Dalam rentang waktu kurang lebih lima puluh hari ke depan, tepatnya 23-24 Juli 2005. ASPEK Indonesia akan melaksanakan Kongres Nasional III. Sebuah ritual organisasi yang disepakati sebagai forum tertinggi di organisasi yang membolehkan anggota afiliasi ASPEK Indonesia untuk "melakukan apa saja". Mulai dari mendengarkan laporan pertanggungjawaban Komite Eksekutif Nasional (KEN), merubah Konstitusi, menetapkan Program Kerja Organisasi, hingga, ini yang paling dinantikan, pemilihan pengurus KEN yang baru. Sayangnya, tradisi yang terakhir ini kerap kurang "dinamis" di ASPEK Indonesia. Mengapa? karena mereka yang berafiliasi biasanya tidak terlalu tertarik untuk menyentuh ruang-ruang sensitif seperti ini. Padahal, kualitas pengurus KEN akan memberi kontribusi yang significant bagi terjadinya perubahan bagi organisasi. Kecenderungan untuk memberi kesempatan kepada yang lain dan tidak diikuti dengan gairah untuk menjadi pengurus, dalam batas-batas tertentu menjadi faktor yang turut mempengaruhi kualitas organisasi.
Bahasa agama, khususnya Islam, memang hati - hati sekali mengingatkan hal ini. Jabatan adalah amanat yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Harus memberi manfaat dan menghindari kemudharatan bagi pemegangnya. Sehingga, menjadi literatur yang sangat populer, ketika Sahabat Abu Bakar RA, menerima jabatan sebagai khalifah, sampai harus menangis dan menyatakannya sebagai fitnah yang besar bagi dirinya.
Yang lain, dalam catatan mengikuti perjalanan dan pelaksanaan dari Kongres ke Kongres, tingkat partisipasi dari anggota afiliasi untuk menghadiri momen penting ini, masih harus diupayakan dengan sungguh-sungguh. Tentu saja, kondisi ini harus disiasati secara lebih serius sebagai bagian dari proses pembelajaran kepada anggota afiliasi untuk menggunakan haknya agar eksistensi dan keberadaan dirinya sebagai keluarga besar ASPEK mencapai titik optimum. Mengapa? sebagai organisasi yang didisain untuk memiliki akar rumput yang kuat, tentu saja harus memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada akar rumput untuk mengemukakan aspirasi sekaligus
complaintnya secara proporsional dan berimbang. Forumnya sudah disediakan, tinggal sejauhmana kita memanfaatkannya.
Tantangan Kedepan
Globalisasi, bukan sesuatu yang harus diingkari. Tetapi, ketika keberadaan dan eksistensinya, memberi dampak yang kurang menguntungkan bagi kondisi kerja kebanyakan pekerja, tentu saja harus dicermati. Perlu upaya serius, berkesinambungan dan terarah meningkatkan kompetensi anggota afiliasi agar tetap "sexy" untuk terus dipertahankan sebagai pekerja di industrinya masing-masing. ASPEK Indonesia, harus menjadikan agenda ini sebagai bagian dari program kerja dan orientasinya kedepan. Pelatihan yang memberikan ketrampilan dan wawasan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan perkembangannya, bisa dilakukan dengan menggandeng sejumlah lembaga penelitian dan pengembangan manajemen. Sehingga, anggota SP mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan cumnya, up to date terhadap tantangan dunia kerja dan perkembangan ilmu manajemen modern. Menyiasati dan memanfaatkan situasi yang terus berubah, tentu tidak bisa disikapi dengan sikap kaku dan tidak mau peduli dengan perkembangan yang terjadi. cHaNgE!, begitu Rhenald Kasali mengajukan gagasan. Rasanya bukan sesuatu yang terlampau sulit bagi kita untuk melakukannya. Karena kita, ASPEK Indonesia, memiliki gen yang bagus untuk melakukan atau bahkan terlibat dalam perubahan.
Union Density, seperti fenomena yang terjadi di beberapa negara maju, jumlah pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja mengalami penurunan. Dalam tataran tertentu, mengalami disorientasi, hendak kemana Serikat Pekerja? Kejumudan dalam menghadapi permasalahan yang terjadi ditempat kerja, kekhawatiran akan resiko atas karirnya jika aktif di Serikat Pekerja, ketidakmampuan kita menjual aktivitas SP, bisa kita anggap sebagai penyebab turunnya angka union density ini. Sehingga, kita harus membuat orientasi baru! Dalam pemahaman dan pemikiran penulis, SP seharusnya menjadi salah satu channel untuk memperbaiki kualitas kehidupan civil society, sehingga program kerja dan kegiatan yang akan dilakukan harus mampu menyentuh lingkar luar dunia kerja. Program kerja SP harus mampu menembus sekat-sekat dan bersama dengan komunitas yang lain saling dukung dan berbagi dengan issu dan permasalahan yang diusung oleh komunitas civil society yang lain. Lingkungan Hidup, Hak Asasi Manusia, Good Coorporate Governance dan meningkatkan kualitas hidup keluarga pekerja,menarik untuk dijadikan agenda bersama ASPEK Indonesia kedepan.
Tentu dan diyakini sekali oleh penulis, masih ada sudut pandang dan gagasan lain yang dapat dieksplorasi lebih jauh atas ide diatas. Sehingga pada kenyataanyalah kita harus melahirkan gagasan-gagasan baru, agar prestasi dan kinerja yang telah dicapai oleh ASPEK Indonesia saat ini, akan terus diikuti dengan catatan-catatan prestasi lain yang dapat kita sumbangkan dan ciptakan
Wallahu'alam bisshawab
Catatan dan pendapat tentang kepemimpinan,politik dan issue - issue populis serta aktual lainnya yang sedang terjadi di sekitar kita. Tulisan dalam blog ini merupakan pemikiran sendiri, namun tidak tertutup kemungkinan karena terdapat kesesuaian dengan pemikiran orang lain untuk topik dan interest yang sama. Blog ini terbuka terhadap perbedaan pendapat, kritik dan saran dari Anda.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Change Management
Adalah dua kata sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...
-
In your interactions with team members, do you act mainly as a manager or as a leader ? The question may seem like splitting hairs, b...
-
Ditengah dinamika massa kampanye putaran terakhir dan semakin liarnya publikasi hasil lembaga survey politik yang tumbuh bak jamur dimusim h...