Minggu, 30 Maret 2008, adalah hari dimana Ibunda tersayang, Hj.Apong Paenusah, genap berusia enam puluh tahun. Bagi pengawai negeri sipil, enam puluh tahun adalah batas usia yang diberikan untuk mengakhiri pengabdiannya kepada negara. Jabatan terakhir yang berhasil diraihnya adalah Kepala Sekolah disalah satu Sekolah Dasar Negeri di Perumnas III Bekasi. Sebuah karir dan masa pengabdian panjang yang dimulai sebagai pengajar Taman Kanak- Kanak di Jatiluhur, kemudian Guru Taman Kanak - Kanak "Ketilang" di Bekasi, kemudian pindah menjadi Guru SD bersama dengan Bapak, sampai akhirnya menjadi Kepala Sekolah, Alhamdulillah.
Pengabdian sekaligus perjuangannya menjadi pegawai negeri, mengantarkan kami, lima orang anaknya dengan pencapaian sebagai berikut : saya, bekerja dan telah berkeluarga dengan tiga anak; Neni, adik saya sedang menempuh S2 Psikologi UNPAD , berkeluarga dengan dua anak; Ade, adik, selesai kuliah D3 dari Politeknik Negeri Bandung; Denny, adik saya [seharusnya] sedang menyelesaikan skripsi di FIKOM UNISBA, telah bekerja di salah satu harian Nasional, berkeluarga dan sedang menanti kelahiran jabang bayinya yang hari ini sekitar 19 minggu dan bungsu; Iif, adik bungsu saya, selesai kuliah dari FISIP UNPAD dan memulai karir kerjanya disalah satu penerbit kartu kredit kelompok finansial milik Amerika Serikat.
Yang istimewa dari kondisi diatas adalah, semua perjuangan untuk mengantarkan anak-anaknya berhasil sampai titik tersebut, dilakukannya seorang diri. Sejak Bapak meninggal tahun 1989,dimana saat itu saya lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 di Bekasi, praktis semua biaya dan permasalahan yang dihadapi anak-anaknya, menjadi tanggung jawab, beban dan dipecahkan olehnya seorang diri.
Semoga, apa yang telah diabdikannya kepada Negara sekaligus bagi keluarga, menjadi bukti amanahnya beliau terhadap Allah SWT. Yang jauh lebih penting adalah kami anak-anaknya dapat membahagiakan beliau dengan cara sederhana seperti yang disampaikannya saat memberikan nasehat dalam rangkaian syukuran tersebut:
""Mamah ingin, anak-anak tetap hidup sesuai dengan syariat Allah, jangan tinggalkansholat. Doakan juga Mamah agar tetap sehat, namun jika harus menghadap Allah SWT, jangan sampai harus sakit yang akan memberatkan anak-anak Mamah dan keluarga yang lain"
Tentu saja, mendengar pesan demikian, membuat kami anak, cucu , menatu dan adik -adiknya yang datang dari Bandung, tak kuasa menahan air mata, sungguh betapa mulia hati Ibunda. Pujian atas dedikasi yang telah ditunjukkan sebagai anak tertua dari 11 bersaudara, mengalir atas perhatian, tanggung jawab serta pilihan menjalani hidup yang apa adanya, tidak mengada-ada, serta sifat adil dan kebijaksanaanya dalam membimbing beberapa adiknya yang ikut bertarung hidup di Bekasi, hingga akhirnya mampu meneruskan sekolah, bekerja, berkeluarga hingga saat ini.
Mah, tetap bahagia ya..menikmati hari pensiun. Mamah boleh kehilangan anak buah dan murid-murid SD yang mungkin akan dirindukan teriakan dan lari -lari kecilnya, sebagai anak-anak bangsa yang sekolah di sekolah yang Mamah pimpin. Mamah mungkin akan kehilangan sebagian kecil dari penghasilan yang Mamah terima untuk diberikan kepada cucu-cucu Mamah. Namun Mamah punya catatan dan kesan indah yang telah Mamah dengarkan sendiri dari Anak, Cucu dan Adik-Adik Mamah. Saatnya kini, menikmati hari Mamah dengan cara berbeda.
Selamat Ulang Tahun Mah, Selamat Menikmati Usia Keemasan dengan lebih banyak kesempatan yang untuk mempersiapkan bekal untuk perjumpaan dengan Bapak di Surga. Insyaallah
No comments:
Post a Comment