21 February, 2012

13 Kebiasaan yang Membuat Anda Tidak Kaya

Uang, acap kali menjadi sumber permasalahan dalam perjalanan hidup umat manusia, baik secara individu, pasangan bahkan keluarga.Uang,jika tidak dapat dikelola dengan baik sering membuat orang pusing dari waktu ke waktu.Yang perlu kita ketahui, beberapa orang memang telah berusaha melakukan hal yang bisa membuat uangnya semakin berharga, namun beberapa orang kebanyakan justru malah membiarkan uangnya hilang begitu saja.

Beberapa penyebab tersebut diantaranya adalah melakukan hal-hal yang tidak menguntungkan, melakukan tindakan pemborosan dan tidak pernah menabung atau berinvestasi. Hal-hal percuma seperti ini yang membuat orang tidak sadar kalau kekayaannya akan lenyap dalam waktu singkat.

Berikut ini beberapa hal yang harus anda hindari atau berhenti lakukan jika sudah terjadi, karena bisa mengancam kesehatan finansial anda, seperti dikutip dari freefrombroke.com.

1. Tidak punya Anggaran
Anggaran dalam konteks ini adalah perencanaan keuangan, baik pemasukan apalagi pengeluaran.Tidak punya anggaran sama sekali bisa berbahaya bagi kondisi finansial anda. Karena dengan begitu Anda, tidak akan mengetahui secara pasti berapa kekuatan dan kemampuan finansial yang Anda (dan pasangan, bagi yang sudah berkeluarga) miliki.Jangan sampai anda memutuskan untuk "pakai saja dulu uangnya, baru nanti kita hitung di akhir bulan."

2. Tidak punya gambaran untuk pengeluaran bulanan
Belum punya catatan anggaran, dalam konteks ini adalah pengeluaran yang meliputi kebutuhan primer (dapur),cicilan - cicilan dan biaya - biaya rutin bulanan lainnya. Setidaknya Anda harus punya perkiraaan biaya pengeluaran per bulan. Gambaran dan catatan pengeluaran itu perlu karena akan ada beberapa biaya yang sering tanpa sadar Anda keluarkan.

3. Tidak punya investasi yang menghasilkan
Anda bisa mengucapkan selamat tinggal kepada kondisi finansial Anda karena akan segera mati jika tidak punya satu pun investasi yang menguntungkan, minimal yang bisa menghasilkan uang meski hanya sedikit. Salah satu sumber diantaranya adalah Internet, yang Anda gunakan untuk membaca tulisan ini. Jangan pakai internet hanya untuk belanja online, tapi juga cari informasi mengenai instrumen investasi, dan berinvestasilah!

4. Tidak menyadari perkembangan ekonomi terkini
Meski mereka mendewakan uang (untuk dihambur-hamburkan), orang yang boros tidak akan tahu mengenai perkembangan ekonomi terakhir. Eropa krisis, oh? Indonesia masuk investment grade, apa itu? Barulah setelah uangnya habis, mereka sadar bahwa kelakuannya sia-sia. Pengetahuan Ekonomi Makro yang Anda ketahui, diharapkan dapat mengasah sensitivitas Anda terhadap perekonomian domestik dalam skala kecil di keluarga, Anda.

5. Tidak punya prioritas dalam finansial
Tentu saja, hal pertama yang dia lihat akan dia beli untuk orang-orang yang suka boros. Mereka tidak punya prioritas dalam hidupnya, bahkan untuk menabung sekalipun.

6. Sering ganti-ganti mobil
Membeli mobil, baik itu kredit atau tunai sebaiknya dilakukan dengan rencana jangka panjang. Jangan sampai, anda cuma membeli mobil dengan perkiraan kalau anda bosan tinggal beli lagi. Jangan biarkan perasaan gengsi anda menang dalam posisi seperti ini. Tak usah sombong karena tidak bagus secara finansial.

7. Tidak merawat barang
Orang yang boros tidak hanya karena sering menghamburkan uang, tidak menghargai barang yang dibeli pakai uang termasuk pemborosan. Bahkan, orang yang malas merawat barang biasanya tidak mau memperbaiki sesuatu jika rusak, tapi memilih untuk beli yang baru. Itulah kenapa biasanya mereka punya mobil baru, komputer baru, handphone baru.

8. Sering makan di luar
Selain tidak sehat bagi tubuh, sering makan di luar juga membahayakan kesehatan finansial anda. Jangan sampai anda terbiasa disajikan makanan oleh orang lain padahal anda atau istri anda bisa menyiapkan sendiri, dengan harga yang lebih murah. Selain berdampak kepada kondisi finansial, makan masakan dirumah tentu akan membangun kedekatan dan intensitas hubungan yang lebih personal dan harmonis. Karena bisa dilakukan dengan cara yang lebih "hommy" dan waktu yang relative lebih lapang.

9. Berganti-ganti ponsel
Sudah jelas, sering berganti-ganti ponsel (apalagi mengejar tren model terbaru) adalah pemborosan nomor wahid. Jika dipikir baik-baik, harga produk elektronik yang sudah dibeli tidak pernah naik, berbeda dengan rumah atau tanah.

Nilai barang yang anda beli akan berkurang seiring waktu. Anda akan sangat rugi kalau mencicil ponsel, begitu lunas, nilai sebenarnya sudah jauh berkurang dari harga awal. Biasanya, orang-orang seperti ini selalu mengaku tidak rugi karena mendapat kepuasan dari gonta-ganti ponsel.

10. Tidak pernah berolahraga
Apa hubungannya berolahraga dengan kondisi keuangan? Banyak. Tubuh yang sehat adalah aset yang harus dijaga baik-baik. Semakin anda sehat, semakin banyak kesempatan mencari uang. Jika anda sakit-sakitan, selain susah mencari uang juga anda harus mengeluarkan uang banyak untuk biaya perawatan.

11. Sering belanja baru bermerek terkenal
Pakaian terbaru dengan merek terkenal selalu menjadi musuh finansial anda. Jangan sampai tergoda dan terjebak untuk membelinya kecuali anda benar-benar butuh. Anda butuh merek? Mungkin saja, untuk mereka yang ingin dipandang oleh orang lain. Sesuaikan merek dengan kebutuhan.

12. Upgrade komputer setiap tahun
Orang yang boros senang mengganti-ganti komponen komputer sesering bayi mengganti popok. Mereka selalu punya alasan untuk membeli komponen baru setiap beberapa bulan sekali. Ya anda betul, komputernya bahkan tidak dipakai untuk membantu pekerjaan.

13. Punya banyak gadget
Punya banyak alat-alat elektronik (gadget) yang terkadang memiliki fungsi yang sama. Ingin dengar musik, punya iPod atau MP3 player. Ingin main game, punya iPod Touch atau Sony Playstation Portable (PSP). Ingin berselancar di internet, punya iPad atau Samsung Galaxy Tab. Mari dipikir kembali, bukankah semua fungsi tersebut bisa ditemukan di satu ponsel pintar saja.

Kesimpulan:
Kebiasan-kebiasaan seperti diatas merupakan kabar buruk yang akan mempengaruhi kondisi finansial anda. Tulisan ini diharapkan bisa menjadi catatan untuk memperbaiki diri dan melakukan evaluasi serta ini yang lebih penting! lakukan perubahan positif dalam hidup anda.

Sumber Asli: http://forum.republika.co.id/showthread.php?5233-18-Kebiasan-Buruk-yang-Membuat-Anda-Tidak-bisa-Kaya&p=25607#post25607

01 February, 2012

Tentang Bank Muamalat dan Produknya

Perbankan syariah (bank Islam) telah menjadi istilah yang sudah tidak asing lagi, baik di dunia muslim maupun dunia Barat. Istilah tersebut mewakili suatu sistem perbankan dan pembiayaan yang berusaha menyediakan layanan-layanan bebas ‘bunga’ kepada para nasabah.

Di Indonesia, bank yang kali pertama berlabel syariah (Islam) adalah PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Muamalat didirikan pada 1 Nopember 1991, yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia . Lahirnya Muamalat juga didukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim.

Visi Muamalat menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual dan dikagumi di pasar rasional. Sedangkan misinya menjadi role model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan Manajemen dan Orientasi Investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.

Berbekal visi dan misi tersebut, Muamalat kemudian mengeluarkan berbagai produk, jasa dan layanan. Salah satunya pembiayaan mudharabah (bagi hasil). Menurut Anang Rachmadi, Retail Product Development Division Head Bank Muamalat, mudharabah merupakan skema yang telah umum dimiliki perbankan syariah dan diakui Bank Indonesia .

“Mudharabah adalah konsep bagi hasil, dimana Muamalat sebagai sahibul maal (pihak yang mempunyai dana) memberikan atau menyalurkan dananya kepada mudharib (penerima dana atau pelaku usaha),” kata Anang kepada Indonesia Monitor, Jumat (04/12).

Anang menjelaskan, ada tiga bentuk pembiayaan mudharabah. Pertama, pembiayaan modal kerja. Pembiayaan ini ditujukan bagi orang yang memerlukan dana untuk menjalankan usahanya atau orang itu membutuhkan barang-barang produktif.

“Tapi, barang yang menjadi obyek pembiayaan harus punya putaran perdagangan dalam periode tertentu, contohnya warung. Umpamanya ada orang yang sedang kebentur modal. Nah, Muamalat berani membiayai, asal dia punya keahlian di bidang itu,” tegasnya.

Kedua, pembiayaan investasi. Maksudnya, pembiayaan ini ditujukan pada objek tetap yang menjadi salah satu infrastruktur dalam sistem perdagangan. Misalnya pembiayaan dalam bentuk kios atau ruko.

“Kalau ada orang mau usaha dan dia punya keahlian, tapi belum punya tempat usaha, maka Muamalat yang akan membiayai kios atau ruko itu. Ini yang disebut investasi,” ujar Anang.

Ketiga, pembiayaan gabungan antara modal kerja dan investasi. Dalam hal ini, Muamalat menyiapkan tempat usaha sekaligus membelikan barang-barang dagangan. Sementara modal mudharib hanya keahlian dan menjadi operator.

“Yang perlu diketahui, jenis usaha yang akan dikelola adalah usaha yang telah disepakati bersama antara sahibul maal dengan mudharib. Contohnya perdagangan, industri/manufacturing atau usaha atas dasar kontrak,” bebernya.

Dalam sistem mudharabah, sambung Anang, rasionya 100:0. Artinya, seluruh porsi pembiayaan 100% ditanggung bank dan risiko kerugian juga ditanggung penuh oleh pihak bank. Muamalat menanggung risiko penuh jika kerugian tidak diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian, penyimpangan atau penyalahgunaan pihak mudharib.

“Karena itu, biasanya Muamalat menurunkan tim peneliti bila terjadi kerugian pada mudharib. Muamalat melihat dulu konteks kerugiannya. Kalau memang akibat kelalaian mudharib, maka mudharib harus ikut menanggung kerugian dan risiko dari pembiayaan,” Anang menegaskan.

Namun, lanjut Anang, jika kerugian mudharib terjadi karena kondisi atau dampak ekonomi secara global atau force majeur, maka sudah pasti Muamalat menanggung seluruh kerugian. Anang mencontohkan, gempa di Padang beberapa waktu lalu mengakibatkan para mudharib yang dibiayai Muamalat mengalami kerugian besar, karena usahanya porak poranda.

“Itu sudah jelas faktor utamanya bencana alam. Dalam kondisi begitu, Muamalat harus merelakan uangnya melayang. Itu sudah menjadi aturan main. Seumpama mereka ingin mendapatkan pembiayaan lagi, Muamalat akan mempertimbangkan. Misalnya, apakah mudharib masih punya semangat untuk berwirausaha. Apakah kondisi tempat dan lingkungan masyarakat sudah memungkinkan perekonomian berjalan normal,” paparnya.

Selanjutnya dalam aturan pembiayaan mudharabah, sambung Anang, Muamalat dan mudharib sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut. Pembagian hasil (keuntungan) dihitung berdasarkan laba bersih, misalnya 40% untuk bank dan 60% untuk mudharib, dimana pembayarannya dilaksanakan setiap periode tertentu.

Sepintas, bentuk pembiayaan mudharabah memang sangat menguntungkan mudharib. Namun, hal yang patut diketahui bahwa mudharib juga harus mengembalikan dana pokok (tanpa bunga) dari total pembiayaan dan memberikan jaminan (agunan) untuk mendapatkan kucuran dana.

“Ke depan, Muamalat akan mengemas produk-produk pembiayaan mudharabah secara Apik dan lebih memfokuskan pada segmentasi pasar, sesuai kapasitas mudharib di berbagai daerah. Misalnya menggandeng para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Sebab, Muamalat menargetkan lebih dari 30% pertumbuhan pembiayaan pada tahun depan,” pungkas Anang Rachmadi, optimis.

(Tulisan ini dimuat di Tabloid INDONESIA MONITOR, Edisi 75 Tahun II, 9-15 Desember 2009, halaman 27)

Change Management

Adalah dua kata   sakti yang selalu digulirkan bersamaan dengan   momentum momentum berikut : merger, akuisisi, perubahan Bord of ...