai hancurnya Amerika hancur juga kapitalisme. ..... kapitalisme sebagai musuh hidupmu dengan menyederhanakan kapitalis dalam sebuah lembaga/negara Amerika adalah kapitalisme itu....kamu mempersempit pandangan hidupmu dengan menilai hancurnya kapitalisme adalah hancurnya Amerika.... Amerika yang menjadi simbol kebencianmu.......tetapi kamu tidak sadar bahwa diam-diam kapitalisme telah menjadi pemahaman baru dalam sikap ekonomi di negaramu!!!.”
Santri 3:
“Tidak mungkin!!!”
Santri 1:
“Mustahil!!!”
Kyai Fulan:
”........kapitalisme telah menjadi nafas dalam tata pergaulan dengan sesamamu.... kapitalisme telah menjadi acuan dalam menentukan nilai-nilai dalam etikamu....kapitalisme telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai alasanmu untuk melakukan sesuatu.... lihat di negaramu.... sistem pendidikan didasarkan sistem kapitalis... ..kau bisa masuk sekolah yang bermutu bukan didasarkan atas otakmu tetapi didasakan atas berapa besar nilai uang yang kau berikan... .lihatlah sistem kesehatan di negerimu bercumbu mesra dengan sistem kapitalis... ...kau bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik bukan berdasarkan atas kualitas sakitmu tetapi berapa berat isi kantongmu... . lihat lembaga negara yang bersetubuh dengan sistem kapitalis... .kau menjadi pegawai bukan karena kemampuanmu tetapi berdasarkan besarnya sogoan kepada aparat yang menjadikan pegawai di negaramu.... semua di dasarkan proses keseimbangan antara fungsi permintaan dan penawaran... ...apapun yang kamu bisa dijualbelikan di jualbelikan. ..apapun yang ada pembeli kau jual.........tidak hanya makanan, pakaian, sepeda motor, mobil atau rumah.... kalau harga diri ini bisa dijual, kamu jual juga!!!....
Santri 2:
“.....ehmmm mmm”
Kyai Fulan:
“....Dalam memperjuangkan ekonomi Islam, kamu juga tidak lepas dengan keseimbangan permintaan dan penawaran itu........bank syariah selalu kamu kritisi dengan membandingkan bank konvensional karena alasan keuntungan yang akan mengisi kantongmu...tinggin margin pembiayaan bank syariah dari pada tingkat bunga selalu menjadi dalih penghindarmu....keuntungan besar menjadi orientasimu....laba tinggi telah menjadi motivasimu..pragmatis menjadi sikapmu...opportunis menjadi haluanmu....!!!”
Santri 3:
“......Kyai....”.
Kyai Fulan:
“...Lihat, kapitalis menjadi komponen penting penentu kebijakan pemerintahmu....kapitalisme menjadi variabel yang tidak terpisahkan dari segala unsur dalam kampanye tentang kesejahteraan di negaramu.....kapitalisme menjadi ikon penting untuk menarik investasi besar di negara mu.....dan bisa kamu lihat .peran negara atas kesejahteraan dilumpuhkan. ..kekuasan pemerintah atas pelayanan masyarakat dikerdilkan. ....kemaslahatan dipeti-eskan. ...peran pasar telah dikuasakan..... dan dengan terang-terangan uang telah di tuhankan.... !!!”
Santri 1:
“...K... Ki....Kyai.................................................................”
Kyai Fulan:
”....Berapa besar kemaslahatan yang diterima masyarakat karena tumbuhnya ekonomi Islam yang kau sebutkan tadi........ berapa besar peran ekonomi Islam tersebut mengeser kekuasaan laten kapitalis dalam kehidupanmu. ......... sampai kamu tidak sadar bahwa kapitalis telah menjadi batal, guling dan selimut di kamar kehidupanmu...... sehingga kamu tidak sadar bahwa sistem ekonomi Islam yang kau maksudkan itu tidak bersentuhan dengan usaha untuk mengeser kapitalisme. ... tetapi semakin memberikan tempat bagi tumbuhnya kapitalisme di negaramu untuk mengunakan wajah baru...!!!”
Santri 1, 2, dan 3:
“...Ti....ti....tidak mungkin !!!!!”
Closing statement:
Sehingga, jika ingin menjadikan Islam sebagai alternative dalam matra dan bidang apapun, seharusnya, memang tidak perlu pembanding dan tidak bisa diperbandingkan. Sehingga, tatanan yang ditawarkan menjadi "dirinya sendiri" yang menurut bahasa Kyai adalah "ya'lu wala yu'la 'alaihi..".
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Change Management
Adalah dua kata sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...
-
In your interactions with team members, do you act mainly as a manager or as a leader ? The question may seem like splitting hairs, b...
-
Ditengah dinamika massa kampanye putaran terakhir dan semakin liarnya publikasi hasil lembaga survey politik yang tumbuh bak jamur dimusim h...
3 comments:
Kita seringsekali terbuai oleh "hancurnya kapitalisme" "menangnya sistem syariah" tanpa tau dari celah mana keduanya akan menang atau kalah. Kalau otak otak kita masih mudah menerima dan "memakan' itu mentah mentah (tanpa tau gimana cara bikinnya), maaf saja, kita kan akan pernah maju.
Seperti banyak orang "hanya" menunggu nunggu imam mahdi, tanpa menciptakannya.
Sepakat dengan komentar Akhyari, mentalitas dan kerangka berfikir membandingkan yang ada, hanya akan menjebat kita kepada kondisi stagnan. Sehingga, teori lama yang menganjurkan kita untuk senantiasa "think out of the box" dan meninggalkan kemapanan yang ada, relative akan lebih mempercepat terciptanya gagasan -gagasan baru. Manfaat - manfaat baru yang diharapkan dapat mempermudah pekerjaan dan tentu saja mempercepat tercapainya kesejahteraan untuk sebanyak mungkin orang. Karena, sistem ekonomi yang menurut saya paling baik adalah yang mampu mewujudkan hal tersebut, bukan sebaliknya.
Couldn't agree more with you and your posted item here. Kita sering kali terbawa arus. Kalau lagi trend-nya Syariah, mendadak semua berlomba-lomba ke situ, namun dengan basis yang sebetulnya kapitalis. Suka atau tidak suka, kapitalisme MEMANG menjadi bagian dari kita. Setiap langkah kita seolah diwarnai oleh kapitalisme.
Pertumbuhan ekonomi syariah di negara ini (sayangnya) masih sekedar kosmetik. Didandani menyerupai syariah, berbunyi seperti syariah dan terasa selayaknya syariah, namun mostly masih 'berkiblat' kepada kapitalisme.
Menarik, memang pandangan sang kyai yang mempertanyakan kenapa selalu harus diposisikan saling bertentangan, shg tanpa disadari bukannya menentang, kita malah terserap lumpur isap kapitalisme. Kenapa tidak sekali2 dibandingkan dengan komunisme yang malahan (if left unchecked) lebih 'mengerikan' ketimbang kapitalisme? Lalu di mana tempat "ekonomi kerakyatan" dan "ekonomi yang berlandaskan pancasila"?
Post a Comment